Memaknai perayaan kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-65, pada Rabu malam (18/08) diadakan sebuah acara Renungan Kemerdekaan di Monumen Nasional, Jakarta.
Selain para pemerhati maupun penggiat seni-budaya serta berbagai kalangan yang mewakili aneka lapisan masyarakat, dalam acara yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian, Pengkajian dan Dokumentasi Budaya ‘DESTAR’ ini, hadir pula Ketua DPD-RI, Irman Gusman, yang memberikan pengantar renungan perihal makna kemerdekaan dalam berbagai perspektifnya terkait upaya-upaya untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa sebagaimana yang diamanatkan dalam mukadimah UUD 1945.
Putu Supadma Rudana, pendiri ‘DESTAR’ sekaligus penggagas acara Renungan Kemerdekaan ini, mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan upaya untuk merenungkan makna terdalam dari hari kemerdekaan, sekaligus dimaksudkan pula sebagai wahana menghormati jasa-jasa para pendiri bangsa (founding fathers), di mana pikiran-pikirannya yang visioner serta pengabdian mereka yang tulus, terbukti telah mengantar bangsa Indonesia ke pintu gerbang kemerdekaan, tegak berdiri sebagai bangsa yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. “Melalui acara renungan ini, saya pribadi berharap generasi penerus bangsa dapat belajar dari kepeloporan para founding fathers guna memaknai secara lebih mendalam warisan sejarah beserta nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Proklamasi kemerdekaan kita mengandung nilai-nilai historis yang dapat menjadi acuan dan cerminan bagi generasi penerus guna mengisi kemerdekaan dengan pembangunan nyata di segala bidang serta secara terus menerus mempertahankan dan memajukan NKRI sebagaimana yang kita cita-citakan bersama,” ujar Putu Rudana yang juga Ketua IV Asosiasi Museum Indonesia yang membidangi Informasi, Publikasi dan Komunikasi.
Dalam pengantar renungannya yang diselenggarakan di Ruang Kemerdekaan, tepatnya di bawah lambang negara burung garuda, Ketua DPD-RI Irman Gusman menyatakan salut dan pujiannya kepada pemrakarsa kegiatan ini yang secara visioner telah memaknai kemerdekaan dengan penuh hikmah melalui suatu acara yang tidak hanya bersifat simbolis, tetapi juga berisi dialog yang melibatkan segenap komponen masyarakat guna memperjuangkan seni budaya sebagai jiwa bangsa. Ia menyatakan bahwa diharapkan ke depan tampil generasi-generasi muda yang unggul di segala bidang yang terpanggil untuk turut mendarmabaktikan idealismenya guna membangun bangsa Indonesia menuju masyarakat yang adil dan makmur.
Sebagai rangkaian dari acara perenungan di Ruang Kemerdekaan, diadakan pula dialog bertemakan ‘Seni Budaya sebagai Jiwa Bangsa’ di Museum Sejarah Nasional di Monumen Nasional, menghadirkan dua pemerhati masalah sosial budaya dan media, yakni Doddi A. Fauzi dan Dwi Sutarjantono, sebagai pembicara. Dialog budaya ini menampilkan pula Ni Made Purnamasari, editor buku ‘Menuju Visi Sempurna’. Adapun buku setebal 313 halaman dan diterbitkan oleh Yayasan Seni Rudana, yang juga telah diluncurkan pada awal tahun 2009 di Museum Rudana, merupakan rangkuman esai-esai terpilih juga wawancara-wawancara Putu Supadma Rudana dengan berbagai media, di mana pokok-pokok pikirannya mencerminkan kepedulian sosok penggiat budaya ini tentang pentingnya upaya sinergi budaya dengan bidang-bidang lain guna turut membangun karakter dan pekerti bangsa (nation and character building).
“Bangsa Indonesia memiliki budaya yang luar biasa, di mana di dalamnya terdapat berbagai suku bangsa dengan beragam adat-istiadat, bahasa, agama serta kesenian yang beraneka. Ini boleh dikata merupakan sosial capital yang paling berharga, yang perlu kita pahami dan dikelola secara terpadu, selaras dengan semangat untuk mencintai, menjiwai serta menggaungkan budaya bangsa,” tambah Putu Rudana yang kerap menggelar acara seni-budaya, semisal Pameran ‘Sinergi Seni Membangun Indonesia’ yang menghadirkan maestro seni lukis Indonesia Srihadi Soedarsono, Made Wianta dan Nyoman Gunarsa.
Putu Rudana juga menyampaikan bahwa untuk mencapai dan mewujudkan cita-cita luhur bangsa, baiknya semua pihak bekerjasama menggaungkan kecintaan pada tanah air serta berupaya membentuk pribadi-pribadi unggul melalui penerapan nilai-nilai budaya yang diwariskan oleh para leluhur bangsa.
“Untuk itu, kebudayaan harus bersinergi dengan berbagai bidang kehidupan, di mana nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya dapat menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Selain itu, budaya harus membentuk karakter bangsa yang kokoh, berkepribadian nasional dan bertahan terhadap kemerosotan akhlak,” ungkapnya.
Ia menambahkan, kebudayaan juga mesti menjadi benteng moral bangsa, senantiasa menjunjung tinggi agama dan norma, sekaligus menjadi cerminan puncak-puncak kebudayaan seluruh unsur masyarakat daerah. Budaya harus pula berperan menjaga integritas bangsa, di mana kejujuran diutamakan, menjadi benteng kukuh yang kuasa menepis pengaruh koruptif dan destruktif baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Di samping itu, hendaknya upaya pembangunan seni budaya nasional mengedepankan asas keadilan, yakni penghormatan kepada keunikan dan kekhasan dari budaya-budaya daerah serta mendorong terciptanya suatu kerjasama antarseni-budaya yang mampu melahirkan bentuk-bentuk kebudayaan dan ekspresi-ekspresi baru kesenian yang mencerminkan semangat Bhinneka Tunggal Ika dari bangsa yang besar ini.
Pada kegiatan yang dihadiri oleh Anggota DPR-RI Theresia EE Pardede, Perwakilan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, serta Kepala Unit Pengelola Monumen Nasional IM Rini Hariyani ini,diselenggarakan penganugerahan secara simbolis Satya Synergy Award dari Nyoman Rudana dari Museum Rudana kepada media-media massa di Nusantara yang selama ini telah membuktikan dedikasinya terhadap perkembangan seni-budaya bangsa melalui penyebaran informasi tentang keanekaragaman kekayaan budaya Indonesia. Award ini diterima oleh Dwi Sutarjantono (Majalah Esquire) sebagai perwakilan dari media-media massa.
“Penghargaan ini sebagai penghormatan atas dedikasi serta peran media yang selama ini selalu terbuka menjalin kerjasama guna menyebarkan informasi-informasi positif terkait kekayaan-kekayaan adat istiadan di Nusantara. Peran media memang sangat strategis, terutama membantu masyarakat untuk memperkaya wawasan, pengetahuan serta kecintaannya pada bangsa, tanah air dan kebudayaan negeri ini. Melalui malam renungan inilah, upaya-upaya sinergi kreatif semacam ini dapat dikembangkan di kemudian hari agar potensi-potensi anak bangsa di segala bidang dapat tumbuh berkembang secara optimal sebagaimana yang kita harapkan,” ujar Putu Rudana.