Month: October 2017

Turut Lepas Sang Maestro Gunarsa, Dititipi Perjuangkan Seni di DPR RI

Jenazah almarhum Nyoman Gunarsa dipalebon di Setra Adat Banda Desa Pakraman Takmung, Klungkung pada Saniscara Pon Gumbreg, Sabtu (30/9) kemarin. Dalam upacara ngaben tersebut anggota Komisi X DPRI RI membidangi pariwisata, seni dan kebudayaan, Putu Supadma Rudana turut melepas jenazah almarhum.

Supadma Rudana yang juga Wasekjen DPP Demokrat kemarin bertindak sebagai wakil keluarga dan sekaligus ikut nyunggi (menggotong) layon (jenazah) Sang Maestro bersama krama menuju Setra Adata Banda untuk proses ngaben. Supadma Rudana didampingi I Gede Artison Andarawata alias Sony yang tak lain putra almarhum Nyoman Gunarsa. Sony juga Ketua DPC Demokrat Klungkung.

Supadma Rudana mengatakan ada pesan khusus almarhum Gunarsa yang diingatnya sampai saat ini, dan harus dilaksanakan, yakni berjuang secara terus menerus untuk kemuliaan seni dan kebudayaan. Pesan tersebut diterima Supadma Rudana saat diundang almarhum di Museum Gunarsa Klungkung sekitar Jauari 2017 lalu. Ketika itu Supadma Rudana belum ditetapkan menjadi PAW anggota Fraksi Demokrat DPR RI Putu Sudiartana.

Seperti menerima signal Supadma Rudana akan menjadi anggota DPR RI, almarhum mengatakan Supadma Rudana pasti bisa. “Pesan almarhum supaya kita terus berjuang untuk kemuliaan seni dan kebudayaan Bali supaya semakin kuat di kancah dunia. Ketika itu saya diminta berjuang di DPR RI. Sementara saat itu saya bukan DPR RI,”ujar Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia (AMI) ini, usai menghadiri upacara palebon Sabtu siang kemarin. Supadma Rudana akan berjuang sekuat tenaga untuk dunia seni dan kebudayaan seperti pesan almarhum Gunarsa. *nat.

Sumber tulisan: Nusa Bali, 1 Oktober 2017

Roadshow Anggota Komisi X DPR RI

Anggota Komisi X DPR RI membidangi pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata dan seni budaya, Putu Supadma Rudana kembali turun di daerah pemilihan (Dapil) dalam suasana keprihatinan, dengan menggandeng pengurus Karang Taruna Provinsi Bali pada Saniscara Paing Julungwangi, Sabtu (14/10) kemarin.

Usai Nangkil ke Pura Besakih, Temui Pengungsi

Wasekjen DPP Demokrat ini nangkil ke Pura Besakih di Kecamatan Rendang, Karangasem lanjut menggelontor bantuan buat pengungsi di Kabupaten Karangasem dan Bangli.

Saat nangkil ke Pura Besakih dan menemui pengungsi, Supadma Rudana yang notabene Ketua Pengda Karang Taruna Provinsi Bali didampingi penasehat Karang Taruna I Ketut Rana, Sekretaris Karang Taruna Bali Made Dastra, para relawan Supadma–Astungkara yang berjumlah sekitar 50 orang. Sekitar pukul 10.00 Wita tiba di Pura Besakih. Sebelum sembahyang Supadma Rudana dan pengurus Karang Taruna lebih dulu menyapa petugas kepolisian yang bertugas di kawasan Pura Besakih. Meskipun status awas Gunung Agung masih diberlakukan, persembahyangan dilaksanakan dengan hening dan tenang sekitar 30 menit lamanya.

Rombongan lanjut menyerahkan bantuan di Posko Pengungsian UPT Dinas Pertanian Desa Menanga, Kecamatan Rendang, Karangasem. Supadma Rudana dan Karang Taruna menggelontor selimut, kasur, makanan bayi, dan bebera paket sembako. Rombongan juga menyerahkan bantuan yang sama di Kompleks Pendidikan Gurukulu Desa Kubu Kecamatan/Kabupaten Bangli.

“Sebelum menemui pengungsi ya kami mengawali dengan matur piuning (berdoa) di Pura Besakih. Dalam status awas Gunung Agung ini semoga umat Hindu, krama Bali terhindar dari bencana. Kita nunas ica bersama-sama memohon keselamatan Bali,” tegas politisi asal Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar ini usai roadshow kemarin.

Supadma Rudana menyebutkan kegiatan sembahyang dan lanjut menemui para pengungsi kemarin untuk aksi lanjutan sebelumnya. “Sesuai janji kami sejak awal, ini aksi kemanusiaan yang berkelanjutan. Kondisi ini bisa terjadi berbulan-bulan terhadap pengungsi. Pengungsi butuh uluran tangan secara berkelanjutan sebelum Gunung Agung dinyatakan normal kembali,” ujar Supadma Rudana.

Pria yang juga Ketua Umum Museum Indonesia (AMI) ini mengatakan para pengungsi memiliki cadangan makanan yang masih mencukupi. Namun ada beberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi. Karena tidak semua donatur membawa bantuan yang sama jenisnya. Terkait dengan aksi roadshow yang gencar dilakukan belakangan ini, Supadma Rudana mengatakan dirinya turun sebagai anggota Fraksi Demokrat, Komisi X DPR RI murni untuk kemanusiaan. *nat

 

Sumber tulisan : Nusa Bali, 15 Oktober 2017

Jakarta-Bali Tiap Pekan, Temui Komunitas hingga Pengungsi Gunung

Tepat 17 Oktober 2017 anggota Fraksi Demokrat DPR RI, Putu Supadma Rudana memasuki masa pengabdian ke 50 hari di DPR RI, sejak dilantik menjadi PAW (Pengganti Antar Waktu) Putu Sudiartana alias Leonk, 24 Agustus 2017 lalu. Memasuki 50 hari ini, Supadma Rudana mengaku serasa kerja 5 tahun lamanya. Pulang-pergi setiap pekan Supadma Rudana harus mengejar penugasan Fraksinya. Seperti apa ceritanya?

Ditemui NusaBali di sela-sela kunjungan dapil (daerah pemilihan) di Denpasar beberapa waktu lalu, Supadma Rudana masih nampak kelelahan. Didampingi staf DPR RI, begitu mendarat di Bandara Internasional Ngurah Rai, Tuban, Badung, Supadma Rudana langsung menemui para komunitas media sosial yang digawangi beberapa anak-anak mahasiswa di Bali.

Pertemuan jelang tengah malam itu harus dilaksanakan. Belum lagi esok pagi-pagi sekali dia harus bertemu dengan seniman dan akademisi di Desa Ubud, Kabupaten Gianyar. “Saya harus mengejar target untuk membuat laporan kinerja kepada Fraksi,” ujar Supadma Rudana.

Maklum, begitu dilantik sebagai anggota DPR RI, Supadma Rudana sudah didrop langsung di Komisi III membidangi Hukum dan HAM, Kepolisian, Kejaksaan, Kehakiman, BNN, KPK yang mengharuskan dia menyamai capaian rekan-rekannya sesama Fraksi Demokrat melakukan Kundapil (kunjungan dapil). Dia diwajibkan turun di 50 titik menemui masyarakat. Supadma Rudana hanya 2 pekan menyelesaikannya. Bagi Supadma Rudana bekerja dengan speed (kecepatan) tinggi harus dilakukan lagi seperti ketika dirinya menempuh kuliah di Amerika Serikat, beberapa tahun silam. “Kumpulkan minimal 100 orang untuk sosialisasi program DPR RI. Dengan waktu hanya Sabtu-Minggu tiap pekan, saya harus turun di 50 titik. Caranya Sabtu-Minggu pulang ke Bali, Senin sudah di Jakarta mengikuti kegiatan di DPR RI yang padat sampai dini hari,” kata politisi asal Desa Peliatan, Ubud, Kabupaten Gianyar ini.

Supadma Rudana pun merasa tertantang. Pekan pertama dia langsung menemui para seniman, pecalang, pelaku pariwisata, hingga pengurus ST (Sekaa Teruna) di Kecamatan Ubud, Gianyar. Bahkan dirinya juga harus melakukan aksi kemanusiaan dengan menemui para pengungsi Gunung Agung Karangasem, sebagai panggilan moral atas dasar Manyamabraya.

Ada 15 titik pengungsi yang ditengok dengan penyerahan bantuan kemanusiaan bersama relawan. Supadma Rudana temui pengungsi di Bangli, Gianyar, Klungkung dan Karangasem. Dia juga sempat sembahyang ke Pura Besakih yang ditutup karena status Awas Gunung Agung. Berkat pendekatan yang santun kepada petugas dan pamangku Pura Besakih, Supadma Rudana diizinkan untuk sembahyang selama 30 menit di Pura Besakih bersama relawan.

“Pikiran saya hanya satu, memperjuangkan aspirasi masyarakat secara penuh kerja keras tanpa lelah dan pararel dan tulus iklas,” ujar Supadma Rudana. Bagaimana dengan Bidang Komisi III? Supadma Rudana mengaku dapat pengalaman berharga. Bagaimana tidak, dia bukan pakar hukum. “Di Komisi III ini membuat saya malah lebih matang. Persaingan untuk menunjukkan kemampuan dengan anggota Komisi III yang sudah jago dan pengalaman jadi tantangan tersendiri, walaupun saya bukan pakar hukum,” ujar pria yang juga Ketua Pengda Karang Taruna Provinsi Bali ini.

Menurut Supadma Rudana di Komisi III dirinya mengawal penegakan hukum terhadap seni dan budaya, HAKI, pengawalan warisan luhur budaya yang mengalami pencurian dan pemalsuan. Penegakan hukum tanpa pandang bulu adalah keharusan dalam menyelesaikan masalah pemalsuan produk seni dan budaya. “Jadi 30 hari ini di Komisi III banyak pengalaman saya dapat. Ternyata seni dan budaya itu terkait dengan hukum. Itu pengalaman dan sebuah ilmu juga. Walaupun saya bukan orang hukum, saya orang yang setiap hari bergulat dengan seni dan budaya,” tegas alumni Universitas Webster Amerika Serikat ini.

Selain itu kata Supadma Rudana memahami dan mengenal kebersamaan dengan yudikatif dalam tata pemerintahan pengalaman luar biasa. “Saya merasakan bagaimana perjuangan penegakan hukum, mengawal supremasi hukum, mengawal program pemberantasan korupsi adalah tugas mulia,” tegas Wasekjen DPP Demokrat ini. *nat

 

Sumber tulisan : Nusa Bali, 22 Oktober 2017

HUT Demokrat, Supadma Rudana Terjun Temui Petani

DENPASAR, NusaBali – Totalitas untuk hadir di tengah masyarakat ditunjukkan oleh anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Demokrat, Putu Supadma Rudana (PSR).

PSR usai turun menemui konstituen di dapil Bali, Minggu (10/9) mengatakan dalam pemaknaan HUT ke 16 Partai Demokrat, tidak ingin hanya diwarnai aksi-aksi turun ke masyarakat dengan cara instant. HUT Partai Demokrat ke 16 dijadikan moment untuk evaluasi program partai dan totalitas kader bersama rakyat secara berkelanjutan.

Supadma Rudana dalam acara turun ke dapil Bali, selain menemui para petani, juga hadir di arena Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS) di Lapangan Puputan Margarana, Niti Mandala, Denpasar. Menurut Supadma kader Demokrat harus lebih dekat di tengah rakyat yang sedang membutuhkan solusi.

“Tagline Demokrat hadir memberi solusi, bantu rakyat dan kawal pemerintahan sangat tepat disampaikan Ketua Umum Demokrat Pak SBY. Ini moment tepat untuk lebih cepat berbaur dengan rakyat dan menyambung komunikasi lebih baik lagi untuk menyerap aspirasi mereka,” ujar PSR.

PSR memilih turun menemui para petani di Bali karena kalangan ini yang selama ini paling nyaring keluhannya. Pertanian Bali masih menjadi andalan ekonomi Bali. “Di Bali untuk pekan ini saya memilih turun menemui petani. Karena suara petani begitu nyaring dan tulus, apa masalah-masalah yang terjadi di bawah terungkap semua. Dan di sinilah kita hadir mencari solusi petani,” ujar Supadma Rudana yang menargetkan menemui konstituen di 50 titik sampai 6 pekan ke depan.

Politisi asal Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar ini menyebutkan pertanian Bali menjadi kekuatan nusantara. Bali memiliki kawasan Subak Jatiluwih di Kabupaten Tabanan, yang selama ini tidak hanya memenuhi kebutuhan pokok masyarakat Bali, namun juga multifungsi.

“Selain sebagai bentuk melestarikan adat dan budaya, pertanian Bali juga memberikan manfaat ekonomis bagi Bali untuk kepariwisataan. Pelestarian lingkungan dengan konsep Tri Hita Karana,” kata Supadma Rudana. Menurut Supadma Rudana, pertanian Bali dengan konsep Subak (organisasi dan sistem pengairan), dan mendapatkan pengakuan dunia sebagai Warisan Budaya Dunia dari UNESCO (United NastionsEducation, Scientific and Culture Organization) harus terjaga dengan baik. Karena itu sebuah pengakuan yang tiada tara harganya,” ungkap alumni Wesbter University Amerika Serikat yang juga Ketua Umum Museum Indonesia ini.

Supadma mengatakan saat ini ada beberapa masalah yang dihadapi petani di Bali. Mulai alih fungsi lahan pertanian, akibat regulasi yang tidak berpihak kepada petani. Kemudian fasilitasi untuk para petani yang masih tidak maksimal oleh pemerintah, terutama saat penjualan hasil produk pertanian. Kemudian masalah pajak tanah yang mencekik leher. ”Ini masalah-masalah yang kami dapatkan ketika terjun di Bali,” tegas Supadma Rudana.  Terus aksi nyata saat terjun kemarin?

“Buat sementara persoalan perbaikan irigasi organisasi Subak yang kami temui sudah kita siapkan bantuan perbaikan. Sementara regulasi masalah pajak yang tinggi tentu harus kita perjuangkan dengan menggedor pemegang kebijakan. Ini yang kita koordinasikan dengan stakeholder terkait,” pungkas pemilik Museum Rudana, Ubud, Gianyar ini. *nat

 

Sumber tulisan : Nusa Bali

Anggota DPR-RI Supadma Serap Aspirasi Perguruan Tinggi

Anggota Komisi X DPR-RI Putu Supadma Rudana menyerap aspirasi dari kalangan civitas akademika atau perguruan tinggi dalam upaya mendapatkan dana dari pemerintah pusat secara maksimal.

“Saya berinisiatif untuk menyelenggarakan rapat dengan para pimpinan perguruan tinggi di Bali. Langkah ini karena saya ingin menyerap aspirasi dari mereka, apa saja yang perlu diperjuangkan dalam dunia pendidikan di Bali,” kata Supadma Rudana di Denpasar, Rabu.

Menurut anggota DPR-RI yang membidangi pendidikan, pemuda, olahraga dan kebudayaan itu, pihaknya menggelar rapat dengar pendapat (RDP) dengan akademisi di Museum Rudana, Desa Peliatan Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar, pada Selasa (3/10).

Kegiatan rapat tersebut dihadiri oleh civitas akademika dari Universitas Udayana, Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) dan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Yaitu Rektor ISI Denpasar Prof Dr. I Gde Arya Sugiartha, Wakil Rektor Universitas Udayana Bidang Perencanaan, Kerjasama dan Informasi Prof Dr. Ida Bagus Gede Wiyasa Putra dan sejumlah akademisi dari berbagai fakultas di Universitas Udayana (Unud).

Dalam pertemuan tersebut, kata dia, berbagai aspirasi untuk memajukan dunia pendidikan di Bali untuk bisa diperjuangkan oleh para politikus di Senayan, Jakarta dalam upaya memajukan pendidikan di Pulau Dewata.

Prof Dr Ida Bagus Wyasa Putra menyampaikan bahwa Universitas Udayana memiliki rumah sakit, namun saat ini belum bisa beroperasi optimal, karena masih membutuhkan anggaran dari kementerian agar bisa terpenuhi.

“Rumah sakit perguruan tinggi yang dibangun dengan dana pusat belum bisa beroperasi, oleh karena itu kami minta kepada anggota Komisi X DPR RI daerah pemilihan Bali supaya bisa diperjuangkan di pusat,” ujarnya.

Sementara itu, Rektor ISI Denpasar Arya Sugiartha mengatakan dengan rapat dengar pendapat itu, harapnya supaya diperjuangkan anggaran (APBN) untuk pengembangan ISI Denpasar. Termasuk juga ada strategi menarik mahasiswa dari luar negeri belajar ke Bali.

“Kami minta anggaran diperjuangkan oleh Pak Supadma Rudana selaku wakil rakyat dari dapil Bali yang duduk di Komisi X. Kami sama-sama menggaungkan di pusat, karena mahasiswa asing bisa lebih banyak menempuh ilmu ke Bali. Kalau dulu kami mengirim mahasiswa ke Swiss nanti kita berharap dengan bersinergi bersama-sama mahasiswa luar negeri ke Bali lebih banyak,” ujar Wyasa Putra.

Dengan kondisi tersebut, Supadma Rudana mengatakan pihaknya akan menjembati perjuangan perguruan tinggi di Bali untuk mendapatkan kucuran anggaran dari pusat.

“Kami ingin dunia pendidikan di Bali berkembang. Termasuk rencana menyasar `World Class University` yang berstandar dunia, karena itu kami mencoba membuat rapat kali ini guna menyerap aspirasi di masing-masing perguruan tinggi tersebut. Tentunya gagasan ini harus diperjuangkan semaksimal mungkin. Aspirasi itu yang akan kami jadikan rekomendasi komprehensif di Komisi X DPR,” ucap politikus Partai Demokrat itu.

Supadma Rudana yang juga Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia (AMI) ini menyebutkan masing-masing pergurun tinggi sudah punya hubungan kerja sama. Seperti Univeristas Udayana dan ISI dengan Kemenristekdikti, STP dengan Kementerian Pariwisata.

“Yang akan jadi kebutuhan masing-masing perguruan tinggi ini harus ada fasilitasi. Saya mencoba menjembati, apa yang dibutuhkan. STP, Unud dan ISI ini mewakili pergurun tinggi di Bali. STP, ISI dan Unud adalah baromater universitas atau perguruan tinggi di Bali. Nanti dengan perguruan tinggi lainnya di Bali kami juga siap kalau nanti ada aspirasi,” ujar Wakil Sekjen DPP Demokrat ini.

Supadma Rudana mendorong kemajuan pendidikan di Bali agar terus maju. Terlebih Pulau Bali menjadi tujuan pariwisata dunia, sehingga sektor lainnya juga harus mampu setara dengan dunia yang sudah maju.

“Kami ingin orang asing belajar ke Bali, baik soal pariwisata maupun kebudayaan. Kalau sekarang kami kirim mahasiswa, nanti kita balik negara lain kirim mahasiswanya belajar ke Indonesia (Bali). Karena ini jelas akan memberikan nilai tambah. Jadi Bali bukan hanya karena destinasi turis, tetapi juga dengan bidang pendidikanya. Saat ini mahasiswa asing yang belajar di Bali sekitar 1.500 orang. Ini masih sangat sedikit,” kata Supadma Rudana.(WDY)

Sumber tulisan: Antara Bali