Category: Orasi Budaya

Putu Supadma Usulkan Pemekaran AMIDA Sumsel

RMOL.Sembilan museum meriahkan pameran senjata tradisional Sumatera dengan memamerkan sebanyak 95 pucuk senjata dari berbagai daerah dalam pameran “Senjata Tradisional Sumatera” yang berlangsung di Auditorium Museum Negeri Sumsel Balaputra Dewa, 21-26 Oktober 2015.

Telah mencukupinya jumlah museum yang ada di Sumsel. Menjadi pertimbangan untuk dilakukannya Pemekaran Asosiasi Museum Indonesia Daerah (Amida) Sumsel.

Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia (AMI), Putu Supadma Rudana mengatakan, pameran senjata tradisional sumatera diyakini akan memberikan inspirasi kepada semua pihak akan kekayaan warisan bangsa, bukan hanya sekedar senjata. Tetapi, filosofi dibalik itu.

“Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar, dan sudah mampu menampilkan keluhuran kebudayaannya dari berbagai hal. Termasuk salah satunya dari senjata tradisional Sumatera,” ungkapnya saat ditemui, disela-sela pameran senjata tradisional, Rabu (21/10).

Dia menambahkan, AMI sekarang memiliki lebih dari 18 Asosiasi Museum Indonesia Daerah (Amida), dari Aceh hingga Papua, dan Sumsel tergabung dalam AMIDA bagian selatan. Kedepan, pihaknya menginginkan adanya pemekaran amida di Sumsel.

“Kalau sudah mampu sendiri, saya ingin ada pemekaran. Dimana amida Sumsel akan terbentuk dalam waktu yang tidak lama lagi. Karena, museumnya saya lihat sudah cukup banyak disini, lebih dari 5 museum, dan berkembang cepat,” tegasnya.

Adapun museum di Sumatera yang mengikuti pameran senjata tradisional yakni Museum Negeri Aceh, Museum Negeri Sumatera Utara, Museum Negeri Sumatera Barat, Museum Negeri Riau, Museum Negeri Jambi, Museum Negeri Bengkulu, Museum Negeri Sumsel, Museum Negeri Lampung, dan Museum Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang. [yip]

Sumber : RMOLSUMSEL.COM

MENGUBAH PARADIGMA ENTREPRENEURSHIP MEWUJUDKAN PRIBADI LUHUR BERKARAKTER

Oleh : Supadma Rudana*

Sebuah bangsa yang besar, demikian pula pribadi seseorang yang terpujikan dan berintegritas (terpercaya serta bermartabat), selalu dinyatakan karena memiliki karakter. Dalam pengertian paling dasar, karakter adalah segugusan nilai-nilai hakiki yang unggul, dan dalam prosesnya kemudian membentuk jati diri; merefleksikan keluhuran sikap dan perilaku yakni: beriman serta bertakwa, berbudi pekerti luhur, cerdas, berdisiplin, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian tangguh dan mandiri serta memiliki tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Di samping nilai-nilai hakiki tersebut di atas, bangsa yang besar atau pribadi yang unggul, juga memiliki semangat, sikap serta perilaku yang senantiasa sigap dan tanggap memperbarui kualitas kemampuannya, yaitu meliputi: kemampuan dalam produktivitas, kemampuan mengelola sumber daya, kemampuan berkomunikasi, kemampuan bekerjasama, kemampuan menggunakan data dan informasi, kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dengan kata lain, upaya kita membentuk karakter dan pekerti bangsa, atau nation and character building, pada hakikatnya adalah mewujudkan sosok-sosok generasi muda atau manusia Indonesia yang merangkum ciri-ciri luhur dan unggul sebagaimana terurai di depan. Dalam rangka pembentukan karakter demikian itulah, dibutuhkan adanya pendidikan karakter, yaitu suatu sistem penanaman nilai-nilai hakiki kepada generasi muda yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai luhur dimaksud.
Hal ini sejalan dengan upaya membentuk sumber daya manusia yang unggul, terangkum dalam UU No 20 tahun 2003, yang menyatakan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat. Bahkan lebih dari itu, dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005 hingga 2015 dinyatakan bahwa pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk visi pembangunan nasional, yaitu masyarakat berahlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab.

Nilai-nilai luhur yang membentuk jati diri bangsa atau kepribadian seseorang sesungguhnya tidak dengan serta merta terwujud dalam seketika, melainkan tumbuh dalam proses yang panjang, selaras dengan dinamika kehidupan masyarakat di gugusan kepulauan Nusantara yang kemudian disebut Indonesia, dimulai dari Masa Prasejarah; Masa Kerajaan; Masa Perjuangan dan Pergerakan Kebangsaan; Masa Revolusi Kemerdekaan; dan Masa Perkembangan serta Pembangunan. Proses yang panjang tersebut tercermin juga melalui kekayaan-kekayaan kultural negeri ini, yang dalam tataran filosofis terangkum menjadi apa yang disebut sebagai local-local genius yang melahirkan kearifan lokal atau local wisdom. Dengan kata lain, sejarah perjalanan bangsa Indonesia merefleksikan kronologis perjalanan sejarah kebudayaan Nusantara.

Kebhinnekaan Kita: Peluang dan Tantangan

Bila kita terpanggil merenungkan, maka akan kian disadari bahwa NKRI memiliki anugerah kekayaan yang luar biasa. Letaknya sangat strategis, di antara dua benua, Australia dan Asia, serta dua samudera yakni Pasifik dan Indonesia. Wilayahnya begitu luas, terdiri dari lebih dari 17.504 pulau berukuran besar dan kecil, terentang dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau Miangas sampai Pulau Rote.

Tuhan telah berkenan melimpahkan karunia tidak terhingga ke tanah air tercinta ini. Bukan hanya panorama pegunungan, pantai dan lembahnya yang jelita, namun di dalamnya terkandung pula sumber daya alam yang nilainya sungguh tak terhingga. Belum lagi berbagai suku bangsa yang mendiaminya, dengan adat istiadat, bahasa, agama serta mahakarya kebudayaan dan kesenian yang beraneka ragam, masing-masing kaya akan warna, rupa dan dinamika. Semuanya terhampar dalam jalinan kebersamaan: Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa, Indonesia. Berbeda-beda namun tetap satu jua, Bhinneka Tunggal Ika.

Di sisi lain, bila kita merenungkan lebih dalam lagi, sejalan dengan syukur dan kekaguman, betapa besar tanggungjawab semua pihak, khususnya generasi muda, untuk menjaga keutuhan NKRI, menghayati Pancasila dan UUD 1945, menegakkan persatuan dan kesatuan bangsa dalam keBhinnekaan yang Tunggal Ika. Derasnya globalisasi dengan nilai-nilai paradoks yang menyertainya adalah tantangan sekaligus peluang. Bila kita lalai, abai dan tak hati-hati dalam meniti arus sejarah ini, bukan mustahil semangat kebersamaan yang telah dirintis dengan susah payah oleh para pendiri bangsa atau founding fathers, cepat atau lambat akan terkikis dan tergerus.
Mencermati berbagai hal tersebut, adalah suatu tindakan yang strategis guna mengembangkan karakter melalui pendidikan nasional yang terencana, terukur dan terarah serta tepat guna, di mana kita dapat menyemai sumber daya manusia yang unggul, memiliki jati diri dan berkepribadian terpuji yang sarat dengan prestasi.
Pendidikan karakter ini juga diharapkan mampu menumbuhkembangkan suatu nilai-nilai solidaritas penuh toleransi serta penghormatan akan keberagaman. Terlebih lagi, kita adalah negara yang masyarakatnya terbilang majemuk, multietnis dan multikultur, boleh dikata cukup riskan akan munculnya benih-benih perpecahan. Sedari proklamasi dikumandangkan hingga kini, keseharian kita selalu dibayang-bayangi benturan berbagai kepentingan, ketegangan antara mayoritas dan minoritas, prasangka dan praduga yang berujung pada kesalahpahaman yang berkepanjangan.

Di samping itu, kita juga mencatat bahwa dalam perjalanan bangsa ini tidak lepas adanya intrik politik serta kepentingan-kepentingan kelompok yang mengalahkan kepentingan bangsa, termasuk di dalamnya ialah pudarnya rasa nasionalisme. Semua ini menimbulkan pertanyaan yang mendasar, yang menjadi salah satu pendorong terlaksananya Kongres Kebudayaan Pemuda Indonesia tahun 2012, sebuah peristiwa bersejarah yang semoga kelak, sebagaimana Sumpah Pemuda tahun 1928, terus-menerus memberikan inspirasi luhur bagi perjalanan peradaban negeri ini. Pertanyaan mendasar kita adalah: akan kemanakah atau dibawakah kemanakah bangsa dan negara ini?
Menjawab pertanyaan itu, sekaligus problematik sosial budaya yang menyertainya, maka kita layak mengembangkan suatu kesadaran bersama, bagaimana menciptakan sumber daya manusia Indonesia yang unggul, yang siap berkompetisi dan bersaing secara global, di tengah percepatan perubahan yang disebabkan oleh pesatnya perkembangan teknologi informasi dewasa ini.

Kesadaran bersama itu meliputi kegiatan-kegiatan pemberdayaan generasi muda, sinergisitas antarbidang dan lintas kultural menuju masyarakat Indonesia yang kreatif dan produktif. Sehingga capaian prestasi yang diraih bukanlah semata membentuk manusia yang mencapai kesuksesan lahiriah atau A Person of Successmelainkan A Person of Value atau manusia luhur, bernilai dan berkarakter unggul, di mana kearifan lokal ataulocal wisdom, tidak berhenti sebagai slogan semata atau filosofi, melainkan terekspresikan sebagai perilaku keseharian manusia Indonesia yang cerdas berkualitas secara intelektual (Intelligence Quotient), emosional dan sosial (Emotional Quotient), sekaligus spiritual (Spiritual Quotient).

Manusia Sukses sekaligus Bernilai (Entrepreneurship)

Upaya mewujudkan manusia yang sukses sekaligus bernilai tersebut melalui pendidikan karakter adalah sejalan dengan upaya mengaplikasikan nilai-nilai hakiki dan kearifan dalam ekspresi perilaku kita. Salah satu kelemahan mendasar sebagai bangsa yang tengah bertransformasi dari masyarakat berbudaya agraris komunal menuju masyarakat industri modern yang cenderung individual, adalah belum terbentuknya sikap kewirausahaan atau entrepreneurship yang mandiri dan penuh dedikasi. Konsep entrepreneurship macam apakah yang kita kembangkan, yang selaras dengan kultur masyarakat Indonesia, demi tercapainya cita-cita luhur bangsa yang gemah ripah loh jinawi?

Konsep kewirausahaan yang aplikatif sekaligus merefleksikan watak luhur bangsa yang guyub dan hangat, adalah kewirausahaan yang bersifat sosial atau social entrepreneurship yang dapat diimplementasikan dalam suatu program aksi berkelanjutan. Kewirausahaan ini menuntut suatu kemandirian yang lebih mengedepankan sinergisitas daripada keuntungan perseorangan semata atau kelompok tertentu belaka. Sehingga kemampuan melihat peluang yang dikembangkan adalah yang berbasis pada pengabdian atau panggilan yang lebih mulia dari sekadar mengumpulkan keuntungan finansial, yang hanya fokus pada sukses, tetapi abai akan Nilai. Program aksi social entrepreneurship yang berkelanjutan ini akan mendorong akselerasi perubahan bagi lingkungan sekitar secara signifikan; bermuara pada pembangunan Indonesia yang berbudaya (Indonesia Adibudaya). Di sinilah makna ‘Indonesia’ tidak hanya sebagai kata benda, melainkan juga sebuah kata kerja.

Dengan demikian, kewirausahaan sosial ini tidak terfokus pada kewirausahaan bidang ekonomi saja, tetapi juga sosial, budaya, politik serta bidang-bidang lain. Yang hakikatnya hendak dikembangkan adalah suatu sikap proporsionalisme dan profesionalisme, yang didasari atas semangat kemandirian yang penuh tanggungjawab. Sebagaimana para pelaku bidang ekonomi, entrepreneur di bidang politik, budaya, sosial, dan lain-lainnya, juga menghadapi rintangan dan tantangan yang memerlukan suatu solusi inovatif serta sinergi kreatif yang produktif.

Dalam konteks tersebut, yakni membentuk suatu jiwa social entrepreneurship melalui pendidikan karakter, penting diwacanakan dan sekaligus diaplikasikan adanya perubahan paradigma atau cara pandang secara mendasar, termasuk perubahan dalam pola pikir. Perubahan paradigma atau pola pikir tersebut, adalah menghasilkan kreasi-kreasi inovatif yang bermanfaat bagi pembangunan suatu bangsa, melibatkan para ahli untuk melakukan kajian secara tepat guna, sebuah pengembangan pemikiran yang thinking outside of the box yakni berpikir ke depan secara kreatif dan visioner (excellent vision).
A. Social Entrepreneur bidang Kebudayaan dan Kesenian
Adanya perubahan paradigma akan makna entrepreneurship, membuka peluang bagi para wirausahawan guna mengelola bidang kebudayaan dan kesenian dengan semangat pengabdian. Jiwa entrepreneurshipdalam konteks ini adalah sebentuk kemampuan untuk mengelola nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam mahakarya kebudayaan dan kesenian Indonesia, buah cipta dari para seniman-seniman tradisi mumpuni maupun kreator-kreator modern yang piawai.

Beruntung kita dapat melihat dan mempelajari karya-karya maestro tersebut yang sebagian besar menjadi koleksi dari museum-museum di tanah air. Keberadaan museum-museum telah mendorong pengunjung untuk merenung dan mendalami berbagai artefak yang mencerminkan dinamika kehidupan masyarakat Nusantara mulai dari: (1) Masa Prasejarah; (2) Masa Kerajaan; (3) Masa Perjuangan dan Pergerakan Kebangsaan; (4) Masa Revolusi Kemerdekaan; (5) Masa Perkembangan dan Pembangunan.

Tidak sebagaimana yang dibayangkan oleh masyarakat awam, museum terbukti dapat difungsikan sebagai laboratorium kebudayaan, di mana para ahli, pakar aneka bidang dan generasi muda dapat mengembangkan ide-ide kreatif serta gagasan-gagasan entrepreneurship yang cerdas berdasarkan suatu telaah yang mendalam terhadap apa yang telah dicapai oleh leluhur melalui karya-karya berupa apapun yang menjadi koleksi museum. Laboratorium itu memungkinkan pula suatu kajian dan program akademis yang tepat guna untuk mengembangkan pemikiran yang menghasilkan kreasi-kreasi inovatif yang bermanfaat bagi pembangunan bangsa.

Program dan agenda enterpreneurship di bidang kebudayaan dan kesenian dapat berupa pameran, dialog, penerbitan atau pertunjukan. Yang dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan, mengundang budayawan, tokoh dan pakar berbagai bidang yang memiliki perhatian pada kemajuan kebudayaan dan pendidikan di Indonesia. Melalui kegiatan yang mentradisi tersebut, diharapkan tersemai gagasan-gagasan bernas, cerdas, dan visioner serta mencerahkan, sehingga melahirkan agenda-agenda aksi yang terarah, terukur dan terpadu.

Namun, guna mewujudkan gagasan menjadi tindakan serta aksi yang nyata, perlu dikedepankan semangat sinergisitas berbagai pihak, di antaranya melibatkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Dalam Negeri, lembaga-lembaga ataupun pusat penelitian kebudayaan, institusi pendidikan serta edukasi lainnya di Indonesia dan juga berbagai komunitas seni budaya di Nusantara. Melalui upaya keterpaduan ini, diharapkan dapat terjalin suatu hubungan yang saling mendukung, sehingga memungkinkan terjadinya akselerasi penyebaran gagasan serta implementasi nilai-nilai luhur kultural bangsa dalam kehidupan kemasyarakatan kita.

B. Social Entrepreneur bidang Gagasan dan Idealisme
Sebagai bangsa yang tengah membangun sistem demokrasinya agar lebih sehat dan kuat, patutlah mampu mengelola 4 (empat) pilar utama penyangganya, yakni keberadaan partai politik, media massa, partisipasi publik, dan supremasi hukum. Keempat pilar tersebut, sesungguhnya bermuara ke satu hal yang Hakiki yakni pentingnya menegakkan Gagasan dan Idealisme sebagai keniscayaan bermasyarakat dan bernegara.

Maka entrepreneurship di bidang Gagasan dan Idealisme, selaras dengan upaya-upaya pencerdasan masyarakat melalui kegiatan semacam dialog budaya termasuk bentuk-bentuk interaksi kaum cendekiawan dan pemerhati sosial budaya di ruang publik lainnya. Hal mana ini diperjuangkan menjadi sebentuk tradisi pengembangan intelektual dengan topik-topik yang lebih fokus serta rekomendasi solusi yang bisa langsung turut membantu menyelesaikan berbagai masalah dan problematik di masyarakat. Sejalan dengan itu pula, layak dikembangkan suatu semangat penghormatan atas gagasan atau buah pikiran seseorang sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) yang harus dilindungi. Dengan demikian apabila menyadur atau mengutip konsep orang lain, secara etika dan kaidah hukum, kita juga sepatutnya mencantumkan nama yang bersangkutan; langsung ataupun tidak, akan memberikan nilai tambah ekonomi tersendiri.

Sehingga social entrepreneurship di bidang Gagasan dan Idealisme berhasil menjalankan program aksi pengembangan dan peningkatan pendidikan berkarakter atau penanaman nilai-nilai luhur pada khalayak luas, khususnya generasi muda. Para entrepreneur tersebut mampu menjadi pelopor sekaligus inspirator, bukan hanya pembangunan karakter luhur manusia Indonesia, melainkan turut mengkonstruksi tatanan baru peradaban dunia yang mengedepankan perdamaian, kemanusiaan, solidaritas, kesetaraan serta keadilan.

C. Social Entrepreneur bidang Politik
Dalam upaya mengembangkan social entrepreneurship di bidang politik sekaligus mengembangkan sinergi kreatif yang produktif, perlu adanya perubahan cara pandang masyarakat, termasuk generasi muda, perihal dunia politik yang di-stigmatis-kan sebagai dunia yang penuh intrik, dan siasat licik alias kotor. Dunia politik seakan-akan hanya identik dengan perebutan kekuasaan antar figur-figur ambisius yang rakus dan menghalalkan segala cara. Padahal, martabat suatu bangsa, ditentukan juga oleh kehidupan politik dan perilaku politikusnya. Bukankah salah satu soko guru demokrasi yang sehat adalah kehidupan partai politik yang juga sehat sekaligus produktif.

Bila stigmatis terhadap dunia politik tidak didekonstruksi, maka yang terjadi adalah sebagaimana kenyataan sekarang ini, di mana partai-partai tidak didukung oleh proses kaderisasi yang berkualitas. Perekrutan keanggotaan semata dilakukan dengan mengedepankan pragmatisme yang jauh dari idealisme partai yang bermartabat. Sebagai akibat enggannya masyarakat dan generasi muda yang potensial memasuki dunia politik, maka partai-partai politik kini lebih direpotkan oleh polah tingkah kader yang bermasalah. Bagaimana mungkin kita mengembangkan suatu social entrepreneurship bidang politik yang berkualitas bila paradigma dan cara pandang masyarakat tidak diubah. Bidang politik memerlukan semangat kewirausahaan dimana para pelakunya berintegritas (terpercaya dan bermartabat).

Bila paradigma dan stigmatis terhadap politik dapat dijernihkan, kita dapat berharap akan lahirnya pemimpin-pemimpin bangsa di segala bidang yang memiliki jiwa melayani yang dalam arti positif, mendahulukan kepentingan bersama atau bangsa di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Pemimpin yang memiliki jiwa besar untuk mengatakan mampu atau tidak mampu, bisa atau tidak bisa secara terbuka, ksatria secara penuh tanggungjawab. Dengan demikian, pemimpin-pemimpin kita akan mengabdi dengan visioner, didasari pemahaman akan kekayaan seni budaya warisan adihulung Nusantara, di dalamnya terkandung kekuatan spiritual maupun potensi finansial atau ekonomi.

Dialektika antara partai dan politikus serta masyarakat yang kritis, diyakini akan memperluas medan kesadaran baru dalam berbangsa dan bernegara, yang menjadikan era keterbukaan ini sebagai hal yang produktif, bukan semata pertikaian dan luapan kebencian lantaran berbeda ideologi atau pandangan. Bila ini berlangsung dalam suatu proses yang berkelanjutan, jelaslah demokrasi kita tidak akan terjebak pada sekadar prosedural, melainkan sungguh-sungguh mewarnai kehidupan keseharian sosial politik negeri ini. Terbuka peluang, melalui serangkaian tahapan dan proses itu, para politikus bermetamorfosis menjadi para negarawan.

REKOMENDASI AKSI
1. Perlu ditetapkan program-program aksi yang dapat mengasah kepribadian seseorang atau masyarakat agar memiliki karakter dasar yang terpujikan.
2. Perlu ditetapkan program-program aksi pengembangan karakter di mana kearifan lokal atau local wisdom di Nusantara, tidak berhenti sebagai slogan semata atau filosofi, melainkan terekspresikan sebagai perilaku keseharian manusia Indonesia yang paripurna.
3. Perlu dibangun upaya melakukan sinergi kreatif yang melibatkan seluruh potensi bangsa dalam semangatentrepreneurship yang mandiri dan bertanggungjawab secara lintas bidang, lintas kultural, serta lintas generasi.

*Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia (AMI) Pusat. Makalah ini disampaikan dalam Kongres Kebudayaan Pemuda Indonesia 2012, tanggal 6 – 9 November 2012 di Jakarta.

Refleksi Nilai-Nilai Luhur Hari Pahlawan

Setiap memperingati hari bersejarah, bangsa Indonesia sesungguhnya memperoleh kesempatan untuk merenung ulang serta merefleksikan cita-cita luhur para founding fathers, pendiri negara ini.

Demikian pula berkenaan dengan tanggal 10 November ini. Peringatan Hari Pahlawan adalah memang suatu momen berharga bagi kita guna memaknai kegigihan, integritas, komitmen dan kecintaan atas negeri ini, dimana pada era revolusi dulu terwujud sebagai gelora kebersamaan untuk meraih kemerdekaan sekaligus mengukuhkan keberadaan NKRI.

Para pejuang pendiri negeri ini telah mendarmabaktikan hidupnya dengan segenap ketulusan serta semangat pantang menyerah. Dengan meresapi, menghayati serta merefleksikan nilai-nilai luhur warisan para patriot bangsa itu, kita, sebagai generasi penerus, akan memperoleh karunia energi kebersamaan yang kreatif sekaligus produktif.

Semangat kerbersamaan atau ‘Bersama Kita Bisa’ itu dapat mendorong kita untuk meraih capaian prestasi setinggi-tingginya di bidang masing-masing. Semangat itu pula yang akan memungkinkan lahirnya ‘pahlawan-pahlawan’ era kini, yang berjuang sepenuh pengabdian tanpa pamrih untuk kejayaan, kemakmuran dan keutuhan NKRI.

Dalam kebhinekaan dan keanekaragaman kultur negeri ini, mari kita satukan tekad mewujudkan cita-cita bangsa sebagaimana termaktub dalam Mukadimah UUD 1945.

Pidato Dalam Acara Sunday Gathering at Museum Rudana

Museum Rudana, 30 Mei 2010
Om Swastyastu,
Salam sejahtera untuk kita semua.

Yang saya hormati, Bapak Nyoman Rudana, pendiri Museum Rudana
Yang saya kagumi, Bapak ABG Satria Naradha, Direktur Utama Kelompok Media Balipost
Rekan-rekan media lainnya, dari Majalah Esquire serta Now! Bali
Para peserta lomba yang saya banggakan, serta hadirin lainnya yang saya muliakan

Salam Bhinneka Tunggal Ika!

Merupakan suatu kebahagiaan dan kehormatan tersendiri bagi saya untuk hadir dalam acara yang penuh arti ini, Sunday Gathering at Museum Rudana, pada Minggu yang cerah, 30 Mei 2010. Rangkaain kegiatan ini merupakan suatu cerminan betapa hangat dan berharganya suatu kebersamaan dan sinergi budaya yang terjalin selama ini antara Kelompok Media Bali Post, sebagai media massa Pengemban Pengamal Pancasila, dengan pendiri dan pengelola museum di Bali, khususnya dengan Museum Rudana

Kelompok Media Bali Post sebagai pelopor media massa telah membuktikan komitmen dan konsistensinya untuk senantiasa terdepan sebagai inspirator sekaligus pengayom upaya-upaya kita untuk terus menggaungkan warisan seni budaya Bali dan Indonesia sejajar dengan budaya-budaya dari bangsa-bangsa di dunia. Untuk itu, saya, sebagai salah satu Ketua Asosiasi Museum Indonesia (AMI) yang membawahi bidang Informasi, Komunikasi dan Publikasi, menyampaikan hormat sedalam-dalamnya kepada Pimpinan dan segenap keluarga besar Kelompok Media Bali Post atas dedikasi dan peran kepeloporannya selama ini dalam pembangunan jati diri dan pekerti bangsa, sekaligus membangun serta mengembangkan Seni Budaya Sebagai Jiwa Bangsa.

Upaya yang dilakukan oleh Kelompok Media Bali Post ini sesungguhnya sejalan dengan semangat Asosiasi Museum Indonesia (AMI) yaitu menjunjung kebhinnekaan bangsa ini melalui kehadiran dan peran museum yang terbukti amat strategis ini.

Hadirin yang terhormat,

AMI memiliki 275 anggota permuseuman secara nasional, serta terbagi atas 7 asosiasi daerah, di antaranya Bali atau HIMUSBA, yang kiprahnya senantiasa menjadi acuan dan cerminan asosiasi daerah lainnya.

Selain itu, AMI merupakan mitra strategis Direktorat Museum Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, sekaligus menjembatani aspirasi serta gagasan seluruh anggota permuseuman nasional untuk dikomunikasikan kepada pemerintah sehingga menjadi program nyata nasional yang unggul dan sekaligus mensolusikan segala permasalahan secara santun dan damai serta dijiwai semangat persaudaraan.

Di sinilah, suatu sinergi yang terjaga dengan berbagai media amatlah diperlukan, agar segala aspirasi, gagasan maupun kebijakan tadi mampu dikomunikasikan secara utuh lagi menyeluruh. Dan hadirin sekalian, dengan adanya kebersamaan di antara kita semua ini, saya yakin, kita akan bisa Menghargai, Menjiwai serta Menggaungkan Seni Budaya Bangsa bahkan hingga ke seluruh dunia.

Berkaitan dengan hal tersebut pula, pada kesempatan yang penuh suka cita ini, Museum Rudana menganugerahkan Satya Synergy Award kepada media-media yang memiliki dedikasi luar biasa dalam mengkomunikasikan secara menyeluruh kepada masyarakat sehingga dapat membangun kecintaan khalayak pada seni budaya bangsa. Media-media tersebut antara lain Majalah Esquire, Majalah Now! Bali, serta tentunya, Kelompok Media Bali Post. Anugerah ini kami sampaikan dengan sepenuh ketulusan sebagai penanda betapa berharga kebersamaan yang kita jalin dan bina selama ini.

Hadirin yang saya muliakan,

Kali ini, Kelompok Media Bali Post bersinergi dengan Museum Rudana menggelar berbagai kompetisi, semisal lomba mewarnai, menggambar, kartun serta karikatur yang melibatkan kalangan generasi muda bangsa ini, khususnya di Bali. Ini merupakan suatu upaya yang patut ditradisikan dan dikembangkan secara kontekstual selaras perubahan yang telah dan tengah terjadi.

Sebagaimana yang saya tulis dalam buku saya, bertajuk ‘Seni budaya Sebagai Jiwa Bangsa’, di sini, di Museum, generasi muda tidak hanya memperoleh ruang ekspresi bagi pengembangan minat dan bakatnya, namun juga mendapatkan pengetahuan akan seni budaya bangsa, yang mencerminkan proses panjang sejarah Indonesia.

Namun Hadirin, museum bukan hanya sebagai wadah untuk menyimpan berbagai hasil karya manusia yang sarat dengan muatan sejarah dan estetika, melainkan juga dapat diolah menjadi suatu laboratorium kebudayaan. Melalui museum pula, para ahli serta generasi muda juga mampu mengembangkan aneka gagasan yang kreatif berdasarkan beragam karya peninggalan para leluhur yang sungguh adi luhung itu. Dengan kata lain, Museum bisa menjadi Center of Excelence.

Semua ini haruslah dimaknai sedalam-dalamnya oleh generasi muda, agar mereka tampil sebagai pribadi yang kukuh dan teguh bila kelak dipercaya menjadi pemimpin bangsa yang besar ini. Pemimpin yang terpanggil untuk membawa bangsa ke arah kemajuan dan kemakmuran sebagaimana diamanatkan oleh para founding father, pendiri bangsa dan negara Indonesia tercinta ini.

Hadirin serta para peserta lomba yang saya banggakan,

Akhir kata, melalui acara ini, marilah kita merayakan sekaligus merenungi makna kebersamaan kali ini. Kepada para peserta yang mengikuti kompetisi, mari junjung teguh kreativitas dan juga sportifitas. Mari kita jaga sikap saling asah, asih dan asuh, dan dengan demikian, momen lomba hari ini, tak lain adalah capaian kemenangan kita semua.

Om Shanti, shanti, shanti, om.

Pidato Dalam Acara The Launch of Indonesian Tatler Home

St. Regis, Nusa Dua, Bali, 15 Desember 2009
Sungguh adalah sebuah kehormatan bagi saya bisa hadir dan berada di tengah Bapak-Bapak, Ibu-Ibu, Saudara-Saudara serta undangan, dalam acara penuh arti, The Launch of Indonesian Tatler, yang oleh panitia, seperti tertera dalam undangan, diniatkan sebagai Another Day in Paradise.

Ya, malam ini, dalam suasana penuh kebersamaan, kita akan turut merayakan serta ikut memaknai Peluncuran Majalah Indonesian Tatler yang menyajikan aneka bahasan khusus di seputar desain interior, tata artistik ruang, beserta hal-hal unik lain yang menyertainya.

Di dalam kebersamaan ini, telah hadir di tengah kita Bapak Joop Ave, yang pandangannya tentang kebudayaan selalu menarik serta penuh visi nan cemerlang.

Oh ya, ada pula Bapak Made Wianta, maestro lukis kita yang terus energik dan kreatif, yang selalu menyajikan karya-karya penuh inspiratif.

Dan sahabat saya, Popo Danes, seorang arsitek tersohor dengan karya-karyanya yang memikat dan tetap memiliki filosofis akar kultur Balinya.

Bapak Alvin Tjitrowirjo, seorang kreator, seorang desainer furniture yang namanya begitu familiar karena prestasi-prestasinya internasionalnya yang layak kita kagumi.

Tak ketinggalan, Bapak Nyoman Rudana, seorang senator yang dedikasi dan kecintaannya terhadap kebudayaan di Bali, dan juga kebudayaan-kebudayaan di Tanah Air, sungguh besar dan terpujikan.

Bapak-bapak, Ibu-Ibu dan Hadirin, kebersamaan kita malam ini menjadi penuh arti karena membuka kesempatan kepada kita, tanpa terkecuali, untuk membangun suatu sinergi yang memungkinkan terciptanya kerjasama semua pihak untuk menggagas dan membangun masa depan yang lebih baik.

Kehadiran Majalah Indonesia Tatler Home, patut kita rayakan dan kita sambut dengan gembira. Kita menyadari bersama bahwa peran media massa, apapun bentuk serta bidang liputannya, adalah sangat strategis. Kehadiran Majalah ini menjadi lebih berarti lagi mengingat upaya negeri ini untuk mendorong tumbuhnya suatu ekonomi kreatif di segala bidang.

Semangat untuk melakukan sinergi memang bagian yang tak terhindarkan dari kebersamaan kita di era global sekarang ini. Kita memahami pentingnya sinergi strategis dalam upaya mengembangkan suatu pariwisata berkelanjutan, sinergi antara pihak-pihak terkait semisal hotel, penyelenggara tur, maskapai, pemerintah, asosiasi-asosiasi wisata, museum atau lembaga budaya lainnya, serta tak ketinggalan para pemerhati pariwisata dan pelaku budaya, guna menciptakan peluang-peluang unggul serta kerjasama saling menguntungkan. Dalam sinergi yang bersifat strategis inilah, kehadiran majalah seperti Indonesian Tatler Home tak dapat diabaikan dan tak mungkin ditinggalkan.

Bapak-Bapak, Ibu-Ibu serta Hadirin, media massa bukan hanya sarana publikasi dan promosi, melainkan juga dapat mendorong tumbuhnya saling pengertian dan saling memahami dari semua pihak, dari semua komponen pendukung pariwisata budaya, demi tercapainya apa yang kita harapkan bersama. Apalagi kita akan menyongsong Visit Museum Year 2010, Tahun Kunjungan Museum 2010, di mana kesuksesannya tergantung juga pada keberhasilan kita dalam mengupayakan terciptanya suatu sinergi strategis sebagaimana telah saya singgung sebelumnya.

Bapak-Bapak, Ibu-Ibu serta Hadirin, sinergi yang bersifat strategis ini saya kira dapat menjadi titik pijak kita untuk melakukan Sinergi Seni Membangun Bangsa, yakni suatu upaya sinergi dengan menyadari betapa besarnya kekayaan dan keadiluhungan budaya yang diwariskan para leluhur kita. Benda-benda budaya hasil cipta, karsa dan karya para leluhur kita itu bukan hanya indah dan unik untuk mata, tetapi juga di dalamnya menangndung spirit dan nilai-nilai luhur bersifat universal untuk jiwa atau batin kita. Dalam upaya menumbuhkan apresiasi sekaligus persepsi masyarakat terhadap kekayaan yang luar biasa tersebut, sekali lagi, peran media massa seperti Majalah Indonesian Tatler Home ini layak untuk dikedepankan.

Bapak-Bapak, Ibu-Ibu serta Hadirin, sekali lagi, saya merasa memperoleh kehormatan bisa hadir dalam acara ini. Kehangatan pertemuan dan kebersamaan kita ini adalah sebuah awal sinergi. Siapa tahu, dengan demikian terbuka peluang kita untuk bersama-sama membangun Tanah Air yang kita cintai agar menjadi bangsa yang lebih sejahtera dan bermartabat. Melalui kebersamaan, kita dapat mempelajari keagungan masa silam seraya menggagas kemungkinan masa depan tanpa lalai atau abai pada upaya membangun kekinian secara lebih kreatif dan inovatif.

Selamat untuk Indonesian Tatler Home, dan selamat bersinergi untuk kita!

Pidato Dalam Acara The Art Presentation and The Wedding

Intercontinental Hotel, 14 November 2009
Om Swastyastu,
Salam budaya dan selamat malam
Good Evening Distinguished Guests, Ladies and Gentlements,

Welcome and thank you for joining us tonight to celebrate the art presentation and the wedding.

Yang saya hormati, Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Bapak Irman Gusman, beserta Ibu

Yang saya hormati, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Bapak Jero Wacik, beserta Ibu

Yang saya hormati, Gubernur Bali, Bapak Made Mangku Pastika beserta Ibu,

Yang saya hormati, Pangdam IX Udayana, Bapak Hotmangaraja Pandjaitan beserta Ibu

Yang kami muliakan, Para Konsul dan Perwakilan Negara Sahabat

Yang saya cintai dan banggakan Bapak Srihadi Soedarsono dan Ibu Farida Srihadi

Yang terhormat, Ibu Danti Rukmana

Dan ijinkanlah pula saya menyapa para undangan mancanegara,

Pada kesempatan penuh arti ini, saya juga ingi

Please allow me to express our warm welcome, to overseas guests:

Mr. Nahappan and Family, from Singapore

Mr. Mario Chierichini from Rome, Italy

dr. Jonathan Hartley and Naudau Hartley,

Mr and Mrs Gabriel, from Hongkong

Once again, thank you and truly a great honor for us to have all of you here in Bali, for joining this lovely moment.

Also, I would like to thanks Mr. Kamal Chaoui, GM InterContinental Bali Resort, with the whole team and the family

Yang saya banggakan pula, Editor Indonesian Tatler atas sinergi dan kerjasamanya

Para Maestro Seni, Bapak Gunarsa, Bapak Wianta serta para Seniman, Hadirin dan tamu undangan yang saya hormati pula.

n mengucapkan salam budaya dan selamat malam kepada: Yang saya cintai, Bapak Nyoman Rudana beserta Ibu.

Khususnya kepada mempelai berdua, adinda yang berbahagia, Kristina Rudana dan Wibowo Leksono

Atas nama keluarga, saya mengucapkan terimakasih atas perkenan hadirin untuk meluangkan waktu di tengah berbagai kesibukan masing-masing.

Di malam yang penuh cinta ini, kita akan bersama-sama memaknai suatu Pagelaran Seni Budaya di mana di dalamnya terangkai pula sebagai puncak acara yakni resepsi pernikahan dari adinda Kristina Rudana, yang dipersunting oleh Wibowo Leksono.

Hadirin yang berbahagia,

Rangkaian kegiatan ini bukan hanya menghadirkan suatu wedding ceremony atau suatu resepsi pernikahan saja, akan tetapi juga selama tiga hari berturut-turut, mulai tanggal 13 hingga 15 November 2009, ditampilkan aneka peristiwa seni terpilih, dari mulai tarian-tarian klasik hingga modern, pameran seni rupa, performing art, pembacaan puisi, serta tidak ketinggalan pertunjukan musikal sehingga The Art Presentation and The Wedding ini dapat disebut sebagai Total Art Presentation.

Hadirin yang terhormat,

The Art Presentation and The Wedding ini adalah sebentuk dedikasi dan apresiasi saya guna menyongsong Visit Museum Year 2010 di mana kita dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan berbagai event seni budaya yang memikat serta penuh manfaat.

Saya pribadi merasa berbahagia memperoleh kesempatan untuk menggagas dan mewujudkan berbagai event seni budaya baru, sejalan dengan tugas saya sebagai salah satu Ketua Nasional dari Asosiasi Museum Indonesia (AMI) yang tengah memperjuangkan Museum sebagai center of excellent, penghormatan untuk masa lalu, masa kini dan pengharapan masa depan.

In other word, many aspects of life….. divide
and of course art and culture ……unite.

Distinguished guest, ladies and gentlement,

To express my dedication of love to art & culture and of course to bride and groom, let me read one poem from Kahlil Gibran about the meaning of togetherness and love.

Apabila hatimu memanggilmu, ikuti, ikutilah, walau jalannya berliku.
Dan bila sayap lembutnya menerbangkanmu, pasrahlah, berserah dirilah.

Demikianlah, cerminan dua hati yang bertemu dan menyatu di Pulau Dewata ini. Ketulusan, Kebersamaan dan Kasih Sayang tersebut tercermin di dalam karya-karya maestro dan para seniman kita seperti Bapak Srihadi Soedarsono, Nyoman Gunarsa, Made Wianta, Nyoman Erawan, Wayan Darmika, Made Djirna, Ida Bagus Indra dan seniman-seniman besar Indonesia lainnya. Mereka mengharumkan nama bangsa dan negara, serta menggaungkan jiwa bangsa melalui maha karya seni yang diciptakan dengan getaran jiwa.

Di samping itu pula, malam ini kita telah menyaksikan Tari Joged dengan 6 penari, melambangkan Enam bentuk godaan kehidupan (Sad Ripu) yang harus kita lampaui.

Tari Puspa Mekar, oleh sembilan penari, yang mencerminkan delapan arah kehidupan dan satu pusat keharmonian, antara buana agung dan buana alit, antara pencipta dengan manusia, antara alam beserta isinya.

Kita juga akan menyaksikan sebuah tarian penuh makna cinta, yang juga terekspresikan dalam mahakarya seorang maestro, Srihadi Soedarsono, yaitu Tari Oleg Tamulilingan.

And it is reflected by a synergy that is formed by Museum Rudana, InterContinental Bali Resort, and Indonesia Tatler to always committed in supporting art and culture.

Pertemuan, perpaduan, dan sinergi seni budaya ini dapatlah kita maknai sebagai upaya mewujudkan keharmonian atau Mandara Giri.

Hadirin dan para undangan yang berbahagia,

Dengan demikian, acara ini dapat dimaknai sebagai Peristiwa dan Persembahan Seni-Budaya, yang terangkai dalam paduan kebersamaan, berlandaskan kearifan ajaran para leluhur, pada suatu filosofi suci Kitab Weda,

The problem of the world is the problem of man. What man is? What he is conscious of? The consciousness is confined by Knowledge and Experience. Whenever knowledge transcends the experience, it is resulting the inner conflict and the inner conflict reflected out. Now, how could we make the knowledge and experience to be in a state of equilibrium? It is truly Mahardika.

Or in one simple word, in one simple word, it is Love, only Love, and Love.

May God Bless Us All

Terimakasih.

Pidato Dalam Acara Pesamuan Budaya I

Museum Rudana, 3 September 2009
Om Swastyastu,
Salam Sejahtera bagi kita semua

Perkenankanlah pada kesempatan ini juga saya mengucapkan Salam Bhinneka Tunggal Ika sebagai penghormatan akan kekayaan dan keberagaman budaya kita.

Pertama-tama, terimakasih kepada pinihsepuh, pengemong spiritual Bapak Mangku Miarta, yang berkenan hadir untuk turut memaknai pertemuan kita ini.

Selamat datang dan terimakasih pula kami ucapkan kepada yang terhormat Bapak Joop Ave, di tengah kesibukannya berkenan meluangkan waktu hadir di Museum Rudana. Kita berharap dari pengalaman Beliau sebagai budayawan dan juga mantan Menparpostel dapat dipetik gagasan dan pendapat yang mencerahkan arah kepariwisataan kita, yang pada kesempatan ini kita diskusikan melalui tema “Bali Dalam Tantangan Kepariwisataan Global”.

Bapak Joop Ave, atas dedikasinya kepada Bangsa dan Negara, belum lama ini memperoleh penghargaan langsung dari Ibu Kepala Negara Presiden Republik Indonesia, Ibu Ani Yudhoyono, dan saya pribadi juga selaku Managing Director of Museum Rudana ingin mengingat kembali bahwa Museum Rudana juga dengan bangga pernah menganugerahkan Ksatria Award.

Terima kasih kepada Pak Nyoman Rudana selaku senator atau DPD RI yang selama lima tahun telah mendharmabaktikan pikiran, gagasan dan kepeduliannya untuk memperjuangkan kemajuan-kemajuan Bali melalui sebuah lembaga yang terhormat yang berpusat di Jakarta, yakni Dewan Perwakilan Daerah.

Terima kasih juga kepada Ibu Prof. Wiendu Nuryanti, Ph.D (Guru Besar Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Gajah Mada yang juga Executive Director STUPPA sebuah lembaga penelitian dan pengembangan yang fokus kajiannya adalah utamanya di bidang pariwisata dan kebudayaan). Perlu dinyatakan juga betapa sebagai peneliti mumpuni, pendekatan ilmiah yang dilakukan oleh Ibu Wiendu Nuryanti pastilah bermanfaat dan amat berguna untuk menjawab persoalan-persoalan kepariwisataan di Indonesia, utamanya Bali, di tengah persaingan global yang tak terelakkan.

Ucapan terima kasih juga kepada penglingsir Puri Ubud, Bapak Cokorda Putra Sukawati, Bapak Ir. Henky Hermantoro, MURP selaku Kapuslitbang Depbudpar RI, Bapak Rektor ISI Prof. Wayan Rai, Bapak Ketua STP-Bali Made Sudjana, Bapak Rektor Universitas Ngurah Rai Prof. Cok Atmaja, Bapak Rektor IHDN Prof. Titib, Bapak Rektor Unud atau yang mewakili, Bapak Rektor Undiksha Singaraja atau yang mewakili, dan terimakasih juga saya sampaikan juga kepada Kepala Dinas Pariwisata Yogyakarta Bapak Djoko.

Serta tak ketinggalan generasi muda unggul, calon pemimpin bangsa, para pemenang lomba esai dengan tema “Harapan Masyarakat terhadap Pemimpin Masa Depan Indonesia” (yang diadakan pada April 2009).

Sebagai pemrakarsa dari acara ‘Pesamuan Budaya’ ini, dengan topik sebagaimana yang saya singgung di atas yakni “Bali dalam Tantangan Kepariwisataan Global”, diselenggarakan antara lain menimbang dan memerhatikan bahwa Bali sebagai daerah tujuan wisata dunia sering dianggap telah meraih titik puncak capaian prestasinya. Dengan kata lain, keberhasilan tersebut seolah merupakan ambang batas atau titik jenuh, di mana situasi tersebut dapat menjadikan dunia pariwisata Bali bergerak ke arah yang tak diharapkan, yakni dari tahun ke tahun ada kemungkinan capaian prestasinya menurun. Namun demikian, saya, dan tentu kita semua, berkehendak dan berkeyakinan tidak akan sampai menjadi Destination of Yesterday. Langkah-langkah yang harus dilakukan, antara lain sinergi kreatif dan produktif, dimana peningkatan tidak lagi dilakukan dari sisi kuantitas, melainkan juga Kualitas, dengan kerjasama terpadu dan holistik yang melibatkan semua pihak.

Saya berkeyakinan bahwa seni budaya adalah jiwa dari bangsa ini. Oleh sebab itu, upaya-upaya peningkatan kepariwisataan juga sepatutnya merupakan buah sinergi dari seni, budaya, dan kepariwisataan serta bidang-bidang lainnya (sinergi seni membangun bangsa).

Bapak-bapak/Ibu dan hadirin sekalian, melalui Pesamuan Budaya yang didasari keterbukaan serta menekankan gagasan-gagasan ilmiah yang intens serta terfokus seperti ini, diharapkan lahir pemikiran dan terobosan solusi kreatif dan produktif serta rekomendasi-rekomendasi yang dapat menjadi acuan para pengambil kebijakan di bidang pariwisata. Dengan demikian, diharapkan ke depan adanya suatu penataan dunia pariwisata yang unggul, dengan pendekatan holistik, berdimensi jangka pendek, jangka menengah, maupun bersifat strategis yakni, jangka panjang.

Bapak-bapak, Ibu-Ibu serta hadirin, sengaja acara Pesamuan Budaya ini diadakan di Museum mengingat bahwa kita dikelilingi oleh karya-karya adilihung para seniman-seniman besar kita yang dari dalamnya memancar suatu energi positif yang mencerahkan sekaligus kreatif. Kita juga menyelenggarakan acara yang penuh makna ini dalam suatu ruang dan bangunan yang ditata sedemikian rupa berdasarkan filosofi Tri Hita Karana, penghormatan akan Parahyangan, Pawongan dan Pelemahan, yaitu hubungan harmoni dengan Tuhan, Manusia dan Alam lingkungan.

Sebelum mengakhiri sambutan ini, perkenakanlah saya menyampaikan bahwa pada tahun 2010 mendatang kita akan menyambut Tahun Kunjungan Museum 2010 (Visit Museum Year 2010). Hal mana pencanangan itu diputuskan dalam Musyawarah Nasional AMI (Asosiasi Museum Indonesia) di Jambi belum lama ini, di mana saya dipercaya, dipilih dan ditunjuk sebagai Ketua IV Nasional yang membidangi informasi, publikasi dan penerbitan. Sejalan dengan acara Munas tersebut, ditegaskan pula bahwa sebagai organisasi, Asosiasi Museum Indonesia bertekad untuk menjadikan museum beserta pengelolanya sebagai Center of Excellence. Oleh alasan itu pulalah saya sebagai pemrakarsa sedari awal berniat untuk melakukan acara Pesamuan Budaya ini di Museum Rudana.

Dengan limpahan karunia dan hikmah dari Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, ‘Pesamuan Budaya’ atau ‘Dialog Ilmiah’ dengan tema “Bali dalam Tantangan Kepariwisataan Global” , saya nyatakan resmi dibuka. Selamat berdiskusi, semoga kita menuju dan meraih Visi yang Sempurna (Excellent Visioner).

Om Shanti, Shanti, Shanti, Om