Year: 2017

Difasilitasi Anggota Komisi X , Pemkab Karangasem MoU dengan Bekraf RI

Gerakan ekonomi kreatif yang sebelumnya tidak ada kerjasama antara pusat dengan kabupaten/kota di Provinsi Bali, kini berhasil diwujudkan.

Kabupaten Karangasem paling pertama yang dijajaki dengan dilaksanakannya MoU (Memorandum of Understanding) antara Pemkab Karangasem dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Indonesia di Bali Nusa Dua Convention Centre (BNDCC), Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Rabu (8/11) siang.

MoU ekonomi kreatif ini ditandatangani langsung Bupati Karangasem IGA Mas Sumatri dengan Deputi Hubungan Lembaga Bekraf Indonesia, Endah Wahyu Sulistianti disaksikan anggota Komisi X DPR RI, Putu Supadma Rudana. MoU ini nantinya akan mengimplementasikan program-program Bekraf di daerah, untuk membangun ekonomi kreatif di Kabupaten Karangasem yang memiliki banyak potensi alam. Sehingga perekonomian rakyat Karangasem bisa terangkat.

1510735861498Supadma Rudana mengatakan MoU bisa difasilitasi berawal dari RDP (Rapat Dengar Pendapat) yang dilakukan Komisi X DPR RI dengan Bekraf RI pekan lalu. Saat itu Supadma Rudana mempertanyakan kerjasama, program dan upaya yang dilakukan Bekraf untuk di Bali. “Ternyata tidak ada satupun MoU antara Bekraf dengan kabupaten/kota di Bali. Sementara MoU dengan daerah lain di Indonesia sudah berjalan banyak. Kami minta supaya Bali juga diberikan program yang riil,” ujar Supadma Rudana di sela-sela MoU, kemarin.

Supadma Rudana mengatakan ekonomi kreatif diarahkan ke Bali dimulai dengan daerah Karangasem yang saat ini perlu sentuhan. Kami ingin dana-dana pusat dari Bekraf bisa dibawa ke Karangasem melalui program. “Hari ini kita mulai dengan Kabupaten Karangasem. Saya target 9 Kabupaten dan Kota di Bali segera ada MoU,” tegas politisi asal Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar ini.

Kata Supadma Rudana di Bali sebenarnya potensi perkembangan ekonomi kreatif lumayan. Bekraf tugasnya mendampingi untuk manajemen, pelatihan sampai dengan pemasaran produknya. Pengembangan ekonomi kreatif juga menyentuh desa dan banjar. “Bekraf harus memberikan pendampingan dengan sistem aplikasi. Karena sekarang sudah era digital. Dan sentuhannya berbasis desa dan banjar sesuai dengan konsep pusat membangun dari pinggiran. Kalau rakyat di bawah kuat ekonominya maka daerah itu akan maju,” tegas Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia ini.

Sementara Bupati Karangasem Mas Sumatri mengatakan kerjasama dengan Bekraf diharapkan bisa meningkatkan ekonomi masyarakat Karangasem. “Karangasem punya potensi untuk pengembangan ekonomi kreatif. Kita punya garis pantai terpanjang kedua di Bali. Pertanian dan Kerajinan di Karangasem sebenarnya juga punya potensi, kita garap dengan Badan Ekonomi Kreatif. Kami berterimakasih dengan Komisi X DPR RI bisa mengawal MoU ini,” tegas Bupati Mas Sumatri.

Sedangkan Deputi Bidang Hubungan Lembaga Bekraf, Endah Wahyu Sulistianti mengatakan Bekraf siap membantu untuk permodalan, dan akses pemasaran. “Saya sepakat dengan Pak Putu Supadma untuk pelaksanaannya nanti harus dengan aplikasi teknologi. Karena sekarang era digital. Harus dimulai dari banjar dan anak muda,” tegas Endah. *nat

 

Sumber tulisan: Nusa Bali, edisi 9 November 2017

Turut Lepas Sang Maestro Gunarsa, Dititipi Perjuangkan Seni di DPR RI

Jenazah almarhum Nyoman Gunarsa dipalebon di Setra Adat Banda Desa Pakraman Takmung, Klungkung pada Saniscara Pon Gumbreg, Sabtu (30/9) kemarin. Dalam upacara ngaben tersebut anggota Komisi X DPRI RI membidangi pariwisata, seni dan kebudayaan, Putu Supadma Rudana turut melepas jenazah almarhum.

Supadma Rudana yang juga Wasekjen DPP Demokrat kemarin bertindak sebagai wakil keluarga dan sekaligus ikut nyunggi (menggotong) layon (jenazah) Sang Maestro bersama krama menuju Setra Adata Banda untuk proses ngaben. Supadma Rudana didampingi I Gede Artison Andarawata alias Sony yang tak lain putra almarhum Nyoman Gunarsa. Sony juga Ketua DPC Demokrat Klungkung.

Supadma Rudana mengatakan ada pesan khusus almarhum Gunarsa yang diingatnya sampai saat ini, dan harus dilaksanakan, yakni berjuang secara terus menerus untuk kemuliaan seni dan kebudayaan. Pesan tersebut diterima Supadma Rudana saat diundang almarhum di Museum Gunarsa Klungkung sekitar Jauari 2017 lalu. Ketika itu Supadma Rudana belum ditetapkan menjadi PAW anggota Fraksi Demokrat DPR RI Putu Sudiartana.

Seperti menerima signal Supadma Rudana akan menjadi anggota DPR RI, almarhum mengatakan Supadma Rudana pasti bisa. “Pesan almarhum supaya kita terus berjuang untuk kemuliaan seni dan kebudayaan Bali supaya semakin kuat di kancah dunia. Ketika itu saya diminta berjuang di DPR RI. Sementara saat itu saya bukan DPR RI,”ujar Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia (AMI) ini, usai menghadiri upacara palebon Sabtu siang kemarin. Supadma Rudana akan berjuang sekuat tenaga untuk dunia seni dan kebudayaan seperti pesan almarhum Gunarsa. *nat.

Sumber tulisan: Nusa Bali, 1 Oktober 2017

Roadshow Anggota Komisi X DPR RI

Anggota Komisi X DPR RI membidangi pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata dan seni budaya, Putu Supadma Rudana kembali turun di daerah pemilihan (Dapil) dalam suasana keprihatinan, dengan menggandeng pengurus Karang Taruna Provinsi Bali pada Saniscara Paing Julungwangi, Sabtu (14/10) kemarin.

Usai Nangkil ke Pura Besakih, Temui Pengungsi

Wasekjen DPP Demokrat ini nangkil ke Pura Besakih di Kecamatan Rendang, Karangasem lanjut menggelontor bantuan buat pengungsi di Kabupaten Karangasem dan Bangli.

Saat nangkil ke Pura Besakih dan menemui pengungsi, Supadma Rudana yang notabene Ketua Pengda Karang Taruna Provinsi Bali didampingi penasehat Karang Taruna I Ketut Rana, Sekretaris Karang Taruna Bali Made Dastra, para relawan Supadma–Astungkara yang berjumlah sekitar 50 orang. Sekitar pukul 10.00 Wita tiba di Pura Besakih. Sebelum sembahyang Supadma Rudana dan pengurus Karang Taruna lebih dulu menyapa petugas kepolisian yang bertugas di kawasan Pura Besakih. Meskipun status awas Gunung Agung masih diberlakukan, persembahyangan dilaksanakan dengan hening dan tenang sekitar 30 menit lamanya.

Rombongan lanjut menyerahkan bantuan di Posko Pengungsian UPT Dinas Pertanian Desa Menanga, Kecamatan Rendang, Karangasem. Supadma Rudana dan Karang Taruna menggelontor selimut, kasur, makanan bayi, dan bebera paket sembako. Rombongan juga menyerahkan bantuan yang sama di Kompleks Pendidikan Gurukulu Desa Kubu Kecamatan/Kabupaten Bangli.

“Sebelum menemui pengungsi ya kami mengawali dengan matur piuning (berdoa) di Pura Besakih. Dalam status awas Gunung Agung ini semoga umat Hindu, krama Bali terhindar dari bencana. Kita nunas ica bersama-sama memohon keselamatan Bali,” tegas politisi asal Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar ini usai roadshow kemarin.

Supadma Rudana menyebutkan kegiatan sembahyang dan lanjut menemui para pengungsi kemarin untuk aksi lanjutan sebelumnya. “Sesuai janji kami sejak awal, ini aksi kemanusiaan yang berkelanjutan. Kondisi ini bisa terjadi berbulan-bulan terhadap pengungsi. Pengungsi butuh uluran tangan secara berkelanjutan sebelum Gunung Agung dinyatakan normal kembali,” ujar Supadma Rudana.

Pria yang juga Ketua Umum Museum Indonesia (AMI) ini mengatakan para pengungsi memiliki cadangan makanan yang masih mencukupi. Namun ada beberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi. Karena tidak semua donatur membawa bantuan yang sama jenisnya. Terkait dengan aksi roadshow yang gencar dilakukan belakangan ini, Supadma Rudana mengatakan dirinya turun sebagai anggota Fraksi Demokrat, Komisi X DPR RI murni untuk kemanusiaan. *nat

 

Sumber tulisan : Nusa Bali, 15 Oktober 2017

Jakarta-Bali Tiap Pekan, Temui Komunitas hingga Pengungsi Gunung

Tepat 17 Oktober 2017 anggota Fraksi Demokrat DPR RI, Putu Supadma Rudana memasuki masa pengabdian ke 50 hari di DPR RI, sejak dilantik menjadi PAW (Pengganti Antar Waktu) Putu Sudiartana alias Leonk, 24 Agustus 2017 lalu. Memasuki 50 hari ini, Supadma Rudana mengaku serasa kerja 5 tahun lamanya. Pulang-pergi setiap pekan Supadma Rudana harus mengejar penugasan Fraksinya. Seperti apa ceritanya?

Ditemui NusaBali di sela-sela kunjungan dapil (daerah pemilihan) di Denpasar beberapa waktu lalu, Supadma Rudana masih nampak kelelahan. Didampingi staf DPR RI, begitu mendarat di Bandara Internasional Ngurah Rai, Tuban, Badung, Supadma Rudana langsung menemui para komunitas media sosial yang digawangi beberapa anak-anak mahasiswa di Bali.

Pertemuan jelang tengah malam itu harus dilaksanakan. Belum lagi esok pagi-pagi sekali dia harus bertemu dengan seniman dan akademisi di Desa Ubud, Kabupaten Gianyar. “Saya harus mengejar target untuk membuat laporan kinerja kepada Fraksi,” ujar Supadma Rudana.

Maklum, begitu dilantik sebagai anggota DPR RI, Supadma Rudana sudah didrop langsung di Komisi III membidangi Hukum dan HAM, Kepolisian, Kejaksaan, Kehakiman, BNN, KPK yang mengharuskan dia menyamai capaian rekan-rekannya sesama Fraksi Demokrat melakukan Kundapil (kunjungan dapil). Dia diwajibkan turun di 50 titik menemui masyarakat. Supadma Rudana hanya 2 pekan menyelesaikannya. Bagi Supadma Rudana bekerja dengan speed (kecepatan) tinggi harus dilakukan lagi seperti ketika dirinya menempuh kuliah di Amerika Serikat, beberapa tahun silam. “Kumpulkan minimal 100 orang untuk sosialisasi program DPR RI. Dengan waktu hanya Sabtu-Minggu tiap pekan, saya harus turun di 50 titik. Caranya Sabtu-Minggu pulang ke Bali, Senin sudah di Jakarta mengikuti kegiatan di DPR RI yang padat sampai dini hari,” kata politisi asal Desa Peliatan, Ubud, Kabupaten Gianyar ini.

Supadma Rudana pun merasa tertantang. Pekan pertama dia langsung menemui para seniman, pecalang, pelaku pariwisata, hingga pengurus ST (Sekaa Teruna) di Kecamatan Ubud, Gianyar. Bahkan dirinya juga harus melakukan aksi kemanusiaan dengan menemui para pengungsi Gunung Agung Karangasem, sebagai panggilan moral atas dasar Manyamabraya.

Ada 15 titik pengungsi yang ditengok dengan penyerahan bantuan kemanusiaan bersama relawan. Supadma Rudana temui pengungsi di Bangli, Gianyar, Klungkung dan Karangasem. Dia juga sempat sembahyang ke Pura Besakih yang ditutup karena status Awas Gunung Agung. Berkat pendekatan yang santun kepada petugas dan pamangku Pura Besakih, Supadma Rudana diizinkan untuk sembahyang selama 30 menit di Pura Besakih bersama relawan.

“Pikiran saya hanya satu, memperjuangkan aspirasi masyarakat secara penuh kerja keras tanpa lelah dan pararel dan tulus iklas,” ujar Supadma Rudana. Bagaimana dengan Bidang Komisi III? Supadma Rudana mengaku dapat pengalaman berharga. Bagaimana tidak, dia bukan pakar hukum. “Di Komisi III ini membuat saya malah lebih matang. Persaingan untuk menunjukkan kemampuan dengan anggota Komisi III yang sudah jago dan pengalaman jadi tantangan tersendiri, walaupun saya bukan pakar hukum,” ujar pria yang juga Ketua Pengda Karang Taruna Provinsi Bali ini.

Menurut Supadma Rudana di Komisi III dirinya mengawal penegakan hukum terhadap seni dan budaya, HAKI, pengawalan warisan luhur budaya yang mengalami pencurian dan pemalsuan. Penegakan hukum tanpa pandang bulu adalah keharusan dalam menyelesaikan masalah pemalsuan produk seni dan budaya. “Jadi 30 hari ini di Komisi III banyak pengalaman saya dapat. Ternyata seni dan budaya itu terkait dengan hukum. Itu pengalaman dan sebuah ilmu juga. Walaupun saya bukan orang hukum, saya orang yang setiap hari bergulat dengan seni dan budaya,” tegas alumni Universitas Webster Amerika Serikat ini.

Selain itu kata Supadma Rudana memahami dan mengenal kebersamaan dengan yudikatif dalam tata pemerintahan pengalaman luar biasa. “Saya merasakan bagaimana perjuangan penegakan hukum, mengawal supremasi hukum, mengawal program pemberantasan korupsi adalah tugas mulia,” tegas Wasekjen DPP Demokrat ini. *nat

 

Sumber tulisan : Nusa Bali, 22 Oktober 2017

HUT Demokrat, Supadma Rudana Terjun Temui Petani

DENPASAR, NusaBali – Totalitas untuk hadir di tengah masyarakat ditunjukkan oleh anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Demokrat, Putu Supadma Rudana (PSR).

PSR usai turun menemui konstituen di dapil Bali, Minggu (10/9) mengatakan dalam pemaknaan HUT ke 16 Partai Demokrat, tidak ingin hanya diwarnai aksi-aksi turun ke masyarakat dengan cara instant. HUT Partai Demokrat ke 16 dijadikan moment untuk evaluasi program partai dan totalitas kader bersama rakyat secara berkelanjutan.

Supadma Rudana dalam acara turun ke dapil Bali, selain menemui para petani, juga hadir di arena Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS) di Lapangan Puputan Margarana, Niti Mandala, Denpasar. Menurut Supadma kader Demokrat harus lebih dekat di tengah rakyat yang sedang membutuhkan solusi.

“Tagline Demokrat hadir memberi solusi, bantu rakyat dan kawal pemerintahan sangat tepat disampaikan Ketua Umum Demokrat Pak SBY. Ini moment tepat untuk lebih cepat berbaur dengan rakyat dan menyambung komunikasi lebih baik lagi untuk menyerap aspirasi mereka,” ujar PSR.

PSR memilih turun menemui para petani di Bali karena kalangan ini yang selama ini paling nyaring keluhannya. Pertanian Bali masih menjadi andalan ekonomi Bali. “Di Bali untuk pekan ini saya memilih turun menemui petani. Karena suara petani begitu nyaring dan tulus, apa masalah-masalah yang terjadi di bawah terungkap semua. Dan di sinilah kita hadir mencari solusi petani,” ujar Supadma Rudana yang menargetkan menemui konstituen di 50 titik sampai 6 pekan ke depan.

Politisi asal Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar ini menyebutkan pertanian Bali menjadi kekuatan nusantara. Bali memiliki kawasan Subak Jatiluwih di Kabupaten Tabanan, yang selama ini tidak hanya memenuhi kebutuhan pokok masyarakat Bali, namun juga multifungsi.

“Selain sebagai bentuk melestarikan adat dan budaya, pertanian Bali juga memberikan manfaat ekonomis bagi Bali untuk kepariwisataan. Pelestarian lingkungan dengan konsep Tri Hita Karana,” kata Supadma Rudana. Menurut Supadma Rudana, pertanian Bali dengan konsep Subak (organisasi dan sistem pengairan), dan mendapatkan pengakuan dunia sebagai Warisan Budaya Dunia dari UNESCO (United NastionsEducation, Scientific and Culture Organization) harus terjaga dengan baik. Karena itu sebuah pengakuan yang tiada tara harganya,” ungkap alumni Wesbter University Amerika Serikat yang juga Ketua Umum Museum Indonesia ini.

Supadma mengatakan saat ini ada beberapa masalah yang dihadapi petani di Bali. Mulai alih fungsi lahan pertanian, akibat regulasi yang tidak berpihak kepada petani. Kemudian fasilitasi untuk para petani yang masih tidak maksimal oleh pemerintah, terutama saat penjualan hasil produk pertanian. Kemudian masalah pajak tanah yang mencekik leher. ”Ini masalah-masalah yang kami dapatkan ketika terjun di Bali,” tegas Supadma Rudana.  Terus aksi nyata saat terjun kemarin?

“Buat sementara persoalan perbaikan irigasi organisasi Subak yang kami temui sudah kita siapkan bantuan perbaikan. Sementara regulasi masalah pajak yang tinggi tentu harus kita perjuangkan dengan menggedor pemegang kebijakan. Ini yang kita koordinasikan dengan stakeholder terkait,” pungkas pemilik Museum Rudana, Ubud, Gianyar ini. *nat

 

Sumber tulisan : Nusa Bali

Anggota DPR-RI Supadma Serap Aspirasi Perguruan Tinggi

Anggota Komisi X DPR-RI Putu Supadma Rudana menyerap aspirasi dari kalangan civitas akademika atau perguruan tinggi dalam upaya mendapatkan dana dari pemerintah pusat secara maksimal.

“Saya berinisiatif untuk menyelenggarakan rapat dengan para pimpinan perguruan tinggi di Bali. Langkah ini karena saya ingin menyerap aspirasi dari mereka, apa saja yang perlu diperjuangkan dalam dunia pendidikan di Bali,” kata Supadma Rudana di Denpasar, Rabu.

Menurut anggota DPR-RI yang membidangi pendidikan, pemuda, olahraga dan kebudayaan itu, pihaknya menggelar rapat dengar pendapat (RDP) dengan akademisi di Museum Rudana, Desa Peliatan Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar, pada Selasa (3/10).

Kegiatan rapat tersebut dihadiri oleh civitas akademika dari Universitas Udayana, Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) dan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Yaitu Rektor ISI Denpasar Prof Dr. I Gde Arya Sugiartha, Wakil Rektor Universitas Udayana Bidang Perencanaan, Kerjasama dan Informasi Prof Dr. Ida Bagus Gede Wiyasa Putra dan sejumlah akademisi dari berbagai fakultas di Universitas Udayana (Unud).

Dalam pertemuan tersebut, kata dia, berbagai aspirasi untuk memajukan dunia pendidikan di Bali untuk bisa diperjuangkan oleh para politikus di Senayan, Jakarta dalam upaya memajukan pendidikan di Pulau Dewata.

Prof Dr Ida Bagus Wyasa Putra menyampaikan bahwa Universitas Udayana memiliki rumah sakit, namun saat ini belum bisa beroperasi optimal, karena masih membutuhkan anggaran dari kementerian agar bisa terpenuhi.

“Rumah sakit perguruan tinggi yang dibangun dengan dana pusat belum bisa beroperasi, oleh karena itu kami minta kepada anggota Komisi X DPR RI daerah pemilihan Bali supaya bisa diperjuangkan di pusat,” ujarnya.

Sementara itu, Rektor ISI Denpasar Arya Sugiartha mengatakan dengan rapat dengar pendapat itu, harapnya supaya diperjuangkan anggaran (APBN) untuk pengembangan ISI Denpasar. Termasuk juga ada strategi menarik mahasiswa dari luar negeri belajar ke Bali.

“Kami minta anggaran diperjuangkan oleh Pak Supadma Rudana selaku wakil rakyat dari dapil Bali yang duduk di Komisi X. Kami sama-sama menggaungkan di pusat, karena mahasiswa asing bisa lebih banyak menempuh ilmu ke Bali. Kalau dulu kami mengirim mahasiswa ke Swiss nanti kita berharap dengan bersinergi bersama-sama mahasiswa luar negeri ke Bali lebih banyak,” ujar Wyasa Putra.

Dengan kondisi tersebut, Supadma Rudana mengatakan pihaknya akan menjembati perjuangan perguruan tinggi di Bali untuk mendapatkan kucuran anggaran dari pusat.

“Kami ingin dunia pendidikan di Bali berkembang. Termasuk rencana menyasar `World Class University` yang berstandar dunia, karena itu kami mencoba membuat rapat kali ini guna menyerap aspirasi di masing-masing perguruan tinggi tersebut. Tentunya gagasan ini harus diperjuangkan semaksimal mungkin. Aspirasi itu yang akan kami jadikan rekomendasi komprehensif di Komisi X DPR,” ucap politikus Partai Demokrat itu.

Supadma Rudana yang juga Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia (AMI) ini menyebutkan masing-masing pergurun tinggi sudah punya hubungan kerja sama. Seperti Univeristas Udayana dan ISI dengan Kemenristekdikti, STP dengan Kementerian Pariwisata.

“Yang akan jadi kebutuhan masing-masing perguruan tinggi ini harus ada fasilitasi. Saya mencoba menjembati, apa yang dibutuhkan. STP, Unud dan ISI ini mewakili pergurun tinggi di Bali. STP, ISI dan Unud adalah baromater universitas atau perguruan tinggi di Bali. Nanti dengan perguruan tinggi lainnya di Bali kami juga siap kalau nanti ada aspirasi,” ujar Wakil Sekjen DPP Demokrat ini.

Supadma Rudana mendorong kemajuan pendidikan di Bali agar terus maju. Terlebih Pulau Bali menjadi tujuan pariwisata dunia, sehingga sektor lainnya juga harus mampu setara dengan dunia yang sudah maju.

“Kami ingin orang asing belajar ke Bali, baik soal pariwisata maupun kebudayaan. Kalau sekarang kami kirim mahasiswa, nanti kita balik negara lain kirim mahasiswanya belajar ke Indonesia (Bali). Karena ini jelas akan memberikan nilai tambah. Jadi Bali bukan hanya karena destinasi turis, tetapi juga dengan bidang pendidikanya. Saat ini mahasiswa asing yang belajar di Bali sekitar 1.500 orang. Ini masih sangat sedikit,” kata Supadma Rudana.(WDY)

Sumber tulisan: Antara Bali

Terpilih Sebagai Ketua Karang Taruna Bali, Putu Supadma Rudana Langsung Turun Ke Karangasem

Begitu ditetapkan secara aklamasi sebagai Ketua Umum Karang Taruna Provinsi Bali periode 2017-2022 menggantikan Drs. I Ketut Rana, M.Si, Putu Supadma Rudana memutuskan untuk melaksanakan kepedulian sosial Sehati Berbagi ke Karangasem, Sabtu, 23 September 2017. Pemilihan berlangsung pada Temu Karya Daerah ke-IV Karang Taruna Provinsi Bali 2017, Jumat, 22 September 2017 di Dinas Sosial  Provinsi Bali.

“Ini adalah panggilan bagi karang taruna Bali untuk sehati berbagi simpati dan empati secara langsung pada saudara-saudara kita yang kini terpaksa mengungsi pasca Gunung Agung ditetapkan berstatus siaga,” ujar Putu Supadma. Sebagaimana diketahui, dalam sebulan terakhir Gunung Agung menunjukkan aktivitas kegempaan terbesar setelah terakhir kali meletus tahun 1963. Hingga saat ini, tercatat 9.421 warga Kabupaten Karangasem, Klungkung, dan Buleleng telah mengungsi ke berbagai daerah.

WhatsApp Image 2017-09-23 at 15.29.48Temu Karya Daerah ke-IV Karang Taruna Provinsi Bali 2017 mengetengahkan tema “Memantapkan dan Meningkatkan Fungsi Komunikasi, Informasi, Koordinasi dan Kerjasama Antar Karang Taruna sebagai Upaya Mewujudkan Peran Karang Taruna sebagai Motor Penggerak Pembangunan”. Selain pemilihan Ketua Karang Taruna Provinsi Bali, Temu Karya Daerah ini mengagendakan pula pembuatan program kerja organisasi dan evaluasi kinerja.

Agenda ini dihadiri oleh Ketua Umum Karang Taruna Nasional, Didik Mukrianto SH., MH., serta perwakilan pengurus Karang Taruna  dari Kabupaten/Kota se-Bali.

Persoalan sosial menjadi fokus perhatian utama organisasi Karang Taruna. Dalam sambutan pertamanya sebagai Ketua terpilih, Putu Supadma menyatakan ingin lebih banyak berkontribusi dan memberi sumbangsih kepada masyarakat dalam bidang sosial.

“Ini merupakan tugas dan tanggungjawab yang mulia. Saya pribadi menyadari, bahwa panggilan sosial kita adalah mengabdi kepada masyarakat, bangsa dan negara. Hal pertama yang akan kami lakukan di kepengurusan yang baru adalah mengajak Karang Taruna Provinsi Bali untuk terjun langsung membantu saudara-saudara kita, warga Karangasem, yang saat ini berada di lokasi pengungsian, “ ujar Putu Supadma yang juga anggota Komisi III DPR RI.

Pria kelahiran Denpasar, 23 April 1974 ini, juga mengungkapkan apresiasinya kepada kepengurusan Karang Taruna Provinsi Bali terdahulu. “Jajaran pengurus demisioner telah bekerja begitu maksimal. Kami di kepengurusan yang baru ingin bersinergi, membangun kebersamaan dengan berbagai pihak untuk terus berbuat dan berkontribusi untuk masyarakat Bali,” ungkap Putu Supadma yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia, menaungi lebih dari 400 museum seluruh Indonesia.

WhatsApp Image 2017-09-23 at 16.14.20Apa yang diungkapkan Putu Supadma sejalan pula dengan harapan Drs. I Ketut Rana, M.Si., agar pengurus Karang Taruna Provinsi Bali terpilih mampu bekerjasama dalam kepengurusan yang baru. “Semua pengurus diharapkan dapat betul-betul memahami Tugas Pokok Fungsi (Tupoksi) Karang Taruna, di mana salah satu hal utamanya adalah bersama-sama pemerintah aktif serta berperan serta menanggapi berbagai permasalahan sosial yang ada,” sebut pria kelahiran Benoa, 10 Januari ini.

Ketut Rana menambahkan, dalam menjalankan Tupoksinya, utamanya dalam menangani permasalahan sosial, pengurus Karang Taruna dapat menerapkan tiga hal pokok. Pertama yakni preventif atau pencegahan, melalui berbagai kegiatan pembinaan bagi generasi muda dalam wadah ROK (Rekreasi, Olahraga dan Kesenian). Kedua berupa rehabilitasi, atau perbaikan serta pemulihan. Ketiga, pengembangan, dengan jalan memberikan motivasi serta ruang kepada generasi muda untuk berkreativitas serta mendorong tumbuhnya ekonomi produktif.

Adapun susunan kepengurusan baru masih digodok oleh tim formatur dan akan diselesaikan selambatnya dalam tiga pekan.

Sementara itu, Didik Mukrianto, SH., MH., selaku Ketua Karang Taruna Nasional, mengungkapkan posisi serta peran penting Karang Taruna sebagai salah satu pilar dari generasi muda dalam rangka menyongsong pembangunan ke depan bersama pemerintah dan komponen masyarakat lainnya untuk menanggulangi berbagai masalah, termasuk bencana alam.

Sebagai organisasi kepemudaan, Karang Taruna diharapkan tampil di baris terdepan pengentasan masalah sosial yang ada di desa, menjadi penggerak roda pemerintahan desa, sekaligus sebagai teladan bagi generasi muda lain.

 

Gencar Turba di Akhir Pekan: Supadma Rudana Motivasi Pelaku Kuliner hingga Pecalang

Anggota Komisi III dari Fraksi Demokrat DPR RI, Putu Supadma Rudana (PSR) makin gencar turba (turun ke bawah) di setiap akhir pekan. Supadma Rudana merambah berbagai komunitas kalangan anak-anak muda dari berbagai profesi. Mulai penggiat olahraga sepeda, yoga, pecalang hingga usaha kuliner tradisional Bali.

Politisi asal Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar yang turun pada 17-18 September 2017 menemui komunitas penggiat yoga di Lapangan Puputan Margarana Niti Mandala Denpasar dan olahraga sepeda di Pantai Sanur, Denpasar Selatan. Selain itu Supadma juga getol melakukan dialog dengan para praktisi usaha kuliner di Pantai Sanur sembari berbaur dengan kalangan masyarakat.

Pic 4Setelah merambah Denpasar, PSR bertemu dengan kalangan anak-anak muda yang sebagian besar terlibat sebagai Pecalang (petugas keamanan tradisional milik Desa Adat) di Kabupaten Gianyar. Supadma Rudana memotivasi para komunitas yang ditemui termasuk sambil menyerap aspirasi dari mereka untuk diperjuangkan dalam kapasitas sebagai wakil rakyat Bali di Senayan.

Seperti saat bertemu dengan kelompok sepeda dan yoga di kawasan Pantai Sanur, Supadma Rudana Menyapa para pelaku olahraga yang rutin melaksanakan kegiatan di kawasan ini. “Saya mendukung kegiatan anak-anak muda reemaja ini. Karena dengan padat kegiatan di hari libur mereka ini sudah bisa menghindari diri dari kegiatan negatif”, ujar alumni Universitas Webster, Amerika Serikat ini, selasa (19/9) kemarin.

Supadma Rudana menyebutkan kegiatan penggiat olahraga sepeda di kawasana Pantai Sanur dan komunitas yoga di Lapangan Puputan Margarana, Niti Mandala, Denpasar yang ditemui perlu ada regulasi dan perizinan yang mudah. Terutama soal lokasi dan tempat yang memadai.

“Aspirasi yang saya tangkap dari penggiat yoga ini adalah izin lokasi yang memadai perlu diberikan supaya mereka bisa lebih mudah melakukan kegiatan. Yoga ini adalah kegiatan yang sudah mendunia dan digandrungi masyarakat,” tegas Supadma Rudana. Sementara di beberapa pelaku usaha kuliner di Pesisir Pantai Sanur, Denpasar Selatan, masalah yang ditemui Supadma Rudana adalah masalah kurangnya modal usaha menjadi aspirasi mereka.

Pic 2“Modal usaha ini menjadi persoalan. Pedagang kuliner ini rata-rata usaha kecil yang sebenarnya bisa memajukan perekonomian masyarakat yang ada di Bali. Di sini perlu difasilitasi dengan lembaga terkait dan kami akan memfasilitasi,” tegas putra senator Nyoman Rudana periode 2004-2009 ini.

Mengakhiri roadshownya kepada konstituen, Supadma Rudana melakukan pertemuan dengan anak-anak muda yang sebagian besar menjadi pecalang di Desa Adat di Kabupaten Gianyar. Supadma Rudana mengaku salut, sebab anak-anak muda yang peduli dengan keamanan Bali rela mengabdi menjaga keamanan meskipun tidak mendapatkan gaji.

Polisi tradisional Bali yang tugasnya mengamankan kegiatan berkaitan dengan adat, upacara keagamaan ini secara langsung melestarikan adat dan budaya Bali dan memberdayakan kekuatan anak-anak muda, Supadma Rudana saat itu memberikan bantuan berupa HT (Handy Talky) sebanyak 18 buah supaya kerja pecalang menjadi lebih efektif dan efisien dalam berkomunikasi melaksanakan tugasnya.

Politikus Demokrat Harap Museum DPR Disosialisasikan ke Masyarakat

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Anggota Fraksi Demokrat Putu Supadma Rudana melontarkan harapannya terkait HUT ke-72 DPR RI.

Anggota Komisi III DPR itu berharap Museum DPR dapat disosialisasikan kepada masyarakat.

“Saya melihat keliling museum semuanya ada disitu, saya baru dua hari dilantik setelah pergantian antar waktu (PAW) pertama pergi ke museum. Jadi museum DPR sudah bagus koleksinya, tapi memang dibuka kepada ruang publik,” kata Putu dalam keterangan tertulis, Selasa (29/8/2017).

Menurut Putu, sosialisasi museum dapat membuat DPR lebih dekat dengan masyarakat.

Masyarakat, kata Putu, dapat mengetahui bagaimana anggota dewan menyalurkan dan memperjuangkan aspirasi masyarakat.

“Ini momentum yang baik. Mari kita muliakan semua, muliakan rakyat dan muliakan sejarah dan warisan bangsa dalam bentuk DPR RI ini,” kata Ketua Asosiasi Museum Indonesia (AMI) itu.

Putu juga berharap agar DPR semakin hadir memperjuangkan aspirasi masyarakat.

Selain itu, DPR juga lebih memberikan sumbangsih, gagasan dan pemikiran terutama dalam membentuk undang-undang.

“Tentu pendiri-pendiri founding father di DPR RI ini berharap pasti tujuannya bagaimana DPR melayani masyarakat,” katanya.

Sumber : tribunnews.com

 

Gantikan Putu Leong, Supadma Rudana: Ini Jalan Tuhan Harus Saya Laksanakan

DENPASAR – Putu Supadma Rudana menegaskan terpilihnya menjadi anggota Fraksi Partai Demokrat DPR RI dari Dapil Bali menggantikan Putu Sudiartana alias Putu Leong sejatinya sudah menjadi jalan Tuhan yang harus dilaksanakannya.

Supadma resmi masuk Senayan usai dilantik 24 Agustus 2017 menggantikan Sudiartana yang tersandung kasus korupsi.

Untuk itu, selama enam pekan ke depan, terhitung sejak 2-3 September, Supadma menargetkan menemui 50 komunitas, organisasi kemasyarakatan dari berbagai latar belakang profesi dan kelompok pendukungnya pada Pileg 2014 di seluruh Bali.

Wakil Sekjend DPP Partai Demkorat ini mengatakan, aksi roadshow selain menyampaikan terima kasih atas dukungan di Pileg 2014 lalu, juga untuk menggali aspirasi masyarakat Bali untuk diperjuangkan di Senayan.

“Sekarang saya baru bisa menemui masyarakat setelah dilantik menggantikan Putu Sudiartana di DPR RI. Ini adalah jalan Tuhan yang harus saya laksanakan. Selanjutnya saya akan terus menggali aspirasi masyarakat untuk diperjuangkan di Senayan,” kata Supadma Rudana di Denpasar, Minggu (3/9/2017).

Politisi Senior asal Gianyar yang duduk di kursi Komisi III DPR RI membidangi Hukum dan HAM ini mengatakan, 2-3 September lalu dirinya menemui berbagai kelompok masyarakat di Gianyar dan Denpasar.

Di Wilayah Gianyar ia menemui tokoh agama, tokoh adat dan tokoh masyarakat di Desa Peliatan, Ubud, dan para petani di desa Mas, Ubud. Di Gianyar ia juga melakukan konsolidasi internal partai Demokrat, bertemu dengan jajaran fraksi dan pengurus DPC Demokrat kabupaten Gianyar.

Di Denpasar, Supadma menemui penggiat media sosial yang melibatkan mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi di Bali, dan menemui pelaku pariwisata, usaha kerakyatan di pantai Mertsari, Sanur.

Pemilik Museum Rudana Ubud ini mengatakan, selama roadshow dua hari tersebut, ia menyerap berbagai aspirasi untuk kepentingan Bali, seperti isu narkoba, radikalisme dan lainnya.

“Untuk aspirasi dan masukan saya tampung semuanya. Banyak aspirasi mereka. Kita akan suarakan di Senayan dan kita perjuangkan,” kata putra dari anggota DPD RI periode 2004-2009, Nyoman Rudana, ini.

Saat bertemu konstituennya, Supadma mengaku mendapat pesan moral dari masyarakat agar dirinya menggemban amanat rakyat di Senayan dengan kesungguhan hati dan tulus ikhlas mengabdi.

Ketika bertemu tokoh agama dan tokoh adat di Ubud, Dewa Gede Subawa mengingatkan bahwa seseorang bisa jatuh karena tiga hal, yakni harta, tahta dan wanita. Dirimya diminta untuk tidak tergoda dengan tiga hal tersebut.

Ia berterima kasih dengan pesan moral yang disampaikan masyarakat tersebut. “Pesan moral itu sangat penting sebagai rambu-rambu dalam melaksanakan tugas secara benar di Senayan,” tutupnya.

Sumber : Kabarnusa.com