Oleh: Putu Supadma Rudana, MBA
Setiap pertemuan akan lebih berharga, bila kita sanggup memberi sentuhan rasa, meski itu terkesan sederhana tapi sejatinya penuh makna. Pada suatu hari saya berkesempatan berjumpa Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Saya beruntung, bukan saja Beliau seorang Presiden yang pribadinya tulus dan bijak, melainkan juga karena menaruh perhatian yang sungguh tak terduga. Dengan penuh empati, Beliau menuliskan “Untuk Sdr. Putu Supadma Rudana, Excellent,’ SBY, 19 Juni 2009” dalam buku Treasure of Bali.
Peristiwa itu terjadi di Museum Nasional, Jakarta. Sedangkan Treasure of Bali adalah buku tentang museum-museum yang ada di Bali. Sejujurnya saya gembira dan tidak mengira akan mendapat kejutan penuh arti. Sebuah sentuhan rasa, indah dan penuh hikmah.
Jauh sebelum kejadian itu, saya memang menaruh hormat dan salut pada pola kepemimpinan Beliau yang selalu mengedepankan pendekatan santun dan bermartabat. Dari berbagai berita mengenai langkah dan kebijaksanaan yang ditetapkan serta berhasil diwujudkan, banyak pihak terkesan oleh adanya konsistensi tindakan dan keutuhan pandangan yang mendasarinya.
Konsistensi tindakan dan keutuhan pandangan tersebut tercermin sedari awal masa pemerintahan Bapak SBY. Saya, dan tentu sebagian besar rakyat Indonesia, masih ingat bagaimana di tahun pertama masa Kabinet Indonesia Bersatu terjadi dukacita nasional, tsunami, yang menimpa saudara-saudara kita di Aceh. Di saat bencana itu terjadi, Beliau sedang berada di Nabire, Papua, untuk memberi dukungan semangat kepada saudara-saudara sebangsa yang baru saja mengalami gempa bumi luar biasa. Inilah yang mengesankan saya, sebagai Presiden, Pak SBY memutuskan terbang langsung ke Aceh tanpa kembali dulu ke Jakarta, meski lantaran itu pesawat yang ditumpanginya harus transit berkali-kali.
Tindakan ini jelaslah menegaskan konsistensi sikap kepemimpinan yang dianutnya, yakni berupaya untuk bisa berada di tengah rakyat, terutama yang sedang menderita tertimpa bencana. Ketetapan hati untuk terbang langsung itu juga memiliki arti simbolis; penerbangan dari Papua ke Aceh pada hakikatnya mewakili semangat ke-Indonesia-an, suatu kehendak mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Bila kita mempelajari langkah-langkah dan kebijakan yang telah dan tengah dijalankan selama ini, sebagaimana salah satu contoh di atas, jelaslah bahwa SBY bukan hanya politikus mumpuni, namun juga seorang negarawan dalam arti yang sebenar-benarnya. Secara tersurat atau pun tersirat, berulang kali Beliau mengingatkan bahwa bila kita lalai, abai dan tak hati-hati dalam meniti arus sejarah ini, bukan mustahil semangat kebersamaan yang telah dirintis dengan susah payah oleh para founding fathers, cepat atau lambat akan terkikis dan tergerus. Terlebih lagi, kita adalah republik yang masyarakatnya terbilang majemuk, multietnis, dan multikultur.
Langkah Beliau memang penuh dengan pertimbangan, dan keputusan senantiasa ditetapkan berdasarkan kebulatan pandangan yang diwarnai semangat ke-Indonesia-an. Cermatilah segala hal di balik kehati-hatian yang jadi pegangannya, terlihat benar bahwa itu merupakan tahapan demi tahapan pemikiran yang matang.
Sebagai Presiden Indonesia yang pertama kali langsung dipilih oleh rakyat secara demokratis, SBY juga konsisten dan komitmen menegakkan dan memperjuangkan demokrasi serta tegaknya hukum di negeri ini. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton, pun memuji pesatnya pertumbuhan demokrasi di tanah air kita ini. Juga pernyataan dari Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud M.D., belum lama ini yang menegaskan Presiden tak pernah sekalipun melakukan intervensi terhadap segala keputusan hukum yang telah ditetapkan oleh Mahkamah Konstitusi.
Sebagai seorang politikus, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sebagaimana yang dikemukakan oleh Dr. Dino Patti Djalal melalui catatan hariannya dalam buku Harus Bisa, terbukti memiliki common touch (sentuhan kerakyatan) yang mendalam. Ini terbukti dari berbagai program pemerintah selama ini yang senantiasa berpihak pada nasib rakyat kebanyakan.
Mengakhiri tulisan ini, saya yang sehari-hari dilimpahi oleh hikmah karya-karya seni para maestro negeri ini, berkeyakinan bahwa dalam setiap ucapan, tindakan dan kebijaksanaan Beliau selaku pengayom bangsa ini, telah teruji serta senantiasa penuh dengan empati dan simpati; penuh dengan sentuhan keindahan seorang negarawan.***
Tulisan ini telah dimuat dalam ‘Buku Energi Positif, Opini 100 Tokoh Mengenai Indonesia di Era SBY’, Penerbit Red & White Publishing, 2009