Walau tidak membidangi Agam, namun saat masa reses anggota Komisi X DPRI RI dari Fraksi Demokrat, Putu Supadma Rudana, mendapatkan aspirasi untuk memperjuangkan pendirian pasraman-pasaraman Hindu di Pulau Dewata. Supadma Rudana diminta memperjuangkan berdirinya Pasraman Hindu usia dini sampai perguruan tinggi karena derasnya pengaruh budaya global dan persaingan sumber daya manusia yang menjadi tantangan generasi muda di Bali.
Hal itu terungkap saat Reses Supadma Rudana di Museum Rudana, Desa Peliatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Minggu (24/12) siang. Dalam Reses tersebut dihadiri tokoh masyarakat dan prajuru adat di Gianyar, dan kalangan Sekaa Teruna (ST). Hadir juga anggota Komisi II membidangi pariwisata dari Partai Demokrat DPRD Bali Tjokorda Asmara Pustra Sukawati, anggota Komisi IV DPRD Bali membidangi adat dan budaya sekaligus juga kandidat Calon Bupati Gianyar usungan Koalisi Gianyar Bangkit, Tjokorda Raka Kertyasa alias Tjok Ibah.
Dalam reses tersebut Supadma Rudana diminta memperjuangkan pendirian pasraman di Bali, mulai usia dini sampai dewasa (perguruan tinggi). Pasraman ini bisa diperjuangkan untuk mendapatkan anggaran APBN seperti lembaga-lembaga serupa umat lain. Selain itu Supadma Rudana juga mendapatkan aspirasi supaya generasi di Bali bisa diarahkan untuk pengembangan seni-budaya menjadi ekonomi kreatif di era digital.
Tjok Ibah misalnya mengatakan adat dan budaya di Bali yang adiluhung banyak tantangannya. Sehingga harus ada benteng sekala-niskala. “Bagaimana caranya kita sebagai pelaku budaya punya pakem. Punya taksu. Tidak lepas dari pakem walaupun ada upaya untuk menciptakan kegiatan ekonomi kreatif. Supaya tidak melecehkan dan menyesuaikan pakem maka tidak boleh berubah dari pakem yang ada. Kami sangat berterimakasih dengan penyerapan aspirasi ini untuk kegiatan pengembangan seni dan budaya serta ekonomi kreatif di Bali,” ujar Tjok Ibah.
Menurutnya melestarikan seni dan budaya banyak tantangan. “Saya lihat saat sembahyang semua sibuk dengan ponsel. Sibuk dengan android. Ini kita khawatirkan mempengaruhi mental generasi kita. Kemudian pakaian ke Pura sekarang banyak kena pengaruh kemajuan zaman. Kita berharap pakai estetika, “kata Tjok Ibah.
Sementara Supadma Sudana mengatakan seni dan budaya bisa dikembangkan di banjar-banjar. Misalnya di Desa Batubulan yang sekarang terkenal dengan Sni Barong bisa dikembangkan dengan kegiatan festival yang lebih rutin. “Bahkan saya punya harapan ke depan di Desa Batubulan ada Museum Barong dan ini menjadi model pengembangan ekonomi kreatif. Kita ingin ekonomi kreatif menembus banjar-banjar supaya masyarakat merasakan manfaatnya,” kata politisi asal Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar ini.
Sementara untuk usulan pasraman di Bali, Supadma Rudana mengatakan pihaknya kini tengah berjuang dengan Dirjen Bimas Hindu untuk dana APBN bisa diperoleh Pasraman-Pasraman di Bali. Bahkan pihaknya akan perjuangkan peningkatan anggaran Umat Hindu di Indonesia, khususnya di Bali yang masih minim. “Walaupun Bidang Agam bukan bidang Komisi X saya akan terus berjuang melalui fraksi,” tegas Wasekjen DPP Dempokrat ini. (nat)
Sumber : Nusa Bali