Category: Kabar Terkini

358 Pemilik Museum Temu Nasional di Bali

DENPASAR, NusaBali. AMI di bawah sang Ketua Umum Putu Supadma Rudana bikin ‘Temu Nasional Pengelola Museum’ di Sanur, Denpasar Selatan, 30 Mei-2 Juni 2016 nanti. Agenda akbar ini bakal melibatkan 358 pemilik dan pengelola museum se-Indonesia

Terkait rencana ini, panitia ‘Temu Nasional Pengelola Museum’ secara khusus bertemu Gubernur Bali Made Mangku Pastika di Kantor Gubernuran, Niti Mandala Denpasar, Jumat (15/4) siang. Ketua Umum AMI, Putu Supadma Rudana, juga ikut hadir dalam pertemuan dengan Gubernur Pastika kemarin.

Supadma Rudana yang notabene pemilik Museum Rudana di Ubud, Gianyar didampingi Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Hary Widiyanto, serta Ketua Himpunan Museum Bali (Himusba) AA Gede Rai, dab Wakil Ketua Himusba Tjokorda Astika.

Menurut Supadma Rudana, pertemuan dengan Gubernur Pastika kemarin adalah audiensi terkait agenda besar ‘Temu Nasional Pengelola Museum’ yang bakal digelar AMI di Sanur, akhir bulan nanti. Dari audiensi tersebut, Gubernur Pastika memastikan bakal membuka remi ‘Temu Nasional Pengelola Museum’.

“Para pemilik museum se-Nusantara, dari Sabang sampai Merauke, yang jumlahnya mencapai 358 orang, nantinya akan hadir di Sanur untuk pertemuan tingkat nasional nanti. Pak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Anies Baswedan, Red) juga bakal hadir. Sedangkan Pak Gubernur Pastika kita beri kehormatan untuk membuka kegiatan,” ujar Supadma Rudana dalam rilisnya seusai bertemu Gubernur, Kamis kemarin.

Kegiatan ‘Temu Nasional Pengelola Museum’ yang melibatkan para pemilik museum seIndonesia di Sanur nanti, kata Supadma Rudana, merupakan agenda membangun permuseuman ke depan. Dari pertemuan itu juga akan dirumuskan apa tantangan permuseuman secara nasional. “Kita ingin beragam museum yang ada sekarang, bersinergi dengan asosiasi dan berperan strategis menyuarakan masalah ini,” ujar politisi muda asal Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar yang juga Wakil Sekjen DPP Demokrat ini.

IMG-20160421-WA0011

Supadma menyebutkan, mulai level pusat hingga daerah kini sedang mengawal gerakan ‘Museum sebagai Rumah Tertinggi Kebudayaan’. “Karena, museum merupakan rumah tertinggi kebudayaan, rumah abadi peradaban, rumah sumber inspirasi,” ujar putra dari mantan anggota DPD RI 2004-2009 Dapil Bali, Nyoman Rudana ini.

Nah, dalam temu nasional para pemilik museum nanti, kata Supadma, juga akan dicari rumusan yang komprehensif tentang pengelolaan museum. Muaranya, supaya museum benar-benar menjadi jiwa bangsa Indonesia. “Museum yang jadi rumah kebudayaan, kita bidik bisa bermanfaat misalnya untuk kekuatan diplomasi internasional,” tegas Supadma Rudana.

Asosiasi Museum Indonesia (AMI), kata Supadma, memberikan tugas kepada para pengelola museum untuk menyuarakan aspirasi dan bersama-sama pemerintah dalam memajukan perkembangan museum. “Kita apresiasi kepada Gubernur Pastika. Tadi (kemarin) beliau menyampaikan dukungan maksimal,” katanya.

Sedangkan Ketua Himusba, AA Gede Rai, berharap perhelatan temu nasional para pemilik museum di Sanur nanti mendapatkan dukungan semua komponen, mulai dari pemerintah hingga rakyat Bali. “Bali menjadi tuan rumah, ini kesempatan luar biasa. Bali menjadi inspirator tentang permuseuman,” ujar Gung Rai.

Disebutkan, acara ‘Temu Nasional Pengelola Museum’ juga akan diselingi dengan acara sarasehan tentang museum dan kebudayaan, serta gala dinner dengan Gubernur Pastika dan Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi di Gedung Jaya Sabha Denpasar. Selain itu, para peserta ‘Temu Nasional Pengelola Museum’ juga akan melakukan kunjungan ke berbagai museum di Bali.

Sementara itu, Gubernur Pastika menyambut positif agenda ‘Temu Nasional Pengelola Museum’ di Bali. Menurut Pastika, museum adalah cerminan bagaimana melihat masa lampau dan memikirkan masa depan. “Bali bisa menjadi the living museum (museum hidup),” ujar Gubernur Pastika yang kemarin didampingi Karo Humas Setda Provinsi Bali, Dewa Gede Mahendra Putra. 7 nat

 

Sumber : NUSA BALI, 16 April 2016

Supadma Rudana Masuk 5 Besar

Penataran Pimpinan dan Kader Demokrat di Bogor
Hasil pelatihan gemilang, 14 kader Demokrat menerima penghargaan dari SBY. Peserta ujian termasuk Edhie Baskoro dan Ani Yudhoyono.
Denpasar, Nusa Bali. sebanyak 250 kader utama Partai Demokrat yang sudah mengikuti “Penataran Pimpinan dan Kader Demokrat” di Bogor, Jawa Barat, 29 Maret – 2 April 2016, diminta terjun ke daerah membagikan ilmunya di level bawah.

Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) DPP Demokrat Putu Supadma Rudana dihubungi Nusa Bali di sela-sela penutupan penataran pimpinan dan kader DPP Demokrat di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (2/4), mengatakan penataran untuk kader Demokrat menginisiasi kader-kader utama tentang negara, pemerintahan, dan sistem nasional. Penataran itu melibatkan 60 anggota Fraksi Demokrat di DPR RI, dari unsur DPS provinsi 100 orang dan 90 pejabat utama DPP Demokrat.
:Hari ini (kemarin) sudah selesai dan penutupan. Ada 250 kader utama yang siap diterjunkan ke seluruh Indonesia untuk mengembangkan kekuatan Demokrat ke depan “ ucap Supadma Rudana, politisi asal Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, ini.

Supadma Rudana mengatakan, penggemblengan 250 kader Demokrat tidak main-main. Ketua Umum DPP Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono langsung terjun menjadi pemateri. Ada juga para mantan menteri, mantan Kapolri, mantan ketua BIN, seperti mantan Sekrataris Kabinet Sudi Silalahi, mantan Mendiknas Mohammad Nuh, mantan Menko Polhukam Djoko Suyanto.

“Kader utama ini mendapatkan pendidikan dan disiapkan menjadi pemimpin. Ketika mereka nanti menjadi DPR, walikota/bupati atau menjadi menteri” ujar pria yang juga Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia ini.

Setelah enam hari mengikuti pelatihan, 250 kader Partai Demokrat (PD) mengikuti ujian tertulis. Ujian digelar di lokasi pelatihan di Novotel Hotel, Bogor, Jawa Barat, Jumat (2/4), dan berlangsung tertutup. SBY mengawasi jalannya ujian dari atas podium.
Seluruh kader yang mengikuti pelatihan sejak hari pertama wajib menjalani ujian. Termasuk Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) dan istri SBY, Ani Yudhoyono.

Menurut pengakuan peserta ujian, soal-soal yang diberikan terbilang cukup sulit. Semuanya berkaitan dengan materi yang diberikan oleh para narasumber selama enam hari, sesuai tema pelatihan “Negara, Pemerintah dan Sistem Nasional”.
“Lumayan susah, basis bukan hanya sekadar pengetahuan dasar. Ada substansi perundang-undangan. Bukan hanya isu publik. Basis kemampuan orang dalam memahami sebuah persoalan, isu dan aturan “ujar Ketua DPP PD Didik Mukrianto, usai mengikuti ujian seperti dilansir detikcom.

Meski Didik duduk di kursi DPR, bukan berarti soal-soal tersebut mudah. Beruntung selama enam tahun bersama teman-teman satu partainya mendapat pelajaran dari narasumber yang adalah menteri-menteri pada zaman era SBY ketika menjadi presiden.
“Karena soalnya komprehensif, ada soal sosial, kesra, polhukam, ekonomi, semua ada. Termasuk hal dasarnya. Pengetahun ini menjadi keharusan buat semua politisi, khususnya teman-teman yang mau mengemban tugas di eksekutif, legislatif dan yudikatif “ tutur anggota Komisi III DPR itu.

Sementara itu elite PD lain yang juga mengikuti ujian, Ramadhan Pohan mengaku bisa menjawab soal-soal baik. Menurutnya, pelatihan ini sangat bermanfaat bagi para kader ketika nantinya ada yang menjadi pejabat negara.

“Ada peluang bagi kami untuk mengetahui bagaimana mengambil keputusan. Ketika menjadi anggota dewan, menteri, kepala daerah, apa saja yang harus diketahui. Ini dipandu dari materi “ ucap Pohan.

Setelah kader mengikuti ujian, hasilnya langsung dikoreksi oleh staf independen di luar partai. Tak berapa lama, hasilnya pun keluar. Bagi yang nilainya dibawah 60, SBY meminta agar mereka kembali mengulangi mengikuti ujian namun tidak langsung hari ini juga.

“Hanya 11 persen yang belum lulus. Itu akan dibawakan naskah ujian, kita tunggu tiga hari. Tolong di-email dikirimkan jawabannya. Lihat rujukan. Ingat kembali yang disampaikan narasumber, panelis “tutur SBY di lokasi yang sama.

“Yang lulus nilainya di atas 60 hingga 80. Yang di atas 80 memuaskan, kita ambil top 5 persen. Ada 14 yang mendapat penghargaan. Ini jauh lebih bagus dibanding pre test di hari pertama. Membuktikan seminggu ini ada gunanya dan besar menfaatnya “imbuh presiden ke 6 RI itu.

Adapun 14 kader yang mendapat hasil terbaik itu adalah Andi Timo, Roy Suryo, Rifai Darus, Edhie Baskoro (Ibas), Fandy Utomo, Putu Supadma Rudana, Ramadhan Pohan, Ni’matullah, Marwan Cik Asan, M. Rizky Oktavianur, Teuku Rifky Harsya, Johannes Kaoang, Zainul Aidi, dan Herman Khairon. Mereka menerima piagam penghargaan sekaligus sertifikat kelulusan dari SBY.

SBY mengaku senang dengan hasil dari pelatihan kader ini. Apalagi saat materi praktik, para kader diajari untuk mampu memiliki kualitas sebagai seorang pejabat negara. Seperti bagaimana menghadapi wartawan, berbicara serta berkampanye.

“Saya sangat senang, karena saya melihat semangat, gairah, kesungguhan dan semua yang diacarakan dilakukan dengan baik. Saya sebagai pemimpin bangga. Ini beginning untuk langkah ke depan. pada saatnya ini jadi modal daya saing yang luar biasa. Tolong dipedomani, dicamkan, diingat dan dijalankan “pesan SBY.

PD pun akan secara bertahap memberikan pelatihan seperti ini untuk kader-kader lainnya dengan target 5.000 kader selama lima tahun. SBY mengaku akan turun langsung memastikan untuk menggembleng agar PD memiliki kader-kader berkualitas.

“Ujian akhir tidak mungkin mengukur semuanya dari apa yang Anda dapatkan. Ini hanya salah satu. Kita bertekad PD jadi partai kuat, partai tengah, dan modern. Ini upaya nyata supaya kita terus berbenah diri dan meningkatkan kemampuan kita. Agar kita selalu siap “ tandas SBY.

Supadma Rudana, menegaskan, dalam pemaparan para mantan menteri yang jumlahnya sekitar 34 orang, itu ternyata banyak program pemerintahan SBY tidak berlanjut. Padahal banyak program yang bagus dan berkualitas. Era SBY, menurut Supadma Rudana, Indonesia menjadi negara dengan kekuatan ekonomi 20 besar dunia. “Jadi sangat kita sayangkan program-program SBY memimpin 10 tahun pemerintahan terputus begitu saja. Namun bagi kami, Demokrat akan tetap berjuang supaya program pro rakyat itu bisa terlaksana. Melalui perjuangan wakil rakyat dan kader-kader di eksekutif di daerah. Golden decade di 10 tahun pemerintahan SBY tidak boleh sirna begitu saja“tegas Supadma yang kemarin meraih posisi 5 besar dari 250 yang ikut pendidikan kader tersebut.

Sementara Putu Sudiarta dinyatakan lulus ujian. Menurut Putu Sudiartana, yang mengikuti tes sebanyak 241 orang. “Namun tidak semuanya lulus. Dari 241 orang, 26 orang tdak lulus. Ke 26 nama itu tidak disebutkan. Mereka akan mengikuti tes berikutnya sampai lulus. Bila tidak lulus-lulus, bisa menjadi catatan ketua umum “ucap anggota Komisi III DPR RI itu.

Bagi yang lulus, mendapat sertifikat dari SBY. Ketika disinggung apakah berbekal sertifikat itu, otomatis mereka menjadi calon eksekutif dari Partai Demokrat? Sudiartana menjelaskan, dalam mengusung calon untuk presiden, bupati/walikota maupun wakil bupati/wakil walikota, ada mekanisme secara internal melalui Badan Pemenangan Pemilu DPP Demokrat yang diketuai oleh Edhie Baskoro Yudhoyono atau biasa disapa Ibas.
“Walau punya sertifikat itu, tidak otomatis menjadi calon karena ada mekanismenya “ucap Sudiartana. Saat ditanya apakah dirinya akan maju sebagai calon di pilkada tingkat kabupaten/kota atau Provinsi Bali lantaran telah mengantongi sertifikat, Sudiartana menegaskan, semua kader harus punya mimpi.

“Menjadi politikus harus punya mimpi baik menjadi anggota DPR atau eksekutif di kota/kabupaten, provinsi atau presiden. Bohong kalau tidak ada mimpi. Jadi pengurus inti baik tingkat pusat dan daerah wajib tarung di tahun 2019 nanti” kata pria yang menjabat sebagai Wakil Bendahara Umum DPP Demokrat ini. (nat, k22.)

Sumber : NUSA BALI, 3 April 2016

Putu Supadma Usulkan Pemekaran AMIDA Sumsel

RMOL.Sembilan museum meriahkan pameran senjata tradisional Sumatera dengan memamerkan sebanyak 95 pucuk senjata dari berbagai daerah dalam pameran “Senjata Tradisional Sumatera” yang berlangsung di Auditorium Museum Negeri Sumsel Balaputra Dewa, 21-26 Oktober 2015.

Telah mencukupinya jumlah museum yang ada di Sumsel. Menjadi pertimbangan untuk dilakukannya Pemekaran Asosiasi Museum Indonesia Daerah (Amida) Sumsel.

Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia (AMI), Putu Supadma Rudana mengatakan, pameran senjata tradisional sumatera diyakini akan memberikan inspirasi kepada semua pihak akan kekayaan warisan bangsa, bukan hanya sekedar senjata. Tetapi, filosofi dibalik itu.

“Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar, dan sudah mampu menampilkan keluhuran kebudayaannya dari berbagai hal. Termasuk salah satunya dari senjata tradisional Sumatera,” ungkapnya saat ditemui, disela-sela pameran senjata tradisional, Rabu (21/10).

Dia menambahkan, AMI sekarang memiliki lebih dari 18 Asosiasi Museum Indonesia Daerah (Amida), dari Aceh hingga Papua, dan Sumsel tergabung dalam AMIDA bagian selatan. Kedepan, pihaknya menginginkan adanya pemekaran amida di Sumsel.

“Kalau sudah mampu sendiri, saya ingin ada pemekaran. Dimana amida Sumsel akan terbentuk dalam waktu yang tidak lama lagi. Karena, museumnya saya lihat sudah cukup banyak disini, lebih dari 5 museum, dan berkembang cepat,” tegasnya.

Adapun museum di Sumatera yang mengikuti pameran senjata tradisional yakni Museum Negeri Aceh, Museum Negeri Sumatera Utara, Museum Negeri Sumatera Barat, Museum Negeri Riau, Museum Negeri Jambi, Museum Negeri Bengkulu, Museum Negeri Sumsel, Museum Negeri Lampung, dan Museum Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang. [yip]

Sumber : RMOLSUMSEL.COM

Makna Simbolis dan Strategis Peresmian Museum Kepresidenan

Oleh : Putu Supadma Rudana*)

Berselang dua hari sebelum berakhir masa jabatannya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meresmikan Museum Kepresidenan Balai Kirti, bertempat di lingkungan Istana Bogor, Jawa Barat. Acara yang berlangsung pada tanggal 18 Oktober 2014 tersebut nyaris tanpa pemberitaan yang luas di tengah riuhnya euforia media massa menjelang pelantikan Presiden Indonesia terpilih Ir Joko Widodo. Kendati seluruh perhatian terpusat pada detik-detik menjelang pelantikan Jokowi, namun sesungguhnya peristiwa peresmian Museum Kepresidenan adalah sebuah momentum penting dalam sejarah Indonesia.

Peresmian museum Balai Kirti boleh dikata merupakan perwujudan gagasan Presiden SBY yang sedari tahun 2012 memang telah dicanangkannya. Dalam kesempatan menyampaikan sambutan pada acara peresmian, Bapak Presiden SBY menegaskan bahwa kehadiran museum ini bukan hanya diperuntukkan bagi enam presiden pendahulu Negara Republik Indonesia ini, melainkan juga bagi presiden-presiden mendatang.

Gagasan luhur tersebut menunjukkan Pak SBY adalah seorang negarawan yang visioner, menyadari bahwa memuliakan sejarah bermakna melanggengkan nilai-nilai kesejatian bangsa ini, yang diharapkan terangkum sebagai way of life, dan terwariskan dari generasi ke generasi. Oleh sebab itu, jelaslah bukan satu kebetulan bila museum Balai Kirti ini justru diresmikan di penghujung masa kepemimpinannya.

Selama kurun waktu 10 tahun menjadi Presiden Republik Indonesia, kita juga dapat menyaksikan bagaimana tingginya perhatian Pak SBY terhadap pelestarian, pengembangan dan kemajuan seni budaya di tanah air. Sebagai seorang prajurit yang telah bertugas di berbagai wilayah di nusantara ini, Beliau tentulah meresapi bagaimana Indonesia begitu kaya akan adat istiadat serta kehidupan kulturalnya. Ya, memang negara Indonesia yang kita cintai ini memiliki anugerah kekayaan yang luar biasa. Letaknya sangat strategis, di antara dua benua, Australia dan Asia, serta dua samudera, yakni Pasifik dan Hindia. Wilayahnya begitu luas, terdiri dari 17.504 pulau, berukuran besar dan kecil, terentang dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau We sampai Pulau Rote.

Berangkat dari kesadaran akan kekayaan kultural nusantara tersebut, Pak SBY menilai museum memiliki peran yang terbilang strategis sekaligus simbolis. Tidak seperti yang selama ini dibayangkan oleh sebagian masyarakat awam, museum terbukti dapat difungsikan sebagai laboratorium kebudayaan atau semacam center of excellence, di mana para ahli, pakar aneka bidang dan juga generasi muda dapat mengembangkan ide-ide kreatif dan gagasan-gagasan cerdasnya berdasarkan suatu telaah yang lebih mendalam terhadap apa yang telah dicapai para leluhur melalui karya-karya berupa apapun yang tersimpan di dalam museum, sehingga menghasilkan kreasi-kreasi inovatif yang bermanfaat bagi pembangunan, baik itu tataran filosofis maupun praksis.

Mengukuhkan Kebudayaan, Meneguhkan Nilai Kebangsaan

Secara pribadi, sebagai seseorang yang lahir dan dibesarkan dalam lingkungan museum, serta kini dipercaya sebagai Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia (AMI) Pusat, saya merasa berbahagia dan menaruh hormat setingginya kepada Pak SBY yang memposisikan keberadaan museum sedemikian mulianya. Sebagai kepala negara dan pemerintahan, di akhir-akhir masa kepemimpinannya, beliau justru tidak berusaha membangun citra keagungannya dengan meresmikan proyek-proyek mercusuar berupa bangunan-bangunan spektakuler atau jembatan-jembatan megah, melainkan sebuah Museum.

Sejalan dengan itu, AMI sebagai satu-satunya organisasi mitra pemerintah dalam bidang permuseuman, hingga kini menaungi lebih dari 400 museum se-Nusantara serta 18 Asosiasi Museum Indonesia Daerah (AMIDA) yang tersebar di seluruh Indonesia. Selama ini pula, menjalankan amanat dan kepercayaan keluarga besar museum Indonesia, saya telah melakukan kunjungan serta silahturahami ke berbagai museum di tanah air, baik yang dikelola swasta maupun negeri. Kunjungan tersebut kian menyadarkan saya bahwa kehadiran museum di tengah masyarakat bukan semata sebagai tempat menyimpan dan menjaga warisan budaya nusantara, namun lebih jauh lagi yaitu untuk merawat memori kultural bangsa ini. Melalui museum beserta koleksi berharganya, kita dapat mempelajari keadiluhungan masa silam seraya berupaya menyikapi dan memaknai nilai-nilai di dalam memorabilia tersebut sebagai inspirasi guna mengembangkan daya kreatif bangsa ini.

Program dan agenda-agenda kegiatan AMI sesungguhnya memang bermuara pada satu sasaran utama, yakni Pembangunan Karakter dan Pekerti Bangsa (Nation and Character Building) menuju terwujudnya masyarakat adil dan makmur sesuai cita-cita para founding father. Kegiatan-kegiatan dimaksud, baik berupa pameran, dialog, penerbitan atau pertunjukan, dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan, mengundang budayawan, tokoh dan pakar berbagai bidang yang memiliki perhatian pada kemajuan kebudayaan dan pendidikan di Indonesia. Melalui kegiatan yang mentradisi tersebut, diharapkan tersemai gagasan-gagasan bernas, cerdas dan visioner serta mencerahkan, sebagaimana yang diharapkan Pak SBY sewaktu meresmikan Museum Kepresidenan.

Jelaslah pendirian dan peresmian Museum Kepresidenan tersebut bukan semata bermakna simbolis yang mencerminkan visi kenegarawanan seorang Presiden, melainkan juga merefleksikan pengharapan Pak SBY selama ini, yakni hendaknya kehidupan perpolitikan di tanah air didasari oleh etika politik yang bersih, cerdas dan menjunjung nilai-nilai kebangsaan, yang nasionalis sekaligus dipenuhi suasana kebersamaan serta toleransi. Inilah politik yang berbudaya, yang tak semata-mata hanya berlomba berebut dan melanggengkan kekuasaan, akan tetapi berjuang bersama-sama dengan mengedepankan panggilan pengabdian demi Indonesia.

*)Ketua Departemen Kebudayaan dan Pariwisata DPP Partai Demokrat dan Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia

Sumber : website Partai Demokrat

Museum, Setelah Pencuri Beraksi ….

KEHADIRAN benda-benda dari masa lalu di sebuah museum kerap dipandang sebelah mata. Tidak di mata pencuri! Itulah nasib harta bangsa di ”gudang-gudang” berdebu. Meski pencuri beraksi, toh, tak tampak kegalauan yang pasti….

Sabtu siang akhir pekan lalu, beberapa keluarga dan turis asing menjelajahi bangunan baru Museum Nasional. Di lantai dasar, mereka terpesona mengamati tengkorak hitam manusia purba jutaan tahun lalu dari Sangiran, Sragen, Jawa Tengah.

Di antara koleksi tengkorak dan tulang dalam fitrin kaca serta gambar ilustrasi manusia purba, muncul wajah kekanakan Gerry (10), siswa kelas V SD di Tangerang. ”Gerry, manusia purba mana yang mirip kita? Mirip kamu,” ujar Lista (34), guru sekolah Gerry sambil bergurau. ”Itu!” ujar Gerry sambil terkikik menunjuk papan bergambar Homo erectus tipik, si manusia berjalan tegak dan berburu hewan.

Bagi Lista, bercerita tentang Indonesia paling mudah di museum terbesar di Indonesia itu. Sebanyak 141.889 item koleksi yang telah melintasi waktu tersimpan di sana. Hari itu target utama mereka ialah mengunjungi ruang arca serta ruang emas. Murid kelas V sudah belajar masa Hindu dan Buddha. Dan, berita hilangnya empat benda emas warisan Kerajaan Mataram Kuno abad ke-10 hingga ke-11 Masehi, 11 September 2013, memancing rasa penasaran.

Hanya saja, ruang emas dan arca di bangunan lama masih tertutup bagi pengunjung setelah pencurian itu. Polisi masih menyelidiki kasus itu. Ruang khazanah emas di bangunan baru juga ditutup partisi.

Kunjungan wisatawan mancanegara di Museum Nasional Jakarta, Jumat (4/10/2013). Beberapa waktu lalu, museum tersebut telah kehilangan empat artefak berlapis emas yang merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno pada abad 10 Masehi.

Penutupan ruang-ruang itulah jejak nyata aksi pencurian. Selebihnya, suasana tenang. Petugas keamanan hanya berkumpul di pintu lantai dasar dan lantai teratas yang memamerkan arkeologi bawah air. Meja yang disediakan untuk petugas di sudut tiap lantai museum pun kosong. Masuk ke ruang pajang, tak ada yang menyambut tamu.

Keresahan lebih tampak ketika berbincang dengan Kepala Museum Nasional Intan Mardiana. Bagi Intan, kasus pencurian itu tamparan keras karena terjadi ketika pihaknya membenahi museum. ”Kami sedang mendata ulang koleksi,” ujarnya.

Setelah kejadian pencurian itu, dia berencana menambah petugas pengamanan yang sekarang berjumlah 15 orang. Kamera pemantau juga akan dibuat terkoneksi sehingga memudahkan pengawasan.

Arkeolog peneliti dari Pusat Arkeologi Nasional, Bambang Budi Utomo, berpandangan, museum adalah aset bangsa, apalagi Museum Nasional. Gengsi bangsa ada di Museum Nasional sebagai tempat mengumpulkan karya-karya agung suatu bangsa.

”Di situlah kita akan melihat bahwa dulu itu bukan ruang hampa. Manusia masa lampau mampu membuat karya seni yang indah dengan teknologi terbatas,” ujarnya.

Setelah emas hilang

Tidak hanya di Museum Nasional kepingan agung masa lalu diam-diam berpindah tangan. Tiga tahun silam, 87 koleksi emas Museum Sonobudoyo, Yogyakarta, berbentuk arca, topeng, dan perhiasan juga dicuri. Sejak itu, museum dengan koleksi 62.661 item itu berbenah. Kepala Museum Sonobudoyo Riharyani menuturkan, kini ada 22 kamera pemantau di semua ruang pamer. Museum pun dipasangi alarm antipencuri. Dulu, saat pencurian terjadi, kamera pemantau dan alarm mati. Petugas pengamanan ditambah sebanyak 11 orang.

Kunjungan wisatawan mancanegara di Museum Nasional Jakarta, Jumat (4/10/2013).
Namun, koleksi yang dikelola Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta itu tetap rentan tangan jahat. Ragam koleksi diletakkan di lemari-lemari pajang yang ketinggalan zaman berupa lemari besar berkaca dan berbingkai kayu tipis, ringkih. Keamanan hanya mengandalkan kunci tak bedanya dengan lemari pakaian.

Koleksi-koleksi arca peninggalan Mataram Kuno dari abad ke-8 dan ke-12 Masehi diletakkan begitu saja di luar gedung, tak terlindung dari surya dan hujan. Sebagai pengaman, arca-arca itu disemen. ”Arca tidak mungkin digendong karena disemen. Membongkarnya pun sulit,” ujar Riharyani.

Museum terbesar kedua di Indonesia itu terbentur anggaran dan sempitnya ruang pamer. Kata Riharyani, situasi itu bakal dibenahi bertahap. Tahun 2014, gedung museum unit I diperluas dengan tambahan area yang sekarang dipakai KONI DIY.

Radya Pustaka

Museum tertua di Indonesia, Radya Pustaka, Solo, Jawa Tengah, tidak hanya harus bekerja keras memperbaiki sistem keamanan, tetapi juga mengembalikan citra. Enam arca batu dari abad ke-7 dan ke-9 Masehi satu per satu hilang dan digantikan dengan arca tiruan tahun 2007. Bahkan, berdasarkan hasil reinventarisasi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala tahun 2007, ada 60 koleksi lain yang hilang dan dipalsukan. Gara-gara pencurian itu, citra ”museum replika” menempel.

Selama 100 hari ini, museum yang menjadi rumah bagi lebih dari 3.000 item koleksi dan sekitar 500 naskah itu tidak membuka layanan kunjungan karena bersolek. Dindingnya yang kusam dicat, fitrin diperbaiki, dan koleksi ditata ulang. ”Kami ingin mengembalikan citra museum,” ujar Ketua Komite Museum Radya Pustaka Purnomo Subagyo.

Sayangnya, akibat revitalisasi itu, alarm dan kamera pemantau di 16 lokasi tak bisa berfungsi karena kantor pusat kontrol dirobohkan untuk dibangun baru. Koleksi berukuran kecil dimasukkan ke peti-peti kayu bergembok. Sebagian patung diletakkan di luar, dipagari bedeng tripleks kemudian digembok. Koleksi besar dibiarkan di tempatnya dan ditutupi plastik. Juru pelihara museum Setyo Triyono mengatakan, museum dijaga 24 jam dan koleksi dicek setiap tiga hari sekali.

Toh, kasus-kasus pencurian koleksi menguap begitu saja. Kasus Radya Pustaka menyeret kepala museum, dua pegawai, dan seorang perantara. Namun, seorang diler barang antik dari luar negeri hingga kini tak tersentuh hukum. Di Museum Sonobudoyo, emas yang hilang belum diketahui keberadaannya. Sementara, kasus pencurian di Museum Nasional sebelumnya, yakni hilangnya keramik dan lukisan tahun 1995, juga tak jelas ujung penyelesaiannya. Koleksi keramik tidak kembali, sedangkan lukisan ditemukan saat akan dilelang di luar negeri.

Beberapa koleksi arca batu dari abad VII-X Masehi koleksi Museum Radya Pustaka, Solo ditaruh di teras gedung. Saat ini museum dalam tahap pengecatan dan penataan ulang koleksi.

Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia Pusat, Putu Supadma Rudana mengungkapkan keprihatinannya terhadap berulangnya kasus pencurian koleksi museum. ”Ini sebagian merupakan potret lemahnya pengamanan, penataan, dan pengelolaan museum di Indonesia,” katanya.

Museolog Kartum Setiawan mengatakan, seharusnya ada standar keamanan sesuai jenis koleksi. ”Bagi kebanyakan orang, benda-benda tua itu tak dipandang, tetapi kolektor menganggapnya berharga.”

Dia mencontohkan, di Museum Mpu Tantular di Sidoarjo, Jawa Timur, koleksi emas diletakkan di ruang brankas dan dinikmati dari balik terali besi. Kata Kartum, Museum Nasional diibaratkan ”museumnya museum”. Kepada Museum Nasional- lah museum di daerah berkiblat.

Namun, Bambang melihat marwah Museum Nasional meredup. ”Sejak tahun 1998, Museum Nasional jarang dikunjungi tamu-tamu negara. Entah, bangsa atau pemimpinnya yang tidak peduli,” ujarnya. Yang jelas, awas pencuri tetap peduli! (INE/COK/EKI/RWN/CAN)

Sumber : KOMPAS, 8 Oktober 2013

Putu : Museum Merupakan Kekayaan Bangsa

Kaganga.com, Palembang- Museum bukanlah hanya sebuah gedung, melainkan kekayaan bangsa. Hal ini diungkapkan Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia (AMI), Putu Supadma Rudana saat diwawancarai saat menghadiri pameran senjata tradisional, Museum Balaputra Dewa Palembang, Rabu (21/10).

Putu mengatakan, pihaknya menginginkan adanya sinergi dengan semua pihak, baik pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah untuk memuliakan museum. “Hal ini dikarenakan museum merupakan rumah tertinggi daripada kebudayaan, rumah abadi peradaban dan merupakan kekayaan bangsa. Jadi museum bukan sekedar bangunan saja,” katanya.

Alasan museum merupakan kekayaan bangsa karena apa yang ada didalam museum merupakan kekayaan bangsa yang nilainya melebihi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia. “Nilanya melebihi Triliunan Dollar atau apapun itu,” ujar Putu.

Putu mengungkapkan, untuk itulah dirinya berharap agar Pemerintah Indonesia termasuk Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Selatan (Sumsel) dapat memuliakan museum dengan memperhatikan Sumber Daya Manusia (SDM)-nya yang selama ini merasa dipinggirkan dan anggarannya dibesarkan karena selama ini masih kecil. “Selain itu juga dibuatkan Undang-Undang yang mengatur permuseuman,” ungkapnya.

Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia (AMI) Putu Supadma Rudana juga menyatakan bahwa Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) diminta untuk melakukan pemekaran Asosiasi Museum Indonesia Daerah (AMIDA) Sumsel.

“Kita mengusulkan agar Sumsel melakukan pemekaran AMIDA Sumsel karena saat ini museum yang ada di Sumsel telah mencukupi dan itu merupakan salah satu pertimbangan untuk melakukan pemekaran,” katanya saat diwawancarai seusai menghadiri acara pameran “Senjata Tradisional Sumatera” yang berlangsung di Auditorium Museum Negeri Sumsel Balaputra Dewa, Palembang.

Saat ini Provinsi Sumsel masih tergabung dalam AMIDA bagian selatan. “Saya rasa pemekaran untuk AMIDA Sumsel akan terlaksana dalam waktu yang tidak lama lagi. Sebab perkembangan museum di sumsel berkembang cepat dan juga jumlahnya sudah cukup banyak yaitu lebih dari 5 museum,” ujar Putu.

Putu mengungkapkan, saat ini untuk AMI memiliki lebih dari 18 AMIDA baik dari aceh hingga papua. “jika sumsel telah mekar maka AMI akan memiliki 19 AMIDA,” ungkapnya.

Untuk diketahui, pameran “Senjata Tradisional Sumatera” yang berlangsung di Auditorium Museum Negeri Sumsel Balaputra Dewa, Palembang ini berlangsung dari 21-26 Oktober 2015 dan diikuti 9 museum yang ada di pulau sumatera yaitu Museum Negeri Aceh, Museum Negeri Sumatera Utara, Museum Negeri Sumatera Barat, Museum Negeri Riau, Museum Negeri Jambi, Museum Negeri Bengkulu, Museum Negeri Sumsel, Museum Negeri Lampung, dan Museum Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang.

Author : Ambar Wai
Editor : Gaara Nasution

Sumber : Kaganga.com, 21 Oktober 2015

Museum Harus Memiliki Daya Tarik di Mata Dunia

Pameran bukan hanya sekadar menyajikan koleksi, tetapi lebih ke pendidikan untuk memperkuat kebanggaan nasional dalam rangka memperkokoh ketahanan budaya, serta memupuk rasa nasionalisme.

MajalahKartini.co.id – Kepala Museum Nasional Dra Intan Mardiana, M.Hum, menyatakan museum-museum yang ada di Indonesia harus memiliki daya tarik dan daya tawar untuk bisa bersaing di Asia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia (MEA).Sebanyak 412 museum yang tersebar di Indonesia, harus memiliki kemampuan untuk bersaing.

“Mau tidak mau kita akan berhadapan dan bersaing dengan museum-museum dari negara tetangga, untuk itu museum di Indonesia harus mempersiapkan daya tarik untuk bisa bersaing,” katanya saat pembukaan acara pameran ragam pesona kain tradisional nusantara yang diadakan di Museum Adityawarman Sumatera Barat (Sumbar), Rabu (5/8).

Ia mengatakan, pameran merupakan tugas utama termasuk pameran ragam pesona kain tradisional nusantara yang saat ini diadakan oleh Museum Adityawarman Sumbar.

Pameran yang bertajuk “Kain Tradisional Primadona Nusantara Yang Elok Bagus di Tengah Modernisasi” ini, katanya, hendaknya bisa mengembangkan museum menuju era MEA tersebut. “Melalui pameran nasional ragam pesona kain tradisional nusantara seperti ini, bisa menyatukan keberagaman budaya dan masyarakat dalam satu kesatuan,” tambahnya.

Ia menjelaskan, perlu untuk menciptakan pameran museum yang memiliki banyak dampak baik, seperti peningkatan ilmu pengetahuan, penguatan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. “Tugas museum untuk melestarikan dan menginformasikan budaya memang cukup berat,” ujarnya.

Untuk itu, katanya, di masa depan masih harus banyak membenahi museum dalam bidang manajemen maupun sumber daya manusia (SDM). Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia (AMI) Putu Supadma Rudana mengatakan bahwa setiap tahun museum Indonesia selalu menyelenggarakan acara pameran yang dilakukan secara bergilir.

“Ini merupakan sebuah kebersamaan untuk menjalin kenusantaraan kita dalam rangka memuliakan warisan budaya bangsa,” katanya. (ANT/Foto: ANT FOTO/Ampelsa)

Sumber : MAJALAH KARTINI, 6 Agustus 2015

Ketua Umum AMI Kukuhkan AMIDA Provinsi Sumbar

Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia (AMI) Putu Supadma Rudana, MBA mengukuhkan Asosiasi Museum Indonesia Daerah (AMIDA) Sumatera Barat (Sumbar) pada Rabu (5/8) disela-sela pembukaan Pameran Ragam Pesona Kain Tradisional Nusantara di Museum Adityawarman Jalan Diponegoro No. 10 Padang dan kepala Museum Adityawarman Noviyanty, A. SH, MM terpilih sebagai ketua AMIDA Sumbar periode 2015-2020.

Dalam sambutannya ketua AMI pusat mengatakan bahwa tantangan kedepan adalah bahwa bangsa kita masih berada dibawah negara lain dalam perhatiannya terhadap museum. Tujuan Asosiasi ini adalah sebagai mitra sejajar pemerintah dalam menampung aspirasi SDM Museum se-Indonesia untuk kemajuan museumdimasa yang akan datang. “Dalam satu tahun ini kami sudah berkeliling Indonesia untuk mewujudkan dan mengukuhkan AMI dari Aceh hingga Papua, untuk minggu ini dikukuhkan adalah AMIDA Sumbar,” kata Ketua Umum AMI, Putu Supadma Rudana.

Untuk itu, katanya, harus dibuat komitmen bersama dari pemerintah pusat, daerah, AMI pusat dan daerah untuk bekerja sama dalam membangun museum yang lebih baik. Ia menyebutkan, sudah ada kurang lebih 18 AMIDA yang sudah dikukuhkan yaitu, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Banten, DKI, DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, dan Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

“Karena kawasan taman mini memiliki lebih dari 20 museum, sangat penting memiliki asosiasi museum kawasan (AMIKA) yang setara dan sejajar dengan AMIDA,” ujarnya. Ia berharap, kedepannya museum dapat bermanfaat bagi semua pihak, karena museum merupakan rumah tertinggi kebudayaan dan sumber inspirasi semua pihak.(zal)

Sumber : museumadityawarman.info

Dua Orang Bali Jadi Pengurus Inti DPP Partai Demokrat

TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA – Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono mengumumkan susunan kepengurusan partainya periode 2015-2020, di Cibubur, Jawa Barat, Sabtu (30/5/2015).

Dalam pengumuman pengurus itu, dua orang Bali jadi pengurus, yaitu Putu Supadma Rudana yang menjadi Wakil Sekjen DPP dan I Putu Sudiartana yang menjadi Wakil Bendahara Umum.

SBY mengatakan, pengumuman nama pengurus terbagi menjadi dua tahap dimulai pada saat ini, sesuai keputusan rapat formatur yang dipimpinnya.

“Kami tim formatur telah bekerja. Landasan pekerjaan atau tugas dari formatur adalah AD/ART dan keputusan kongres di Surabaya lalu,” kata SBY pada konferensi pers, di Hotel Raffles Hills, Cibubur, Jawa Barat.

Presiden keenam RI itu mengatakan, dalam prosesnya masing-masing dari total sembilan anggota tim formatur menyerahkan 50 nama yang diajukan untuk dibahas, kemudian diseleksi menjadi nama yang cocok menjadi pengurus DPP Demokrat.

Namun pengumuman pengurus hanya dilakukan sebagian, karena dalam AD/ART Partai Demokrat tidak semua pemilihan pengurus menjadi kewenangan tim formatur.

“Ada posisi tertentu dimandatkan pada ketua umum. Susunan pengurus lengkap nanti akan kami umumkan jelang pelantikan Juni mendatang, dan kami akan serahkan ke Kemenkumham,” jelas SBY.

Berdasarkan data yang diberikan DPP Partai Demokrat, nama-nama pengurus Partai Demokrat periode 2015-2020, yang diumumkan pada tahap pertama Sabtu, antara lain:

Ketua Umum:
Susilo Bambang Yudhoyono

Wakil Ketua Umum:
Syarifudin Hasan, Roy Suryo, Djoko Ujianto, Nurhayati Ali Assegaf, Cornel Simbolon, Muhammad Jafar Hafsah

Sekretaris Jenderal:
Hinca Pandjaitan

Wakil Sekretaris Jenderal:
Didik Irawadi Syamsudin, Andi Timo Pangerang, Putu Supadma Rudana, Saan Mustofa, Rachlan Nasyidik, Teuku Rifki Harsa, Vera Febyanty, Ikhsan Modjo, Bambang Susanto

Bendahara Umum:
Indrawati Sukadis

Wakil Bendahara Umum:
Agung Budi Santoso, Siswanto, Sesdawati, Edwin Tandjung, Variani Sugiarto, Hanan Suharto, I Putu Sudiartana

Direktur Eksekutif:
Fajar Sampurno

Ketua Dewan Pembina:
EE Mangindaan

Ketua Dewan Kehormatan Mahkamah Partai, serta Dewan Pengawas:
Amir Syamsudin

Majelis Tinggi baru ditetapkan dua anggota, yakni Susilo Bambang Yudhoyono dan Vence Rumangkang.

Sumber : Tribun Bali online, 30 Mei 2015