[JOURNALBALI.COM – Jakarta] Bila rakyat seantero negeri merayakan hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-65 dengan mengadakan aneka lomba dan menampilkan kesenian, Putu Supadma Rudana boleh jadi melengkapinya dengan membuat acara renungan suci di Ruang Kemerdekaan, tugu Monumen Nasional (Monas) di jantung kota Jakarta pada 18 Agustus yang lalu. Renungan suci yang diselenggarakan dengan khidmat dipimpin oleh Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD-RI) Irman Gusman dihadiri antara lain oleh pendiri Museum Rudana, Nyoman Rudana, Kepala UPT Monas Rini Haryani, pejabat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, budayawan, seniman dan aktivis pemuda.
Menurut Irman Gusman, pada momen peringatan kemerdekaan setiap anak bangsa perlu bahu membahu bekerjasama dalam mewujudkan Indonesia yang lebih baik. Ia mendukung usaha Putu Supadma Rudana dalam mendorong ekonomi kreatif di tanah air, khususnya dalam olah cipta seni dan budaya. “Kita mempunyai tari Minang, tari Jawa, tari Bali dan lain sebagainya. Inilah warisan anak bangsa yang perlu dilestarikan,” kata Irman Gusman.
Pada kesempatan itu pula Putu Rudana menyampaikan refleksi pemikirannya atas kemerdekaan RI yang ke-65. Menurut Putu Rudana keberlangsungan Indonesia tidak bisa dilepaskan dari kreativitas dalam seni dan budaya. “Jika kita menyadari potensi seni budaya Indonesia, kita akan tampil penuh percaya diri di tengah bangsa-bangsa lain di dunia. Pada saat ini kita membutuhkan sinergi dan visi yang sempurna dalam mengembangkan seni budaya sebagai jiwa bangsaa,” ujar Putu Rudana, yang juga sebagai penggagas dan ketua Destar, Pusat Penelitian dan Dokumentasi Seni dan Budaya, yang juga General Manager Rudana Museum, Bali ini.
Setelah diselingi acara buka puasa bersama, dilanjutkan dengan acara membedah buku ‘Menuju Visi Sempurna, Seni Budaya Sebagai Jiwa Bangsa’, dipandu penyair Warih Wisatsana yang menampilkan pembicara Ni Made Purnamasari sebagai editor buku, Dody Achmad Fauzi, editor majalah Arti dan Dwi Sutarjantono (editor majalah Esquire Indonesia). Buku yang diterbitkan di awal tahun 2009 ini, merangkum gagasan serta pandangan Putu Rudana yang pernah tertuang dalam wawancara di beberapa media lokal, nasional maupun internasional, serta mengulas berbagai sisi kehidupan kesenian dan kebudayaan kita.
Dimulai dari karya lukis, tantangan kepariwisataan Indonesia, program Tahun Kunjungan Museum, pandangannya mengenai generasi muda serta masa depan bangsa, hingga berbagai kegiatan kebudayaan yang digagasnya dengan semangat sinergi antara seni budaya dengan beragam bidang kehidupan, semisal otomotif, olahraga, ekonomi, politik dan sebagainya; yang kesemuanya bermuara pada upaya Pembangunan Karakter dan Pekerti Bangsa (Nation and Character Building).
Pada sesi tanya jawab banyak peserta bedah buku yang berharap Putu Rudana dapat mengimplementasikan gagasan tentang ekonomi kreatif yang sangat relevan dengan situasi Indonesia terkini. Para peserta juga berharap Putu Rudana menerbitkan buku berikutnya yang dapat memberi inspirasi kaum muda. [ ska ]