Category: Cermin Budaya

Lalu Zohri Juara Dunia, Pemerintah Diminta Perhatikan Kebutuhan Atlet

Bola.net – Prestasi membanggakan diraih atlet muda Indonesia, Lalu Muhammad Zohri. Dia berhasil merebut medali emas lari 100 meter putra pada kejuaraan dunia atletik U-20 di Finlandia, Rabu (11/6/2018) waktu setempat.

Zohri sukses melewati garis finis dengan catatan waktu yang mengesankan yaitu 10,18 detik. Atlet asal Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) itu juga berhasil mengungguli dua sprinter asal Amerika Serikat, Anthony Schwartz dan Eric Harrison yang mencatatkan perolehan waktu 10,22 detik.

Atas prestasi tersebut, anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Demokrat yang membidangi olahraga, Putu Supadma Rudana mengaku sangat bangga. Dia berharap, prestasi yang sama bisa ditorehkan Zohri pada Asian Games 2018.

“Selamat kepada Lalu Muhammad Zohri, Ini merupakan sejarah baru bagi dunia atletik Indonesia. Rakyat indonesia sangat bangga kepada Zohri, anak muda asal NTB yang menjadi juara dunia 100 meter atletik. Apresiasi juga diberikan kepada para pengurus PASI, yang telah bekerja keras secara diam-diam untuk meraih prestasi di kancah internasional,” ujar Putu, Kamis (12/7).

“Zohri hari ini menjadi yang tercepat di dunia, semoga juga yang tercepat di Asian Games mendatang. Mari kita jadikan momentum ini sebagai semangat untuk atlet-atlet kita dalam mendulang emas dan prestasi di Asian Games 2018. Salah satu semangat kepada atlet-atlet kita adalah dengan memajang foto dan informasi mengenai kontribusi atlet berprestasi kita di berbagai tempat strategis di ibukota,” tambahnya.

Lebih lanjut, Putu meminta agar pemerintah memberikan perhatian kepada para atlet yang telah menyumbangkan medali dan mengharumkan nama bangsa di tingkat dunia. Sebab menurutnya, peran pemerintah sangat penting dalam hal memberikan jaminan kesejahteraan kehidupan bagi para pahlawan olahraga.

“Saya mendorong pemerintah pusat untuk terus memikirkan masa depan atlet-atlet berprestasi. Seringkali masalah kejelasan masa depan menjadi keluhan para atlet. Baik dari sarana olahraga kurang memadai, perhatian kepada atlit, hingga keterlambatan bonus,” tutup pria yang juga menjabat sebagai ketua karang taruna Bali ini. (fit/pra)

Sumber: www.bola.net

Zohri Jadi Juara Dunia Atletik, Putu Supadma Ucapkan Selamat

JAKARTA- Di tengah gegap gempita World Cup Rusia 2018, prestasi membanggakan ditorehkan atlet muda Indonesia, Lalu Muhammad Zohri.

Dia merebut medali emas lari 100 meter putra di kejuaraan dunia atletik U-20 di Finlandia, Rabu Waktu setempat, 11 Juli 2018.

Atlet asal Lombok, Nusa Tenggara Barat itu melewati garis finis dengan catatan waktu yang mengesankan yaitu 10,18 detik.

Dia juga mengungguli dua sprinter asal Amerika Serikat, yaitu Anthony Schwartz dan Eric Harrison, yang mencatatkan perolehan waktu 10,22 detik.

Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Demokrat yang membidangi olahraga, Putu Supadma Rudana sangat bangga dengan prestasi yang ditorehkan oleh Zohri.

“Selamat kepada Lalu Muhammad Zohri, Ini merupakan sejarah baru bagi dunia atletik Indonesia. Rakyat Indonesia sangat bangga kepada Zohri, anak muda asal NTB yang menjadi juara dunia 100 meter atletik. Apresiasi juga diberikan kepada para pengurus PASI, yang telah bekerja keras secara diam-diam untuk meraih prestasi di kancah internasional,” ucap Putu.

Zohri merupakan atlet sprinter yang diproyeksikan untuk tampil di Asian Games 2018 Jakarta dan Palembang pada nomor Estafet 4×100 meter putra. Putu berharap prestasi yang sama bisa ditorehkan Zohri pada perhelatan Asian Games Agustus mendatang.

“Zohri hari ini menjadi yang tercepat di dunia, semoga juga yang tercepat di Asian Games mendatang. Mari kita jadikan momentum ini sebagai semangat untuk atlet-atlet kita dalam mendulang emas dan prestasi di Asian Games 2018. Salah satu semangat kepada atlet-atlet kita adalah dengan memajang foto dan informasi mengenai kontribusi atlet berprestasi kita di berbagai tempat strategis di ibukota,” ujarnya.

Putu juga meminta agar pemerintah memberikan perhatian kepada para atlet yang telah menyumbangkan medali dan mengharumkan nama bangsa pada tingkat dunia.

Menurutnya, peran negara dan pemerintah penting dalam hal memberikan jaminan kesejahteraan kehidupan bagi para pahlawan olahraga penyumbang medali pada tingkat dunia baik olimpiade, asian games dan berbagai kegiatan olahraga tingkat dunia lainnya.

“Saya mendorong pemerintah pusat untuk terus memikirkan masa depan atlet-atlet berprestasi. Seringkali masalah kejelasan masa depan menjadi keluhan para atlet. Baik dari sarana olahraga kurang memadai, perhatian kepada atlet, hingga keterlambatan bonus,” kata Putu yang juga ketua karang taruna Bali ini.

Asian Games ke 18 kali ini merupakan kedua kalinya Indonesia menjadi tuan rumah perhelatan Asian Games setelah Asian Games IV yang diadakan di Jakarta pada tahun 1962. (jpg/jpnn)

Sumber: JPNN.COM

Anggota DPR Putu Supadma Rudana Bangga Prestasi yang Diraih Lalu Muhammad Zohri

TRIBUNNEWS.COM – Prestasi membanggakan ditorehkan oleh spinter muda Indonesia, Lalu Muhammad Zohri.

Pria asala Nusa Tenggara barat itu merebut medali emas lari 100 meter putra di kejuaraan dunia atletik U-20 di Finlandia, Rabu (11/7/2018) malam waktu setempat.

Zohri melewati garis finis dengan catatan waktu yang mengesankan yaitu 10,18 detik.

Dia juga mengungguli dua sprinter asal Amerika Serikat, yaitu Anthony Schwartz dan Eric Harrison, yang mencatatkan perolehan waktu 10,22 detik.

Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Demokrat yang membidangi olahraga, Putu Supadma Rudana sangat bangga dengan prestasi yang ditorehkan oleh Zohri.

“Selamat kepada Lalu Muhammad Zohri, Ini merupakan sejarah baru bagi dunia atletik Indonesia. Rakyat indonesia sangat bangga kepada Zohri, anak muda asal NTB yang menjadi juara dunia 100 meter atletik. Apresiasi juga diberikan kepada para pengurus PASI, yang telah bekerja keras secara diam-diam untuk meraih prestasi di kancah internasional,” ucap Putu.

Zohri merupakan atlet sprinter yang diproyeksikan untuk tampil di Asian Games 2018 Jakarta dan Palembang pada nomor Estafet 4×100 meter putra.

Putu berharap prestasi yang sama bisa ditorehkan Zohri pada perhelatan Asian Games Agustus mendatang.

“Zohri hari ini menjadi yang tercepat di dunia, semoga juga yang tercepat di Asian Games mendatang. Mari kita jadikan momentum ini sebagai semangat untuk atlet-atlet kita dalam mendulang emas dan prestasi di Asian Games 2018. Salah satu semangat kepada atlet-atlet kita adalah dengan memajang foto dan informasi mengenai kontribusi atlet berprestasi kita di berbagai tempat strategis di ibukota,” Ujarnya.

Selain itu, Putu meminta agar pemerintah memberikan perhatian kepada para atlet yang telah menyumbangkan medali untuk bangsa di level dunia.

Menurut dia, peran negara dan pemerintah penting dalam hal memberikan jaminan kesejahteraan kehidupan bagi para pahlawan olahraga.

“Saya mendorong pemerintah pusat untuk terus memikirkan masa depan atlet-atlet berprestasi. Seringkali masalah kejelasan masa depan menjadi keluhan para atlet. Baik dari sarana olahraga kurang memadai, perhatian kepada atlit, hingga keterlambatan bonus,” kata Putu.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Anggota DPR Putu Supadma Bangga Prestasi yang Diraih Lalu Muhammad Zohri, http://www.tribunnews.com/sport/2018/07/13/anggota-dpr-putu-supadma-bangga-prestasi-yang-diraih-lalu-muhammad-zohri.

Penulis: Reynas Abdila

 

Putu : Museum Merupakan Kekayaan Bangsa

Kaganga.com, Palembang- Museum bukanlah hanya sebuah gedung, melainkan kekayaan bangsa. Hal ini diungkapkan Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia (AMI), Putu Supadma Rudana saat diwawancarai saat menghadiri pameran senjata tradisional, Museum Balaputra Dewa Palembang, Rabu (21/10).

Putu mengatakan, pihaknya menginginkan adanya sinergi dengan semua pihak, baik pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah untuk memuliakan museum. “Hal ini dikarenakan museum merupakan rumah tertinggi daripada kebudayaan, rumah abadi peradaban dan merupakan kekayaan bangsa. Jadi museum bukan sekedar bangunan saja,” katanya.

Alasan museum merupakan kekayaan bangsa karena apa yang ada didalam museum merupakan kekayaan bangsa yang nilainya melebihi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia. “Nilanya melebihi Triliunan Dollar atau apapun itu,” ujar Putu.

Putu mengungkapkan, untuk itulah dirinya berharap agar Pemerintah Indonesia termasuk Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Selatan (Sumsel) dapat memuliakan museum dengan memperhatikan Sumber Daya Manusia (SDM)-nya yang selama ini merasa dipinggirkan dan anggarannya dibesarkan karena selama ini masih kecil. “Selain itu juga dibuatkan Undang-Undang yang mengatur permuseuman,” ungkapnya.

Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia (AMI) Putu Supadma Rudana juga menyatakan bahwa Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) diminta untuk melakukan pemekaran Asosiasi Museum Indonesia Daerah (AMIDA) Sumsel.

“Kita mengusulkan agar Sumsel melakukan pemekaran AMIDA Sumsel karena saat ini museum yang ada di Sumsel telah mencukupi dan itu merupakan salah satu pertimbangan untuk melakukan pemekaran,” katanya saat diwawancarai seusai menghadiri acara pameran “Senjata Tradisional Sumatera” yang berlangsung di Auditorium Museum Negeri Sumsel Balaputra Dewa, Palembang.

Saat ini Provinsi Sumsel masih tergabung dalam AMIDA bagian selatan. “Saya rasa pemekaran untuk AMIDA Sumsel akan terlaksana dalam waktu yang tidak lama lagi. Sebab perkembangan museum di sumsel berkembang cepat dan juga jumlahnya sudah cukup banyak yaitu lebih dari 5 museum,” ujar Putu.

Putu mengungkapkan, saat ini untuk AMI memiliki lebih dari 18 AMIDA baik dari aceh hingga papua. “jika sumsel telah mekar maka AMI akan memiliki 19 AMIDA,” ungkapnya.

Untuk diketahui, pameran “Senjata Tradisional Sumatera” yang berlangsung di Auditorium Museum Negeri Sumsel Balaputra Dewa, Palembang ini berlangsung dari 21-26 Oktober 2015 dan diikuti 9 museum yang ada di pulau sumatera yaitu Museum Negeri Aceh, Museum Negeri Sumatera Utara, Museum Negeri Sumatera Barat, Museum Negeri Riau, Museum Negeri Jambi, Museum Negeri Bengkulu, Museum Negeri Sumsel, Museum Negeri Lampung, dan Museum Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang.

Author : Ambar Wai
Editor : Gaara Nasution

Sumber : Kaganga.com, 21 Oktober 2015

Museum Laboratorium Kebudayaan

KOMPAS – Harus diakui, kondisi rata-rata museum di Indonesia relatif memprihatinkan. Tidak hanya soal pengelolaan, tetapi juga benda-benda koleksi di dalamnya yang berusia ratusan tahun pun dalam keadaan menyedihkan.

”Itu (kondisi) yang pantas dibenahi. Kita ingin museum bisa menjadi laboratorium kebudayaan,” ujar Ketua Asosiasi Museum Indonesia (AMI) Putu Supadma Rudana (38), pekan lalu, di Denpasar, Bali.

Guna merintis jalan ke arah perbaikan tersebut, pada 12 Agustus lalu, Supadma menandatangani statement of commitment dan memorandum of understanding (MOU) dengan Museum Association of Thailand (MAT).
President MAT Somchai Na Nakhonphanom dan penasihat MAT, Somlak Charoenpot, pun hadir di Bali dalam penandatanganan kerja sama tersebut.

”Ini baru langkah awal kami untuk kembali menoleh pada museum. (Museum) Sudah terlalu lama tertidur…,” kata Supadma yang juga President of The Rudana Ubud.

Bersama MAT, AMI akan menyelenggarakan berbagai upaya edukasi, apresiasi, dan komunikasi kebudayaan.

”Prinsipnya, kita kembali harus memuliakan kebudayaan,” ujar Supadma.

Sebagai ikatan kerja sama dan persaudaraan, Supadma menyerahkan selendang yang disebutnya sebagai ”Selendang Tulus Hati” kepada Somchai dan Somlak.

”Selendang ini tanda pertautan kebudayaan intim antara Indonesia dan Thailand,” ujar Supadma. (CAN)

Sumber : KOMPAS, Senin, 27 Agustus 2012

Ketua Parlemen China Kunjungi Museum Rudana: Maknai Kepariwisataan Indonesia-China

Ketua Parlemen China, Wu Bangguo, pada Sabtu (7/11) lalu mengunjungi Museum Rudana, Ubud, Bali, serangkaian dengan jadwal kerjanya ke Indonesia guna bertemu para tokoh pemerintahan serta legislatif Indonesia untuk membahas berbagai permasalahan terkini antara Indonesia dan China. Kedatangan Wu Bangguo ke Museum Rudana diterima oleh Putu Rudana, President Director of Museum Rudana beserta Nyoman Rudana, Founder dari museum ini.

Dalam kunjungannya ini, Wu Bangguo menyatakan apresiasinya kepada Bali, dan juga segenap masyarakat Indonesia, yang mampu menerapkan serta mengembangkan suatu kebijakan pariwisata yang selaras dengan alam lingkungan.

“Saya berharap, sebuah hubungan yang kuat dan menyeluruh dapat terbangun antara Bali serta berbagai daerah di China, terutama dalam meningkatkan sekaligus mengembangkan kerjasama pariwisata, kajian di bidang agrikultur, serta membangun perekonomian yang rendah emisi karbon, dengan mengedepankan suatu studi banding berkelanjutan di berbagai bidang, termasuk di dalamnya seni-budaya. Saya yakin upaya ini merupakan langkah strategis untuk mempromosikan kesepahaman dan juga persahabatan yang selama ini telah, tengah serta akan terbangun antara Indonesia dan China,” ujar Wu Bangguo.

Putu Rudana, yang juga adalah Ketua Departemen Kebudayaan dan Pariwisata DPP Partai Demokrat, menyampaikan ungkapan terimakasih atas apresiasi Ketua Parlemen China ini. Ia juga menyatakan bahwa selain mengedepankan keindahan panorama alam, kebijakan kepariwisataan ke depan haruslah juga menyentuh sekaligus mengangkat nilai-nilai luhur seni budaya suatu tradisi, masyarakat, ataupun suku bangsa. Sementara itu, orientasi tourisme juga harus mulai mengarah pada kepariwisataan yang berlandaskan pada kualitas, bukan kuantitas atau mass-tourism.

“Permuseuman sesungguhnya memiliki andil yang amat signifikan. Selain menyimpan beragam kekayaan seni-budaya, baik berupa karya-karya para seniman maupun warisan-warisan sejarah lainnya, museum juga dapat menjadi center of excellence, dimana para generasi muda, peneliti ataupun lembaga-lembaga kajian kebudayaan memperoleh pengetahuan akan perjalanan sejarah suatu bangsa beserta nilai-nilai luhur dari para pendahulu kita. Dari museumlah, kita harapkan lahir berbagai kajian, telaah ataupun refleksi atas kekayaan juga pemaknaan seni-budaya di masa lalu, kini dan yang akan datang,” kata Putu Rudana yang juga Ketua IV Asosiasi Museum Indonesia (AMI) ini.
Kunjungan Wu Bangguo ke Indonesia sekaligus juga guna memaknai 60 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan China. Wu terbang ke Bali setelah empat hari kunjungan di Kamboja. Selain itu, Wu juga akan bertemu dengan petinggi pemerintahan Thailand selepas jadwal kerjanya di Indonesia.

Gaungkan Kebahagiaan, Kedamaian dan Kesejatian dari Museum Rudana

Sumber: Denpasar Post, Rabu, 10 November 2010

image003Tujuh tokoh spiritual Bali, yakni Ida Pedanda Gede Ketewel Kemenuh, Ida Pedanda Gede Made Gunung, Ida Pandita Mpu Nabe Parama Daksa Natha Ratu Bagus, Merta Ada, dr. Gede Kamajaya, Kadek Suambara, serta Prabu Darmayasa, Jumat (5/11) lalu memperoleh penganugerahan Angkus Prana dari Museum Rudana, Peliatan, Ubud.
Museum Rudana mempersembahkan Anugerah Angkus Prana kepada tujuh tokoh spiritual Bali yang selama ini telah terbukti mendedikasikan baktinya guna melestarikan keselarasan dan keharmonian masyarakat Bali beserta adat, istiadat dan budayanya yang adiluhung. Pada acara yang digelar Jumat (5/11) di Museum Rudana kemarin, serangkaian dengan Bali Yoga Festival.

Anugerah Angkus Prana ini adalah renungan dan gagasan dari Bapak Putu Supadma Rudana, yang juga adalah President Director of Museum Rudana, yang berkeyakinan bahwa eksistensi dan keberadaan Bali yang tersohor hingga ke belahan dunia ini tentulah tidak lepas dari peranan para spiritualis dalam melakukan puja mantra dan doa agar masyarakat, lingkungan serta seluruh mahluk yang berdiam di pulau ini dalam naungan kedamaian dan kesentosaan, serta senantiasa selaras dan harmoni dengan Tuhan Yang Maha Esa. Penganugerahan ini dimaknai pula dengan peresmian Prasasti Angkus Prana berupa sentuhan langsung kedua telapak tangan para tokoh spiritual penerima Anugerah Angkus Prana beserta penandatanganan oleh Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan Founder of Museum Rudana Nyoman Rudana.

Dalam sambutannya Nyoman Rudana menyampaikan bahwa Anugerah beserta Prasasti Angkus Prana merupakan persembahan keluarga besar Museum Rudana yang selama ini melaksanakan berbagai kegiatan budaya serta kesenian berikut ritual keagamaan sebagai sebuah wujud bakti kepada Yang Maha Agung. Dengan kata lain, keberadaan acara ini dapat dimaknai sebagai sumbangsih untuk mempererat tali batin dan kebersamaan sekaligus penghargaan kepada mereka yang setia mewujudkan cintanya kepada Bali, bangsa, dan umat manusia, melalui olah spiritual penuh ketulusan dan didasari oleh kebeningan serta keheningan hati.

“Yoga bukan hanya upaya kita untuk mencari kehidupan spiritual yang hakiki, namun juga dapat mempererat kebersamaan kita sebagai bagian dari alam semesta dan Tuhan Yang Maha Kuasa. Untuk itu, Putu Supadma Rudana, President Director Museum Rudana, mengusulkan untuk menjadikan tanggal 5 November sebagai Hari Yoga Bali, Nasional bahkan semoga dapat menjadi perayaan Internasional,” Ujar Nyoman Rudana.

Di sisi lain, pada sambutannya Gubernur Bali Made Mangku Pastika menyatakan melalui Bali Yoga Festival yang mengambil tema energy from nature merupakan upaya untuk membangun sumber daya manusia yang sehat, bugar dan kompetitif serta sekaligus membangun semangat solidaritas. “Kegiatan ini sangatlah tepat untuk mendorong proses adaptasi dan akulturasi yang terjadi dalam kehidupan sosial masyarakat dapat selaras dengan kehidupan nilai-nilai kearifan lokal yang ada,” ujar Gubernur Bali yang dalam pengantar pidatonya menyatakan, if there’s any heaven in our world, this is the truly heaven, at Museum Rudana (Jika ada surga di dunia kita, inilah tempatnya, di Museum Rudana).

Dia juga mengungkapkan dalam era globalisasi dewasa ini masyarakat Bali dihadapkan pada tantangan berupa transformasi sosial budaya yang pada akhirnya berdampak pada sikap dan cara pandang masyarakat menghayati dan mengimplementasikan nilai-nilai dalam kehidupan berbudaya. Berbagai pandangan mulai timbul di kalangan masyarakat terhadap tatanan nilai-nilai sosial-budaya yang dijiwai nilai-nilai religi. Demikian pula semakin meningkatnya arus migrasi menjadikan masyarakat semakin pluralistik. Hal ini, di samping akan bisa mewujudkan toleransi, di sisi lain akan dapat menimbulkan gesekan nilai-nilai sosial ekonomi. “Bila tidak disikapi secara cermat, maka bisa menimbulkan kesenjangan sosial, dan akan berimplikasi terhadap melemahnya tatanan budaya masyarakat lokal,” tegas Mangku Pastika.

Menurut Gubernur, bila kita mampu memaknai berbagai bentuk yoga yang ada dalam konsep holistik dari catur yoga, yaitu bakti, karma , jnana dan raja yoga adalah dimaksudkan membangun integritas diri untuk mewujudkan keharmonisan dalam tatanan hidup masyarakat Bali. Untuk itu kita semua mesti selalu berpegang pada norma agama dan tatanan nilai-nilai budaya demi kebaikan bersama serta akan lebih baik lagi bila disertai dengan peningkatan rasa kebersamaan yang dilandasi dengan hati nurani yang damai. ”Saya melihat bahwa dalam ajaran catur yoga di Bali ada tiga kekuatan manusia yang sering dilupakan yakni, mental, moral intelektual dan nilai-nilai kebersamaan. Ketiga kekuatan ini merupakan landasan untuk membangun cara berpikir universal. Melalui Bali Yoga Festival ini marilah kita kembangkan nilai-nilai universal utamanya mensinergikan kearifan lokal dengan nilai-nilai modern.” tandas Mangku Pastika.

Doa dan Uluran Keprihatinan Bagi Nusantara

Sumber: Bali Post, Rabu, 10 November 2010

image005Doa bagi Nusantara dilantunkan dengan keheningan dan kebeningan hati di Museum Rudana, Minggu (7/11) lalu serangkaian acara penutupan Bali Yoga Festival yang berlangsung sejak 5 November lalu.

Doa yang diprakarsai oleh Putu Supadma Rudana ini ditujukan untuk menyatukan energi spiritual penuh kasih guna turut membantu saudara-saudara sebangsa yang tengah mengalami cobaan dan ujian di Wasior, Mentawai dan juga di sekitar Gunung Merapi.

Lantunan doa bersama itu dihadiri pula oleh Ida Pandita Mpu Nabe Parama Daksa Natha Ratu Bagus, Founder of Museum Rudana Nyoman Rudana, beserta keluarga besar Museum Rudana, dimaknai pula sebagai kebersamaan dalam keprihatinan sebagai peneguh ikatan batin sesama anak bangsa di nusantara ini. Penyatuan prana dalam naungan daya spiritual kebersamaan ini, diyakini akan mendorong terciptanya keselarasan dan keharmonian antara manusia, alam, dan juga Sang Maha Agung.

“Semoga segala kebahagiaan, kedamaian dan kesejatian memancar ke segenap rasa, karsa, sparsa, cipta dan karya, di mana kita dapat kembali selaras dan harmoni dengan alam dan Yang Maha Agung. Dan semoga pula saudara-saudara kita yang tengah mengalami cobaan dan ujian diberi kekuatan dan kesanggupan untuk menghadapinya,” kata Putu Rudana.

Dalam kesempatan itu juga Keluarga Besar Museum Rudana menggelar aksi spontan berupa pengumpulan dana yang akan disalurkan kepada media-media terpilih, baik lokal maupun nasional, yang telah membuka posko penanggulangan bencana dan keprihatinan bersama.

Sebelumnya, tujuh tokoh spiritual Bali, yakni Ida Pedanda Gede Ketewel Kemenuh, Ida Pedanda Gede Made Gunung, Ida Pandita Mpu Nabe Parama Daksa Natha Ratu Bagus, Merta Ada, dr. Gede Kamajaya, Kadek Suambara, serta Prabu Darmayasa, Jumat (5/11) lalu memperoleh penganugerahan Angkus Prana dari Museum Rudana, Peliatan, Ubud.

Museum Rudana mempersembahkan Anugerah Angkus Prana kepada tujuh tokoh spiritual Bali yang selama ini telah terbukti mendedikasikan baktinya guna melestarikan keselarasan dan keharmonian masyarakat Bali beserta adat, istiadat dan budayanya yang adiluhung. Pada acara yang digelar Jumat (5/11) di Museum Rudana kemarin, serangkaian dengan Bali Yoga Festival.

Cerminan Doa Bersama

Sumber : Denpasar Post, Rabu, 10 November 2010

image004Prasasti Angkus Prana tidak hanya dapat dimaknai sebagai wujud persembahan, melainkan juga cerminan doa bersama untuk menyatukan berbagai prana atau unsur kehidupan yang hakiki guna mewujudkan pulau Bali yang lestari serta penuh dengan toleransi. Prasasti ini bukan hanya berdimensi masa kini, melainkan juga memiliki nilai-nilai pencerahan bagi generasi mendatang. Terukir dalam prasasti tersebut renungan Putu Supadma Rudana: Sebuah pesamuan kebersamaan kita dalam doa, puja dan bakti kepada Sang Maha Agung.

Di sinilah dimaknai karunia kasih dan cinta guna menjunjung dan menggaungkan nilai-nilai luhur keselarasan serta keharmonian antara sesama umat manusia, semesta raya, dan Sang Maha Pencipta. Semoga segala kebahagiaan, kedamaian dan kesejatian memancar ke segenap rasa, karsa, sparsa, cipta dan karya, di mana semua makna luluh menyatu ke mula yang pertama ke inti sari segala yang hakiki.

Angkus Prana sendiri dipetik dari Bahasa Sansekerta yang merujuk pada kisah Mahabarata yang menceritakan tentang bagaimana kepahlawanan Sang Bima, putra Pandu, yang menjunjung di bahunya keempat saudara beserta ibunda tercinta, Kunti, guna menghindari marabahaya berupa jebakan kobaran api yang direncanakan secara licik oleh Para Korawa. Terkandung dalam peristiwa ini, sebuah nilai-nilai filosofis luhur tentang kebersamaan dalam keselarasaan dan keharmonian, serta nilai-nilai kepahlawanan yang hakiki. Hanya melalui penyatuan segala prana dalam keseluruhan energi kosmis atau semesta, maka kebajikan yang terefleksi pada diri Bima, akan memperoleh wujud kekuatannya melalui puja, doa, serta bakti.

Selain melalui persembahan Anugerah Angkus Prana berserta peresmian prasasti, sebuah wujud doa bersama juga dilakukan demi keharmonian dunia, serta ditujukan agar masyarakat, lingkungan serta seluruh mahluk yang berdiam di pulau ini, bangsa Indonesia serta semesta raya, senantiasa dalam naungan kedamaian dan kesentosaan, selaras dan harmoni dengan Tuhan Yang Maha Esa. Doa bersama ini diwujudkan dengan penanaman pohon Bodhi oleh Gubernur Bali, Nyoman Rudana serta Ketua Panitia Bali Yoga Festival Dra. Made Suardewi.

Dra. Made Suardewi, dalam laporan, berharap supaya kegiatan ini dapat melibatkan segenap masyarakat pecinta yoga dan spiritual untuk mewujudkan tatanan kehidupan yang damai dan tenteram. ”Bali Yoga Festival ini berupaya memberi pemahaman yoga secara holistik kepada masyarakat. Intinya, yoga itu bukan sebatas asana,” ujarnya. Melalui olah yoga, berikut tahapannya, yakni yama, niyama, asana, pranayama, pratyahara, dharana, dyana dan samadi, maka seorang anak akan menjadi baik seperti yang diidam-idamkan lahirnya anak suputra.

Rudana Menggapai Wilayah Populer

Sumber: Kompas, Minggu, 17 Oktober 2010

Institusi seperti Museum Rudana telah lama mapan dengan citra ”tradisi”. Meski di museum ini juga dipajang karya-karya rupa modern, tradisionalitas tak pernah benar-benar hilang.

Kehadiran musisi jazz Dwiki Dharmawan yang menggandeng legenda hidup asal Brasil, Toninho Horta, Rabu (13/10), seolah menegaskan kiblat baru yang ingin dirambah museum yang berlokasi di Peliatan Ubud, Gianyar, Bali, ini. Apalagi dalam pentas kolaborasi yang diberi tajuk ”Panca Tan Matra” itu turut ambil bagian penyair Warih Wisatsana, koreografer I Nyoman Sura, dan komposer Nyoman Windha. Di dalam museum dipajang pula karya tiga perupa muda, Ida Bagus Indra, Putu Pageh Yasa, dan Wayan Darmika.

Sentuhan ke arah yang lebih populer ini tak lepas dari kehadiran Presiden Direktur Museum Rudana Putu Supadma Rudana, yang ingin membuat museum tidak menjadi institusi mati. Oleh sebab itu, museum harus terus-menerus diberi ”energi” baru ”Sehingga ia bisa terasa terus-menerus hidup bersama kita,” ujar Supadma Rudana.

Kemampuan Dwiki tak bisa diragukan lagi setelah malang melintang bersama Krakatau Band dengan mengusung gamelan Sunda. Kali ini ia bersama Nyoman Windha meramu musik jegog menjadi tampilan komposisi jazz yang unik. Jegog merupakan ensambel musik tradisi dari wilayah Jembrana, yang menggunakan bilah-bilah bambu dalam ukuran besar. Selain itu, musik ini memiliki laras transisi antara slendro dan pelog. Diperkirakan diciptakan tahun 1912.

Komposisi
Pada pementasan itu, Dwiki bersama Windha menciptakan komposisi berjudul ”Bima Kroda”. Dwiki sepenuhnya sadar tidak mudah mensenyawakan instrumentasi produk Barat, seperti piano atau keyboard dengan gamelan jegog. ”Oleh sebab itu, saya tidak berpatokan pada chord-chord reguler sebagaimana musik Barat. Saya tidak mau terkunci,” ujar Dwiki.

Komposisi ”Bima Kroda” menjadi lebih istimewa karena koreografer I Nyoman Sura dan penyair Warih Wisatsana secara spontan mengisi gerak dan makna. Dalam merespons tajuk ”Panca Tan Matra”, Warih berucap, ”Maka ketika Suara menyentuh Rupa/mengada dalam Kata/kembalilah semua makna ke mula segala yang pertama/kembalilah segenap arti ke inti sari yang hakiki/.”

Fragmen puisi ini boleh jadi mengisyaratkan pemaknaan ulang terhadap keberadaan institusi seperti Museum Rudana. Fondasi makna yang telah diletakkan oleh Rudana tahun 1995 sudah waktunya diperbarui mengikuti kencenderungan zaman, terutama dalam soal isi.

Di situlah kehadiran legenda hidup musik jazz asal Brasil Toninho Horta terasa tepat waktu. Walau kehadirannya kebetulan, karena Toninho sedang mengikuti festival jazz di Jepang dan Korea, dan mengisi waktu luangnya dengan hadir di Bali, tetapi ia memberi sentuhan kontemporer yang berarti.

Komposisi seperti ”For the Children” yang diciptakan Toninho pada era awal 1990-an, yang begitu populer dalam kancah Brasilian jazz, tiba-tiba memberi nuansa lain ketika dimainkan di halaman Museum Rudana. Kolaborasi tak hanya terjadi pada suara, kata, dan rupa di atas pentas, tetapi bangunan museum yang didesain dengan gaya tradisi Bali memperoleh ruang kreativitas baru. Di tembok-tembok museum seakan menempel petikan gitar Toninho yang memukau.

Harmoni dan melodi yang dominan pada gitar-gitar Toninho itu bahkan mengilhami Pat Metheny, salah satu gitaris jazz ternama, untuk menciptakan beberapa komposisi. Bahkan, Pat menobatkan Toninho sebagai salah satu komposer terbesar dalam bidang nylon-string guitar.

Pencapaian ini, meski tidak terlalu istimewa, penting artinya bagi eksistensi kebudayaan, khususnya museum seni rupa di Bali. Kebudayaan Bali sejauh ini sepekarena intervensi industri pariwisata. Lalu, kebudayaan seperti mati di dalam museum-museum. Dan Bali tidak boleh lari dari jati dirinya sebagai pengusung kebudayaan tradisional, yang sering diberi julukan adiluhung.

Kehadiran Toninho, Dwiki, Windha, Sura, dan Warih dalam nuansa jazzy itu bisa menjadi awal yang baik untuk menuju satu era, di mana kebudayaan adalah kreativitas yang tak pernah berhenti. Dan di Museum Rudana, yang selama ini dicitrakan tradisional dan bahkan klasik, kreativitas itu sudah dimulai….