Tag: Museum Rudana

Doa dan Uluran Keprihatinan Bagi Nusantara

Sumber: Bali Post, Rabu, 10 November 2010

image005Doa bagi Nusantara dilantunkan dengan keheningan dan kebeningan hati di Museum Rudana, Minggu (7/11) lalu serangkaian acara penutupan Bali Yoga Festival yang berlangsung sejak 5 November lalu.

Doa yang diprakarsai oleh Putu Supadma Rudana ini ditujukan untuk menyatukan energi spiritual penuh kasih guna turut membantu saudara-saudara sebangsa yang tengah mengalami cobaan dan ujian di Wasior, Mentawai dan juga di sekitar Gunung Merapi.

Lantunan doa bersama itu dihadiri pula oleh Ida Pandita Mpu Nabe Parama Daksa Natha Ratu Bagus, Founder of Museum Rudana Nyoman Rudana, beserta keluarga besar Museum Rudana, dimaknai pula sebagai kebersamaan dalam keprihatinan sebagai peneguh ikatan batin sesama anak bangsa di nusantara ini. Penyatuan prana dalam naungan daya spiritual kebersamaan ini, diyakini akan mendorong terciptanya keselarasan dan keharmonian antara manusia, alam, dan juga Sang Maha Agung.

“Semoga segala kebahagiaan, kedamaian dan kesejatian memancar ke segenap rasa, karsa, sparsa, cipta dan karya, di mana kita dapat kembali selaras dan harmoni dengan alam dan Yang Maha Agung. Dan semoga pula saudara-saudara kita yang tengah mengalami cobaan dan ujian diberi kekuatan dan kesanggupan untuk menghadapinya,” kata Putu Rudana.

Dalam kesempatan itu juga Keluarga Besar Museum Rudana menggelar aksi spontan berupa pengumpulan dana yang akan disalurkan kepada media-media terpilih, baik lokal maupun nasional, yang telah membuka posko penanggulangan bencana dan keprihatinan bersama.

Sebelumnya, tujuh tokoh spiritual Bali, yakni Ida Pedanda Gede Ketewel Kemenuh, Ida Pedanda Gede Made Gunung, Ida Pandita Mpu Nabe Parama Daksa Natha Ratu Bagus, Merta Ada, dr. Gede Kamajaya, Kadek Suambara, serta Prabu Darmayasa, Jumat (5/11) lalu memperoleh penganugerahan Angkus Prana dari Museum Rudana, Peliatan, Ubud.

Museum Rudana mempersembahkan Anugerah Angkus Prana kepada tujuh tokoh spiritual Bali yang selama ini telah terbukti mendedikasikan baktinya guna melestarikan keselarasan dan keharmonian masyarakat Bali beserta adat, istiadat dan budayanya yang adiluhung. Pada acara yang digelar Jumat (5/11) di Museum Rudana kemarin, serangkaian dengan Bali Yoga Festival.

Senyawa Jazz dan Jegog di Bali

Sumber: yahoo.news, Jumat, 22 Oktober 2010

image007Panggung setinggi pinggang orang dewasa berdiri di depan Museum Rudana, Ubud, Gianyar, Bali. Patung Sang Hyang Basuki dan Taksaka mengapit panggung yang dipayungi pohon jepun. Malam menjelang, dua naga penjaga bumi Bali itu memberi nuansa mistis.

Ratusan undangan bergaun serba putih memasuki lokasi museum di lahan dua hektar itu. Lampu warna-warni menyinari. Para pengunjung, tak hanya menonton, juga menjadi bagian pertunjukan. Perlahan, bak sebuah ritual, mereka berjalan perlahan memasuki museum mengamati ribuan karya seni berupa lukisan dan patung.

Di antara yang dipamerkan adalah karya I Gusti Nyoman Lempad, Nyoman Gunarsa, dan Made Wianta. Selain itu ada juga karya maestro Affandi, Basuki Abdullah, Srihadi Soedarsono, dan Sunaryo Sutono. Ada juga lukisan seniman yang bermukim di Ubud Antonio Blanco, juga ada karya Yuri Gorbachev (Rusia), Jafar Islah(Kuwait), dan Iyama Tadayuki (Jepang).

Setelah menikmati lukisan, satu persatu menempati tempat duduknya di bawah tenda putih di depan panggung. Suasana senyap, menanti sebuah persembahan karya seni yang bertajuk “Panca Tan Matra” yang diselenggarakan pada Rabu 13 Oktober 2010 itu.

Panca Tan Matra bagi Bali memiliki makna yang sangat mendalam. Adalah lima sari inti hakiki alam semesta, yaitu akasa (langit), apah (zat cair), teja (sinar api), bayu (angin), dan pertiwi (tanah). Semua itu diyakini tak terpisahkan dari terjadinya penciptaan, meliputi bhuwana agung atau makrokosmos dan bhuwana alit atau mikrokosmos.

Di sini, makna Panca Tan Matra itu direfleksikan dalam kolaborasi suara, rupa, dan kata. Agar makin kuat, Presiden Direktur Museum Rudana Putu Supadma Rudana, memanggil musisi Dwiki Dharmawan, memadunya dengan gitaris Brasil Toninho Horta, penyair Warih Wisatsana, koreografer I Nyoman Sura, dan komposer Nyoman Windha.

Kehadiran musisi ternama ini tentu saja memanjakan pengunjung. Mereka, setelah menjalankan ritual rupa di dalam museum, menyaksikan kata dan suara.

Suasana museum mulai senyap saat 20 pemusik Jegog musik tradisi Bali yang diciptakan pada 1912 mulai bermunculan di atas panggung. Berpakaian serba gelap mereka menempati sisi kiri dan kanan panggung. Kemudian diikuti Dwiki Dharmawan yang menempati tempatnya di kursi keyboard.

Lalu Putu Supadma, menabuh gendang pertanda seni kata dan suara segera dimulai. Dia berteriak, “Heeeeee, silahkan.” Jegog bertalu-talu, Berpakaian serba putih dengan wajah bertopeng, Nyuoman Sura, masuk dengan gerak tari kontemporer. Menceritakan makna kehidupan. Berawal dari kecil, lalu membesar, dan berakhir kembali ke asalnya.
Terdengar penyair Warih Wisatsana mengucapkan makna Panca Tan Matra dalam bait-bait puisi, “Ketika suara menyentuh rupa, mengada dalam Kata, kembalilah semua makna ke mula segala yang pertama, kembalilah segenap arti ke inti sari yang hakiki.”

Selanjutnya Dwiki menyiramnya dengan irama jazz. Bersama dia ada Barry Likumahuwa dan basis Demas Narawangsa. Dira Sugandi, yang pernah berduet dengan Jason Mraz di gelaran Java Jazz 2010, mengumandangkan suara emasnya.

Puncaknya adalah Toninho Horta, yang lalu mengajak semua musisi untuk nge-jam. “Kami bermain bersama di sini sama sekali tanpa latihan,” kata Dwiki.

Torinho dan Dwiki menunjukkan kemampuannya memompa semangat pemusik Jegog untuk berkolaborasi bersama mereka. Hasilnya, musik jegog masuk dalam komposisi jazz yang unik. Laksana seekor ikan yang meliuk-liuk menari dalam akuarium.

Kolaborasi seperti ini memang pantas untuk tempat sekelas Museum Radana, penerima penghargaan Lalbero dellumanita Award (Pohon Perdamaian) dari pemerintah Italia. Ini museum yang dikunjungi tamu penting dari berbagai negara, seperti Presiden Cina Jiang Zemin pada 1995, juga Presiden Hongaria, Bulgaria, Pakistan, hingga mantan Presiden Amerika Jimmy Carter.

Tapi siapa sangka, gelaran besar Museum Rudana ini adalah tribute untuk seorang seniman kecil di Bali, Putu Pageh Yasa, yang lukisannya berciri khas anyaman bambu. Beberapa waktu lalu, dia tewas ditabrak truk saat mengenderai sepeda motor. Lukisan Pageh Yasa terpampang di dinding museum. Salah satunya berwujud wajah Barack Obama.
Pageh Yasa dan seniman lainnya-lah yang menghidupkan museum itu, sehingga ia tak hanya menjadi benda yang mati. “Museum diiberi energi agar terus menerus hidup,” kata Putu Supadma Rudana.

Usai pertunjukan, pengunjung tak juga pulang. Mereka menikmati suasana dan energi kehidupan yang dinyalakan para seniman.

Rudana Menggapai Wilayah Populer

Sumber: Kompas, Minggu, 17 Oktober 2010

Institusi seperti Museum Rudana telah lama mapan dengan citra ”tradisi”. Meski di museum ini juga dipajang karya-karya rupa modern, tradisionalitas tak pernah benar-benar hilang.

Kehadiran musisi jazz Dwiki Dharmawan yang menggandeng legenda hidup asal Brasil, Toninho Horta, Rabu (13/10), seolah menegaskan kiblat baru yang ingin dirambah museum yang berlokasi di Peliatan Ubud, Gianyar, Bali, ini. Apalagi dalam pentas kolaborasi yang diberi tajuk ”Panca Tan Matra” itu turut ambil bagian penyair Warih Wisatsana, koreografer I Nyoman Sura, dan komposer Nyoman Windha. Di dalam museum dipajang pula karya tiga perupa muda, Ida Bagus Indra, Putu Pageh Yasa, dan Wayan Darmika.

Sentuhan ke arah yang lebih populer ini tak lepas dari kehadiran Presiden Direktur Museum Rudana Putu Supadma Rudana, yang ingin membuat museum tidak menjadi institusi mati. Oleh sebab itu, museum harus terus-menerus diberi ”energi” baru ”Sehingga ia bisa terasa terus-menerus hidup bersama kita,” ujar Supadma Rudana.

Kemampuan Dwiki tak bisa diragukan lagi setelah malang melintang bersama Krakatau Band dengan mengusung gamelan Sunda. Kali ini ia bersama Nyoman Windha meramu musik jegog menjadi tampilan komposisi jazz yang unik. Jegog merupakan ensambel musik tradisi dari wilayah Jembrana, yang menggunakan bilah-bilah bambu dalam ukuran besar. Selain itu, musik ini memiliki laras transisi antara slendro dan pelog. Diperkirakan diciptakan tahun 1912.

Komposisi
Pada pementasan itu, Dwiki bersama Windha menciptakan komposisi berjudul ”Bima Kroda”. Dwiki sepenuhnya sadar tidak mudah mensenyawakan instrumentasi produk Barat, seperti piano atau keyboard dengan gamelan jegog. ”Oleh sebab itu, saya tidak berpatokan pada chord-chord reguler sebagaimana musik Barat. Saya tidak mau terkunci,” ujar Dwiki.

Komposisi ”Bima Kroda” menjadi lebih istimewa karena koreografer I Nyoman Sura dan penyair Warih Wisatsana secara spontan mengisi gerak dan makna. Dalam merespons tajuk ”Panca Tan Matra”, Warih berucap, ”Maka ketika Suara menyentuh Rupa/mengada dalam Kata/kembalilah semua makna ke mula segala yang pertama/kembalilah segenap arti ke inti sari yang hakiki/.”

Fragmen puisi ini boleh jadi mengisyaratkan pemaknaan ulang terhadap keberadaan institusi seperti Museum Rudana. Fondasi makna yang telah diletakkan oleh Rudana tahun 1995 sudah waktunya diperbarui mengikuti kencenderungan zaman, terutama dalam soal isi.

Di situlah kehadiran legenda hidup musik jazz asal Brasil Toninho Horta terasa tepat waktu. Walau kehadirannya kebetulan, karena Toninho sedang mengikuti festival jazz di Jepang dan Korea, dan mengisi waktu luangnya dengan hadir di Bali, tetapi ia memberi sentuhan kontemporer yang berarti.

Komposisi seperti ”For the Children” yang diciptakan Toninho pada era awal 1990-an, yang begitu populer dalam kancah Brasilian jazz, tiba-tiba memberi nuansa lain ketika dimainkan di halaman Museum Rudana. Kolaborasi tak hanya terjadi pada suara, kata, dan rupa di atas pentas, tetapi bangunan museum yang didesain dengan gaya tradisi Bali memperoleh ruang kreativitas baru. Di tembok-tembok museum seakan menempel petikan gitar Toninho yang memukau.

Harmoni dan melodi yang dominan pada gitar-gitar Toninho itu bahkan mengilhami Pat Metheny, salah satu gitaris jazz ternama, untuk menciptakan beberapa komposisi. Bahkan, Pat menobatkan Toninho sebagai salah satu komposer terbesar dalam bidang nylon-string guitar.

Pencapaian ini, meski tidak terlalu istimewa, penting artinya bagi eksistensi kebudayaan, khususnya museum seni rupa di Bali. Kebudayaan Bali sejauh ini sepekarena intervensi industri pariwisata. Lalu, kebudayaan seperti mati di dalam museum-museum. Dan Bali tidak boleh lari dari jati dirinya sebagai pengusung kebudayaan tradisional, yang sering diberi julukan adiluhung.

Kehadiran Toninho, Dwiki, Windha, Sura, dan Warih dalam nuansa jazzy itu bisa menjadi awal yang baik untuk menuju satu era, di mana kebudayaan adalah kreativitas yang tak pernah berhenti. Dan di Museum Rudana, yang selama ini dicitrakan tradisional dan bahkan klasik, kreativitas itu sudah dimulai….

Putu Supadma Rudana : Betapa Hangatnya Kebersamaan

zenminSumber : Denpost, Rabu, 6 Januari 2010
PENGANUGERAHAN K.Nadha Nugraha kepada sepuluh Museum terpilih di Bali, mencerminkan betapa hangat kebersamaan dan sinergi budaya yang terjalin selama ini antara Bali Post, sebagai media massa, Pengemban Pengamal Pancasila, dengan para pendiri dan pengelola Museum di Bali.

“Bali Post sebagai pelopor media massa telah membuktikan komitmen dan konsistensinya untuk senantiasa terdepan sebagai inspirator sekaligus pengayom upaya-upaya kita untuk terus menggaungkan warisan seni budaya Bali dan Indonesia. “ ujar ketua IV Asosiasi Museum Indonesia (AMI), Putu Supadma Rudana (PSR) dalam pidatonya.

Sejalan dengan pencanangan Tahun Kunjungan Museum (Visit Museum Year) 2010, Putu Supadma Rudana yang membawahi bidang Informasi, Komunikasi dan Publikasi, menyampaikan hormat dan salut yang sedalam-dalamnya kepada Pimpinan dan segenap keluarga besar Bali Post atas dedikasi dan peran kepeloporannya selama ini dalam membangun serta mengembangkan seni budaya sebagai jiwa bangsa, serta pembangunan jati diri dan pekerti bangsa. Hal mana itu sejalan dengan semangat Ami yaitu menjunjung kebhinnekaan bangsa ini melalui kehadiran museum.

Menurut Putu Supadma Rudana, Ami memiliki lebih dari 275 anggota secara nasional, dan hingga saat ini terbagi atas 7 asosiasi daerah, termasuk di antaranya Bali atau Himusba, di mana kiprahnya senantiasa menjadi acuan dan cerminan asosiasi daerah lainnya.

Ami merupakan mitra strategis Direktorat Museum Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, sekaligus menjembatani aspirasi serta gagasan seluruh anggota permuseuman nasional untuk dikomunikasikan kepada pemerintah sehingga menjadi program nyata nasional yang unggul dan sekaligus mensolusikan segala permasalahan secara santun dan damai.

PSR juga mengisyaratkan supaya kebersamaan sepanjang tahun ini dimaknai dengan sinergi semua pihak. Mengawali hal itu dengan penuh kerendahan hati, berinisiatif menerbitkan sebuah buku yang memiliki semangat Seni Budaya sebagai Jiwa Bangsa, yang merupakan sinergi dengan berbagai media. “Kami terbitkan sebagai ucapan syukur dan terimakasih saya kepada semua media massa terutama Bali Post yang berkenan memberikan ruang untuk mengungkapkan pokok-pokok pikiran dan menuangkan gagasan dalam berbagai liputan serta pemberitaan, di mana Museum bukan hanya sebagai wadah untuk menyimpan berbagai hasil karya manusia yang sarat dengan muatan sejarah dan estetika, melainkan juga dapat diolah menjadi suatu laboratorium kebudayaan,” tegas Putu Supadma Rudana.

Menurutnya, para ahli serta generasi muda juga mampu mengembangkan aneka gagasan yang kreatif berdasarkan beragam karya peninggalan para leluhur yang sungguh adi luhung itu. Dengan kata lain, Museum bisa menjadi Center of Excelence.

Memaknai peristiwa penganugerahan K. Nadha Nugraha, Putu Supadma Rudana juga mengajak hadirin mengikrarkan Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM) yaitu “Museum di Hatiku”, seraya memperjuangkan Museum untuk persatuan di tengah perbedaan sebagaimana yang dicanangkan oleh pemerintah. (tap)

Source : http://www.museumrudana.org/detail-article-and-archives.asp?lihat=arcive&id=62&action=detail&idarcive=62

Museum Rudana Anugerahkan Satya Synergy Award

Sumber: Bali Post, Senin, 31 Mei 2010

Lomba mewarnai, menggambar, kartun dan karikatur yang bertajuk “Museum, Generasi Muda dan Masa Depan Bangsa” di Museum Rudana, Peliatan, Minggu (30/5) kemarin diisi dengan penganugerahan Satya Synergy Award. Salah satu penerima award tersebut adalah Pimpinan Kelompok Media Bali Post (KMB), Satria Naradha.

Penganugerahan diserahkan oleh pendiri Museum Rudana, Nyoman Rudana, di halaman museum setempat, disaksikan Ketua DPD-RI Irman Gusman, anggota DPD-RI Bali, Kadek Arimbawa (Lolak), tokoh Puri Kesiman A.A. Kusumawardhana, Bupati, Sekda Gianyar Tjokorda Putra Nindia, S.H. dan Rektor ISI Prof. Rai.

Selain Pimpinan KMB Satria Naradha, dua tokoh lainnya yang juga menerima Satya Synergy Award yakni Alistair Speirs dari Majalah Now! Bali yang diwakili Weni Ariasty (Bali Office Manager), dan Dwi Sutarjantono dari Majalah Esquire.

Pada kesempatan yang sama juga diserahkan video dokumenter tentang Puti Kesiman yang bertajuk “Puri Agung Kesiman, Warisan Budaya Leluhur” yang dibuat Pusat Penelitian, Pengkajian dan Dokumentasi Budaya “DESTAR” kepada A.A. Ngurah Kusumawardhana. Video yang sama juga diberikan kepada ketua DPD-RI Irman Gusman.

Ketua DPD-RI Irman Gusman menyatakan salut dengan apa yang dilakukan Nyoman Rudana. Selain sebagai teman di DPD-RI dulu, dia juga selaku pemilik museum yang tetap eksis memperjuangkan seni dan budaya. Dikatakannya, dengan beraneka ragam seni, adat dan budaya serta etnis, Indonesia ternyata bisa bersatu sehingga dikagumi dunia luar. Bali punya daya tarik sehingga tetap menjadi daya tarik wisatawan nusantara maupun mancanegara.

Ketua DPD-RI ini juga menyatakan salut terhadap anak-anak, siswa SD, SMP, SMA serta Mahasiswa yang ikut dalam kegiatan merwarnai, menggambar, kartun dan karikatur, kerja sama Museum Rudana dengan KMB ini.

Pemilik Museum Rudana, Nyoman Rudana, megatakan bahwa Museum Rudana berperan aktif dalam memelihara seni dan budaya Indonesia. Dengan digelarnya lomba-lomba seperti mewarnai, menggambar, kartun dan karikatur bagi TK, SD, SMP, SMA dan Mahasiswa, diharapkan mampu melahirkan generasi muda yang mampu mempertahankan seni dan budaya.

Semarak, Lomba Mewarnai, Menggambar, Kartun dan Karikatur

Sumber: Denpost, Senin, 31 Mei 2010

Ratusan orang, baik anak-anak TK, play goup, pelajar SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi (mahasiswa) mengikuti lomba mewarnai, menggambar, kartun dan karikatur, dalam program Visit Museum Fiesta 2010 yang bertajuk “Museum, Generasi Muda dan Masa Depan Bangsa” di Museum Rudana, Peliatan, Ubud, Minggu (30/5) kemarin.

Anak-anak TK, SD dan SMP yang diantar oleh orangtuanya dengan tekun mengikuti lomba menggambar, kartun dan karikatur yang digelar Museum Rudana bersinergi dengan KMB.

Dalam lomba kali ini, play goup, TK A, TK B, SD kelas 1 hingga kelas 3, mengikuti lomba mewarnai, sedangkan SD kelas 4 hingga kelas 6 diikutkan lomba menggambar, sementara siswa SMP, SMA dan Mahasiswa masuk dalam kategori lomba kartun dan karikatur.

Lomba mewarnai, menggambar, kartun dan karikatur ini berlangsung semarak karena disertai berbagai permainan yang melibatkan anak-anak dan orangtua.

Pemberian “Award”

Acara kemarin juga diisi dengan penganugerahan Satya Synergy Award. Salah satu penerima award ini adalah Pimpinan Kelompok Media Bali Post (KMB), Satria Naradha.

Penghargaan diserahkan oleh pendiri Museum Rudana, Nyoman Rudana, di halaman museum setempat, disaksikan Ketua DPD-RI Irman Gusman, anggota DPD-RI Bali, Kadek Arimbawa (Lolak), tokoh Puri Kesiman A.A. Kusumawardhana, Bupati, Sekda Gianyar Tjokorda Putra Nindia, S.H. dan Rektor ISI Prof. Rai.

Selain Pimpinan KMB Satria Naradha, dua tokoh lainnya yang juga menerima Satya Synergy Award yakni Alistair Speirs dari Majalah Now! Bali yang diwakili Weni Ariasty (Bali Office Manager), dan Dwi Sutarjantono dari Majalah Esquire.

Pada kesempatan yang sama juga diserahkan video dokumenter tentang Puti Kesiman yang bertajuk “Puri Agung Kesiman, Warisan Budaya Leluhur” yang dibuat Pusat Penelitian, Pengkajian dan Dokumentasi Budaya “DESTAR” kepada A.A. Ngurah Kusumawardhana. Video yang sama juga diberikan kepada ketua DPD-RI Irman Gusman.

Ketua DPD-RI Irman Gusman menyatakan salut dengan apa yang dilakukan Nyoman Rudana. Selain sebagai teman di DPD-RI dulu, dia juga selaku pemilik museum yang tetap eksis memperjuangkan seni dan budaya.

Dikatakannya, dengan beraneka ragam seni, adat dan budaya serta etnis, Indonesia ternyata bisa bersatu sehingga dikagumi dunia luar. Menurutnya, Bali punya daya tarik (taksu) sehingga tetap menjadi daya tarik wisatawan nusantara maupun mancanegara.

Ketua DPD-RI ini juga menyatakan salut terhadap anak-anak, siswa SD, SMP, SMA serta Mahasiswa yang ikut dalam kegiatan merwarnai, menggambar, kartun dan karikatur, kerja sama Museum Rudana dengan KMB ini.

Pemilik Museum Rudana, Nyoman Rudana, megatakan bahwa Museum Rudana berperan aktif dalam memelihara seni dan budaya Indonesia. Dengan digelarnya lomba-lomba seperti mewarnai, menggambar, kartun dan karikatur bagi TK, SD, SMP, SMA dan Mahasiswa, diharapkan mampu melahirkan generasi muda yang mampu mempertahankan seni dan budaya.

Museum, Generasi Muda dan Masa Depan Bangsa

Lomba Mewarnai, Menggambar, Kartun dan Karikatur, Semarak

Sumber: Denpost, Rabu, 2 Juni 2010

Museum bukan hanya sebagai wadah untuk menyimpan berbagai hasil karya manusia yang sarat dengan muatan sejarah dan estetika, melainkan juga bisa diolah menjadi suatu laboratorium kebudayaan. Melalui museum pula, para ahli serta generasu muda mampu mengembangkan aneka gagasan yang kreatif berdasarkan beragam karya peninggalan para leluhur yang sungguh adiluhung. Ketua IV Asosiasi Museum Indonesia (AMI) yang membawahi bidang Informasi, Komunikasi dan Publikasi, Putu Supadma Rudana, MBA., menyebutkan hal itu dalam acara lomba mewarnai, menggambar, kartun dan karikatur yang bertajuk “Museum, Generasi Muda dan Masa Depan Bangsa” serta Sunday Gathering di Museum Rudana, Peliatan, Ubud, Minggu (30/5) lalu.

Dia menambahkan, museum juga bisa menjadi center of excellence, sehingga harus dimaknai sedalam-dalamnya oleh generasi muda, agar mereka tampil sebagai pribadi yang kukuh dan teguh bila kelak dipercaya menjadi pemimpin bangsa yang besar ini. Pemimpin yang terpanggil untuk membawa bangsa ke arah kemajuan dan kemakmuran sebagaimana diamanatkan oleh para founding fathers, pendiri bangsa dan negara Indonesia tercinta ini.

Menurut Putu Rudana, upaya yang dilakukan oleh Kelompok Media Bali Post (KMB) sesungguhnya sejalan dengan semangat AMI yaitu menjunjung kebhinekaan bangsa ini melalui kehhadoran dan peran museum yang terbukti amat strategis.

Rangkaian kegiatan lomba tersebut, tambah Putu Rudana, merupakan cerminan betapa hangat dan berharganya suatu kebersamaan dan sinergi budaya yang terjalin selama ini antara KMB sebagai media massa Pengemban Pengamal Pancasila, dengan pendiri dan pengelola museum di Bali, khususnya dengan Museum Rudana.

Diungkapkan pula bahwa AMI punya 275 anggota permuseuman secara nasional, serta terbagi atas 7 asosiasi daerah, di antara Bali atau Himusba, yang kiprahnya senantiasa menjadi acuan dan cermian asosiasi daerah lain.

Selain itu, AMI merupakan mitra strategis Direktorat Museum Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, sekaligus menjembatani aspirasi serta gagasan seluruh anggota permuseuman nasional untuk dikomunikasikan kepada pemerintah sehingga menjadi program nyata nasional yang unggul, sekaligus mensolusikan segala permasalahan secara santun dan damai serta dijiwai semangat persaudaraan.

“Di sinilah, suatu sinergi yang terjaga dengan berbagai media amatlah diperlukan agar segala aspirasi, gagasan maupun kebijakan tadi mampu dikomunikasikan secara utuh lagi menyeluruh. Dengan adanya kebersamaan di antara kita, saya yakin kita akan bisa menghargai, menjiwai serta menggaungkan seni budaya bangsa, bahkan hingga ke seluruh dunia,” tandas Putu Rudana.

Visit Museum Fiesta di Museum Rudana

Sumber: Denpost, Sabtu, 29 Mei 2010

Lomba mewarnai, menggambar, kartun dan karikatur, kerjasama KMB dengan Museum Rudana yang bertajuk “Visit Museum Fiesta @ Museum Rudana” berlangsung Minggu (30/5) besok. Kegiatan tersebut, Kamis (27/5) dipaparkan oleh manajemen Museum Rudana yang dipimpin direkturnya, Nyoman Rudana, saat masimakrama dengan Pimpinan Kelompok Media Bali Post (KMB) Satria Naradha di Gedung Pers Bali K. Nadha.

Dalam kesempatan itu, Rudana didampingi Penasihat Museum Rudana yakni Nyoman Muka, kurator Museum Rudana, Bundhowi, serta Ketua IV Asosiasi Museum Indonesia, Putu Supadma Rudana, MBA.

Lomba yang bertema “Museum, Generasi Muda dan Masa Depan Bangsa” ini dipastikan berlangsung meriah karena diisi dengan berbagai kegiatan, di antaranya kesenian barong ngelawang, penyembuhan alternatif (tenaga prana) bersama Bali Dharma Laksana Foundation dengan nabe I Wayan Kawi, S.Pd., kuis berhadiah menarik untuk orangtua anak-anak serta kegiatan unik lainnya.

Menurut salah seorang panitia, IB Wirawan, panitia masih membuka pendaftaran peserta lomba sebelum acara dimulai yakni pukul 09.00. “Kegiatan ini bertujuan menyukseskan program Visit Museum Year 2010. Kami berharap, selain berlomba, para peserta terutama anak-anak juga memahami arti penting museum,” tegasnya.

Sedangkan Ketua IV Asosiasi Museum Indonesia (AMI), Putu Supadma Rudana, MBA., menyambut baik acara lomba tersebut karena merupakan sinergi antara museum dengan media massa dalam memajukan permuseuman di Indonesia. Selain paham mengenai teknik menggambar, para peserta lomba juga bisa menyaksikan koleksi penting di Museum Rudana.