Pidato Dalam Acara Pesamuan Budaya I

Museum Rudana, 3 September 2009
Om Swastyastu,
Salam Sejahtera bagi kita semua

Perkenankanlah pada kesempatan ini juga saya mengucapkan Salam Bhinneka Tunggal Ika sebagai penghormatan akan kekayaan dan keberagaman budaya kita.

Pertama-tama, terimakasih kepada pinihsepuh, pengemong spiritual Bapak Mangku Miarta, yang berkenan hadir untuk turut memaknai pertemuan kita ini.

Selamat datang dan terimakasih pula kami ucapkan kepada yang terhormat Bapak Joop Ave, di tengah kesibukannya berkenan meluangkan waktu hadir di Museum Rudana. Kita berharap dari pengalaman Beliau sebagai budayawan dan juga mantan Menparpostel dapat dipetik gagasan dan pendapat yang mencerahkan arah kepariwisataan kita, yang pada kesempatan ini kita diskusikan melalui tema “Bali Dalam Tantangan Kepariwisataan Global”.

Bapak Joop Ave, atas dedikasinya kepada Bangsa dan Negara, belum lama ini memperoleh penghargaan langsung dari Ibu Kepala Negara Presiden Republik Indonesia, Ibu Ani Yudhoyono, dan saya pribadi juga selaku Managing Director of Museum Rudana ingin mengingat kembali bahwa Museum Rudana juga dengan bangga pernah menganugerahkan Ksatria Award.

Terima kasih kepada Pak Nyoman Rudana selaku senator atau DPD RI yang selama lima tahun telah mendharmabaktikan pikiran, gagasan dan kepeduliannya untuk memperjuangkan kemajuan-kemajuan Bali melalui sebuah lembaga yang terhormat yang berpusat di Jakarta, yakni Dewan Perwakilan Daerah.

Terima kasih juga kepada Ibu Prof. Wiendu Nuryanti, Ph.D (Guru Besar Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Gajah Mada yang juga Executive Director STUPPA sebuah lembaga penelitian dan pengembangan yang fokus kajiannya adalah utamanya di bidang pariwisata dan kebudayaan). Perlu dinyatakan juga betapa sebagai peneliti mumpuni, pendekatan ilmiah yang dilakukan oleh Ibu Wiendu Nuryanti pastilah bermanfaat dan amat berguna untuk menjawab persoalan-persoalan kepariwisataan di Indonesia, utamanya Bali, di tengah persaingan global yang tak terelakkan.

Ucapan terima kasih juga kepada penglingsir Puri Ubud, Bapak Cokorda Putra Sukawati, Bapak Ir. Henky Hermantoro, MURP selaku Kapuslitbang Depbudpar RI, Bapak Rektor ISI Prof. Wayan Rai, Bapak Ketua STP-Bali Made Sudjana, Bapak Rektor Universitas Ngurah Rai Prof. Cok Atmaja, Bapak Rektor IHDN Prof. Titib, Bapak Rektor Unud atau yang mewakili, Bapak Rektor Undiksha Singaraja atau yang mewakili, dan terimakasih juga saya sampaikan juga kepada Kepala Dinas Pariwisata Yogyakarta Bapak Djoko.

Serta tak ketinggalan generasi muda unggul, calon pemimpin bangsa, para pemenang lomba esai dengan tema “Harapan Masyarakat terhadap Pemimpin Masa Depan Indonesia” (yang diadakan pada April 2009).

Sebagai pemrakarsa dari acara ‘Pesamuan Budaya’ ini, dengan topik sebagaimana yang saya singgung di atas yakni “Bali dalam Tantangan Kepariwisataan Global”, diselenggarakan antara lain menimbang dan memerhatikan bahwa Bali sebagai daerah tujuan wisata dunia sering dianggap telah meraih titik puncak capaian prestasinya. Dengan kata lain, keberhasilan tersebut seolah merupakan ambang batas atau titik jenuh, di mana situasi tersebut dapat menjadikan dunia pariwisata Bali bergerak ke arah yang tak diharapkan, yakni dari tahun ke tahun ada kemungkinan capaian prestasinya menurun. Namun demikian, saya, dan tentu kita semua, berkehendak dan berkeyakinan tidak akan sampai menjadi Destination of Yesterday. Langkah-langkah yang harus dilakukan, antara lain sinergi kreatif dan produktif, dimana peningkatan tidak lagi dilakukan dari sisi kuantitas, melainkan juga Kualitas, dengan kerjasama terpadu dan holistik yang melibatkan semua pihak.

Saya berkeyakinan bahwa seni budaya adalah jiwa dari bangsa ini. Oleh sebab itu, upaya-upaya peningkatan kepariwisataan juga sepatutnya merupakan buah sinergi dari seni, budaya, dan kepariwisataan serta bidang-bidang lainnya (sinergi seni membangun bangsa).

Bapak-bapak/Ibu dan hadirin sekalian, melalui Pesamuan Budaya yang didasari keterbukaan serta menekankan gagasan-gagasan ilmiah yang intens serta terfokus seperti ini, diharapkan lahir pemikiran dan terobosan solusi kreatif dan produktif serta rekomendasi-rekomendasi yang dapat menjadi acuan para pengambil kebijakan di bidang pariwisata. Dengan demikian, diharapkan ke depan adanya suatu penataan dunia pariwisata yang unggul, dengan pendekatan holistik, berdimensi jangka pendek, jangka menengah, maupun bersifat strategis yakni, jangka panjang.

Bapak-bapak, Ibu-Ibu serta hadirin, sengaja acara Pesamuan Budaya ini diadakan di Museum mengingat bahwa kita dikelilingi oleh karya-karya adilihung para seniman-seniman besar kita yang dari dalamnya memancar suatu energi positif yang mencerahkan sekaligus kreatif. Kita juga menyelenggarakan acara yang penuh makna ini dalam suatu ruang dan bangunan yang ditata sedemikian rupa berdasarkan filosofi Tri Hita Karana, penghormatan akan Parahyangan, Pawongan dan Pelemahan, yaitu hubungan harmoni dengan Tuhan, Manusia dan Alam lingkungan.

Sebelum mengakhiri sambutan ini, perkenakanlah saya menyampaikan bahwa pada tahun 2010 mendatang kita akan menyambut Tahun Kunjungan Museum 2010 (Visit Museum Year 2010). Hal mana pencanangan itu diputuskan dalam Musyawarah Nasional AMI (Asosiasi Museum Indonesia) di Jambi belum lama ini, di mana saya dipercaya, dipilih dan ditunjuk sebagai Ketua IV Nasional yang membidangi informasi, publikasi dan penerbitan. Sejalan dengan acara Munas tersebut, ditegaskan pula bahwa sebagai organisasi, Asosiasi Museum Indonesia bertekad untuk menjadikan museum beserta pengelolanya sebagai Center of Excellence. Oleh alasan itu pulalah saya sebagai pemrakarsa sedari awal berniat untuk melakukan acara Pesamuan Budaya ini di Museum Rudana.

Dengan limpahan karunia dan hikmah dari Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, ‘Pesamuan Budaya’ atau ‘Dialog Ilmiah’ dengan tema “Bali dalam Tantangan Kepariwisataan Global” , saya nyatakan resmi dibuka. Selamat berdiskusi, semoga kita menuju dan meraih Visi yang Sempurna (Excellent Visioner).

Om Shanti, Shanti, Shanti, Om

Leave a Reply

Your email address will not be published.