Year: 2009

The Art of “Mr. Excellent”

The Art of “Mr. Excellent”

Di Bali, namanya lebih identik dengan bisnis resort eksotik khas Bali. Dia juga bermain dalam wilayah art lewat museum dan gallery. Tumbuh sebagai seorang putra yang menjalankan bisnis keluarga, kini ia sedang memasuki bisnis minyak. Bagaimana pandangannya soal filosofi dan kesenian?

Putu Supadma Rudana bukanlah orang Bali pada umumnya. Pria kelahiran Denpasar 23 April 1974 ini dikenal sebagai kolektor seni lukis dan pemilik museum, gallery lukisan, juga resort di daerah Ubud, Bali. Penampilannya yang bersahaja justru membuat dia lebih nampak seperti seniman muda ketimbang pengusaha muda.

Meski marak sebagai seorang pengusaha muda yang dekat dengan dunia kesenian, latar akademik Rudana cukup kuat. Ia adalah penyandang gelar Bachelor in Business Administration pada major Business Management & Information System di Maryville University, dan seorang penyandang gelar MBA.

Putu mengawali langkah dengan melakukan pembenahan manajemen museum dan gallery. Dari sana, Putu melakukan teroboson-terobosan bisnis dengan membidik peluang baru. Bidang usaha yang ia bangun diantaranya bermitra dengan Pertamina dan membangun sejumlah SPBU, hotel, dan investasi

Dalam kurun tujuh tahun, di usianya yang tergolong muda, sejumlah jabatan dan tanggung-jawab sudah dipegangnya. Dua tahun ini, nama Putu Rudana semakin diperhitungkan karena kepeduliannya pada pariwisata dan seni budaya Bali. Sejak empat tahun, lalu ia menggagas pemberian Satya Award, sebuah penghargaan seni tertinggi kepada mereka yang betul-betul mendedikasikan hidupnya di bidang seni.

Paling mutakhir, di penghujung 2007, ia berhasil mewujudkan gagasaan mengumpulkan 8 maestro seni Indonesia: Srihadi Soedarsono, Sunaryo, Nyoman Gunarsa, Made Wianta, Nyoman Erawan, Made Djirna, Made Budhiana, Wayan Dharmika, untuk berpameran dengan tajuk Modern Indonesia Masters di Museum & Gallery Art Rudana, Ubud, Bali, Indonesia.

Karena gagasan dan visinya yang memberi harapan baru bagi dunia pariwisata, seni dan budaya untuk pulau Bali itu juga, Putu membuat buku panduan tentang museum di Bali bertajuk “Treasure of Bali”. Buku ini memuat tanggapan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dengan memberi predikat “Mr. Excellent”untuk Putu. Berikut petikan wawancaranya dengan ME di Bali beberapa waktu lalu:
Tidak semua orang Bali punya sense of art yang kuat. Apa yang membuat Anda begitu mencintai dunia seni dan budaya?
Kalau saya tidak berlebihan, sejak saya masih dalam kandungan ibu, saya sudah merasakan adanya aroma seni. Di masa kecil, saya seringkali diajak orangtua ke tempat pelukis Affandi, Basuki Abdullah, Dullah, dan beberapa lainnya. Ketika itu saya tidak hanya melihat, tapi juga mendengar orang bicara tentang seni lukis, dan seni lainnya. Memasuki usia dewasa, saya mendapat ilmu tentang bagaimana mengelola seni.

Anda mencintai kesenian, tapi kenapa tidak lantas menjadi seniman saja? Apakah menurut menjadi seniman itu belum bisa dijadikan sandaran hidup?

Orangtua kami melihat talenta anak-anaknya, lalu memberi kebebasan, tapi diberi pula deadline. Saya dinilai memiliki cita rasa berkesenian, tetapi lebih cenderung pada pengelolaannya. Saya memang lebih tertarik me-manage seni dan seniman itu sendiri. Menurut saya, kelemahan di Indonesia adalah manajemen seni. Karena itu sekembali saya dari Amerika di tahun 1998, saya melibatkan diri dalam manajemen seni. Saya pun melakukan banyak perubahan secara internal. Termasuk mempersiapkan manajemen-manajemen yang kuat.

Kabarnya, nilai karya yang terpajang di gallery Anda berkisar antara angka ratusan juta hingga milyaran rupiah?

Karya seni tidak bisa begitu saja dihubungkan dengan urusan materi. Tidak sedikit dari mereka yang berkarya hanya melulu pada mengejar uang. Tetapi bagaimana mereka dengan tulus ikhlas menciptakan karya-karya itu, dan bagaimana karya-karya itu dapat mengangkat harkat martabat bangsa. Karena makna inilah harga sebuah karya seni bisa bernilai sangat tinggi.

Bagaimana cara Anda menilai suatu karya seni?

Karya seni selain menjadi pemandangan yang indah juga mampu memberikan kebahagiaan batin. Dan saya percaya seni budaya itu tidak saja mampu memberikan kebahagiaan secara nyata, tetapi juga yang tidak nyata. Ini memang agak sulit untuk diurai dengan kata-kata karena karya seni memang hanya bisa dinikmati oleh mereka yang memiliki kepekaan.

Kenapa Anda memulai semua ini dari Bali? Apakah hanya karena kebetulan Anda seorang putra Bali?

Bukan sebab itu saja. Tetapi yang lebih utama, saya sangat memahami seni budaya Bali. Tidak bisa dipungkiri, Bali merupakan kekuatan jual pariwisata negeri ini. Lain hal kalau mau mengambil kekayaan alam atau minyaknya, bisa dimulai dari tempat lain di tanah air selain Bali.

Lantas, apa yang diperlukan agar Indonesia diperhitungkan oleh dunia?

Seni budaya kita sudah luar biasa. Bali memiliki nilai jual yang begitu tinggi. Untuk itu yang diperlukan ke depan adalah figur yang mampu mengimplementasikan secara internasional. Berkaitan dengan itu saya pun mempunyai ide tagline untuk Bali – Indonesia, yang berbunyi, “Bali the heart of Indonesia, Bali the heart of Asia, Bali the heart of the World”.

Selain mengelola museum dan gallery, bidang usaha apa saja yang Anda jalani, dan bagaimana pengembangannya?

Setelah membenahi internal perusahaan dengan melakukan sejumlah restrukturisasi, mulai tahun 2000 kita membentuk bisnis-bisnis lain. Diantaranya di bidang jasa, investment, bermitra dengan Pertamina dengan membawahi pengembangan SPBU, dan juga menjadi konsultan untuk beberapa perusahaan.

Sebagai pengusaha, bagaimana Anda menyikapi persaingan bisnis?

Bersaing secara terbuka, bukan mengejar ini dan itu dengan cara membunuh yang lainnya. Dalam berbinis, kita tidak perlu menyakiti orang lain. Sikap ini penting untuk kita agar menjadi pebisnis yang beretika dan berkualitas.

Kalau boleh tahu, apa filosofi hidup Anda dan filosofi Anda dalam berbisnis?

Saya tidak membedakannya. Buat saya, filosofi hidup dan bisnis itu sama. Berbuat dan melakukan yang baik untuk memperoleh hasil yang lebih baik lagi dan bermanfaat bagi orang lain. Dari sana trust akan terbentuk. Dengan begitu, yang didapat adalah karma yang baik bagi kita.

Setelah sukses di bidang bisnis, apakah Anda tidak tertarik untuk berpolitik?

Kebetulan bapak Rudana, ayah saya, masuk ke DPD RI untuk mengabdi sebagai utusan daerah. Beliau tidak terlalu terlibat dalam kepentingan politis, golongan, ataupun partai. Saya juga tertarik dengan kata pengabdian. Dan kalau pengabdian saya kelak harus lewat berpolitik, yah mengapa tidak?

Apa arti jabatan bagi Anda?

Jangan sampai mengejar jabatan. Saya pikir, jabatan akan datang dengan sendirinya. Kalaupun saya merasa memiliki kemampuan, maka saya akan berupaya memegang suatu jabatan. Tapi jika tidak, maka saya akan bangga mengatakan bahwa saya belum mampu.

Mana yang Anda pilih: power atau money?

Uang, kekuatan, dan politik itu sangat penting. Asal saja kita mampu membawanya dengan hati nurani dan mampu me-manage-nya. Ketiganya digunakan untuk hal yang baik agar karmanya akan baik buat kita.

Siapa tokoh yang Anda kagumi, dan siapa orang yang menjadi inspirasi Anda?

Saya melihat bapak Soeharto adalah pahlawan yang luar biasa dan sangat saya hormati. Buat saya, pelajaran yang bisa ditarik dari sana adalah bagaimana kita menghargai orang tua kita dan orang yang lebih tua dari kita. Sedangkan tokoh idola yang saya hormati adalah seniman Srihadi, karena memiliki kepekaan jiwa. Dia figur yang sangat saya banggakan karena melalui karya seni dia bisa mengharumkan nama bangsa.

Bagaimana nasionalisme & idealisme seorang Putu?

Saya memang selalu ingin menunjukkan kepada masyarakat dunia bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang betul-betul cinta damai, menghargai seni budaya dan mempunyai cita rasa seni-budaya yang luar biasa. Saya pikir nasionalisme itu adalah soal bagaimana kita mengumandangkan kedamaian kepada dunia.

Beberapa waktu yang lalu Anda mendapat predikat “Mr. Excellent” dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Apa artinya untuk Anda?

Saya begitu terharu, dan tentu bangga. Dengan predikat ini berarti tanggung jawab saya lebih besar lagi untuk berbuat sesuatu demi masyarakat dan negara. Semoga pengabdian saya ini mendapat restu dari Yang Kuasa dan dapat dinikmati oleh masyarakat luas.

Di tengah kepadatan waktu Anda bekerja, Anda masih sempat bermain golf. Untuk memudahkan lobi bisnis, ya?

Hehe… Saya memilih golf karena banyak mengandung unsur seni. Mulai dari area lapangannya yang bernuansa keindahan alam, memukul bolapun ada seni dan strateginya serta di sana terkandung seni melatih diri. Lebih penting lagi, lewat golf ini saya ingin mencetak bibit-bibit atlet usia muda. Saya ingin Bali nantinya bisa menjadi tujuan pariwisata golf.

Nampaknya perjalanan bisnis Anda mulus dan lancar saja?

Kalau boleh saya bilang, kalaupun ada kendala, saya tidak merasakannya. Karena sewaktu saya mengalami satu kegagalan, saya akan mencobanya lagi, dan terus mencobanya hingga akhirnya berhasil.

Kalau begitu, kapan Anda merasa menjadi seorang ‘loser’?

Loser itu saya artikan begini, kalau saya pikir saya tidak bisa berbuat sesuatu untuk orang banyak. Oleh karena itu saya tidak pernah menunggu untuk berbuat. Saya berupaya tidak berpikir terlambat pada saat yang kritis. Kebetulan saya sudah dibentuk bagaimana membuat keputusan pada saat kritis.

Boleh tahu, apa sih mimpi Anda selanjutnya?

Dalam usia saya yang terhitung muda, banyak mimpi yang sudah menjadi kenyataan. Bisa jadi karena ketulusan hati, banyak berdoa, memiliki komitmen dan kesungguhan, maka sesuatu yang kita mimpikan akan menjadi sesuatu yang nyata.

Bila ada yang mengatakan Anda nampak “lebih tua” dari usia Anda, apa tanggapan Anda?

Begitu, ya? Selama ini saya memang banyak sekali mendapatkan pembelajaran hidup, terlebih saat berada di luar negeri. Selama ini saya juga terbilang banyak berkomunikasi dengan orang-orang yang usianya dua kali usia saya. Itu juga kayaknya yang bikin saya tampak lebih tua dari usia yang sebenarnya, hahaha….

Anda dan kedua adik bersekolah di luar negeri. Ada alasan tertentu memilih pendidikan di luar negeri?

Siapapun dan dimanapun pendidikannya, bukanlah jaminan itu lebih bagus dan pasti bakal sukses. Yang benar, ketika berada di luar negeri, kita membuka wawasan dan cara berpikir. Lebih penting lagi adalah saya menjadi lebih menghargai apa yang dimiliki negeri sendiri. Namun, orang sering lupa ketika berada di luar negeri dan malah menghargai apapun yang menyangkut luar negeri.

Selama bermukim di luar negeri, pernah kecantol wanita asing?

Ini menarik juga untuk dijawab. Justru karena saya berada jauh dari kota kelahiran saya, saya menjadi sangat memperhatikan dan ingin memiliki yang ada di dalam kota kelahiran saya itu. Lain ceritanya kalau saya selalu berada di dalam kota sendiri, mungkin saya akan mencari produk luar, hehe…

Anda jatuhkan pilihan pada wanita Bali. Apa itu “pesan-pesan” orangtua?

Ah, itu kan cuma cara pandang lama. Saya pikir, nantinya di Bali akan semakin tidak mengherankan jika orang-orangnya banyak yang menikah dengan orang asing.

Pilih mana: istri di rumah atau bekerja?

Kebetulan, istri saya berkarier. Dia seorang notaris, dan cukup sibuk karena banyak berkomitmen dengan banyak pihak. Sama seperti saya, visi dia adalah pengabdian. Saya bangga dengan sikapnya.

Apakah ada pengalaman romantis yang bisa Anda ceritakan?

Wah. Memang waktu kami berdua banyak tersita untuk urusan pekerjaan. Makanya ketika ada waktu luang, saya segera merancang acara. Paling sering mengajaknya ke luar rumah untuk makan malam di tempat yang romantis. Kunci dari hubungan kami bukan berdekatan secara fisik setiap saat, tetapi di hati. Itu juga yang membuat hubungan kami layaknya pasangan yang sedang pacaran yang dilanda kasmaran. Kami memang memegang prinsip saling melayani untuk dilayani.

Bagaimana seandainya ada seorang wanita lain jatuh cinta pada Anda?

Itu yang dibilang cinta fisik, dan bisa luntur. Dalam hidup, bisa saja ada kejadian yang seperti itu. Nah untuk menyikapinya, saya pikir ada baiknya kita menunjukkan siapa diri kita. Lalu berikan masukan pada dia dengan bahasa-bahasa yang baik agar tidak terjadi kontak fisik. Semoga orang tersebut berubah pandangan, tidak jatuh cinta pada fisik tetapi pada pemikiran kita. Itu kan lebih indah.

Bagaimana wanita di mata Anda?

Wanita adalah suatu yang indah, yang membuat dunia ini semakin indah. Wanita mampu memberi kedamaian dan kesuburan. Menariknya lagi, di balik kelembutan wanita, ada suatu kekuatan. Contohnya, semakin banyak wanita berperan dalam dunia politik, dunia olahraga dan berbagai lainnya yang selama ini hanya diisi kaum pria.

Text by: Andriza Hamzah
Photographs by : M.I. Mappasenge

Pidato Dalam Acara Pesamuan Budaya I

Museum Rudana, 3 September 2009
Om Swastyastu,
Salam Sejahtera bagi kita semua

Perkenankanlah pada kesempatan ini juga saya mengucapkan Salam Bhinneka Tunggal Ika sebagai penghormatan akan kekayaan dan keberagaman budaya kita.

Pertama-tama, terimakasih kepada pinihsepuh, pengemong spiritual Bapak Mangku Miarta, yang berkenan hadir untuk turut memaknai pertemuan kita ini.

Selamat datang dan terimakasih pula kami ucapkan kepada yang terhormat Bapak Joop Ave, di tengah kesibukannya berkenan meluangkan waktu hadir di Museum Rudana. Kita berharap dari pengalaman Beliau sebagai budayawan dan juga mantan Menparpostel dapat dipetik gagasan dan pendapat yang mencerahkan arah kepariwisataan kita, yang pada kesempatan ini kita diskusikan melalui tema “Bali Dalam Tantangan Kepariwisataan Global”.

Bapak Joop Ave, atas dedikasinya kepada Bangsa dan Negara, belum lama ini memperoleh penghargaan langsung dari Ibu Kepala Negara Presiden Republik Indonesia, Ibu Ani Yudhoyono, dan saya pribadi juga selaku Managing Director of Museum Rudana ingin mengingat kembali bahwa Museum Rudana juga dengan bangga pernah menganugerahkan Ksatria Award.

Terima kasih kepada Pak Nyoman Rudana selaku senator atau DPD RI yang selama lima tahun telah mendharmabaktikan pikiran, gagasan dan kepeduliannya untuk memperjuangkan kemajuan-kemajuan Bali melalui sebuah lembaga yang terhormat yang berpusat di Jakarta, yakni Dewan Perwakilan Daerah.

Terima kasih juga kepada Ibu Prof. Wiendu Nuryanti, Ph.D (Guru Besar Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Gajah Mada yang juga Executive Director STUPPA sebuah lembaga penelitian dan pengembangan yang fokus kajiannya adalah utamanya di bidang pariwisata dan kebudayaan). Perlu dinyatakan juga betapa sebagai peneliti mumpuni, pendekatan ilmiah yang dilakukan oleh Ibu Wiendu Nuryanti pastilah bermanfaat dan amat berguna untuk menjawab persoalan-persoalan kepariwisataan di Indonesia, utamanya Bali, di tengah persaingan global yang tak terelakkan.

Ucapan terima kasih juga kepada penglingsir Puri Ubud, Bapak Cokorda Putra Sukawati, Bapak Ir. Henky Hermantoro, MURP selaku Kapuslitbang Depbudpar RI, Bapak Rektor ISI Prof. Wayan Rai, Bapak Ketua STP-Bali Made Sudjana, Bapak Rektor Universitas Ngurah Rai Prof. Cok Atmaja, Bapak Rektor IHDN Prof. Titib, Bapak Rektor Unud atau yang mewakili, Bapak Rektor Undiksha Singaraja atau yang mewakili, dan terimakasih juga saya sampaikan juga kepada Kepala Dinas Pariwisata Yogyakarta Bapak Djoko.

Serta tak ketinggalan generasi muda unggul, calon pemimpin bangsa, para pemenang lomba esai dengan tema “Harapan Masyarakat terhadap Pemimpin Masa Depan Indonesia” (yang diadakan pada April 2009).

Sebagai pemrakarsa dari acara ‘Pesamuan Budaya’ ini, dengan topik sebagaimana yang saya singgung di atas yakni “Bali dalam Tantangan Kepariwisataan Global”, diselenggarakan antara lain menimbang dan memerhatikan bahwa Bali sebagai daerah tujuan wisata dunia sering dianggap telah meraih titik puncak capaian prestasinya. Dengan kata lain, keberhasilan tersebut seolah merupakan ambang batas atau titik jenuh, di mana situasi tersebut dapat menjadikan dunia pariwisata Bali bergerak ke arah yang tak diharapkan, yakni dari tahun ke tahun ada kemungkinan capaian prestasinya menurun. Namun demikian, saya, dan tentu kita semua, berkehendak dan berkeyakinan tidak akan sampai menjadi Destination of Yesterday. Langkah-langkah yang harus dilakukan, antara lain sinergi kreatif dan produktif, dimana peningkatan tidak lagi dilakukan dari sisi kuantitas, melainkan juga Kualitas, dengan kerjasama terpadu dan holistik yang melibatkan semua pihak.

Saya berkeyakinan bahwa seni budaya adalah jiwa dari bangsa ini. Oleh sebab itu, upaya-upaya peningkatan kepariwisataan juga sepatutnya merupakan buah sinergi dari seni, budaya, dan kepariwisataan serta bidang-bidang lainnya (sinergi seni membangun bangsa).

Bapak-bapak/Ibu dan hadirin sekalian, melalui Pesamuan Budaya yang didasari keterbukaan serta menekankan gagasan-gagasan ilmiah yang intens serta terfokus seperti ini, diharapkan lahir pemikiran dan terobosan solusi kreatif dan produktif serta rekomendasi-rekomendasi yang dapat menjadi acuan para pengambil kebijakan di bidang pariwisata. Dengan demikian, diharapkan ke depan adanya suatu penataan dunia pariwisata yang unggul, dengan pendekatan holistik, berdimensi jangka pendek, jangka menengah, maupun bersifat strategis yakni, jangka panjang.

Bapak-bapak, Ibu-Ibu serta hadirin, sengaja acara Pesamuan Budaya ini diadakan di Museum mengingat bahwa kita dikelilingi oleh karya-karya adilihung para seniman-seniman besar kita yang dari dalamnya memancar suatu energi positif yang mencerahkan sekaligus kreatif. Kita juga menyelenggarakan acara yang penuh makna ini dalam suatu ruang dan bangunan yang ditata sedemikian rupa berdasarkan filosofi Tri Hita Karana, penghormatan akan Parahyangan, Pawongan dan Pelemahan, yaitu hubungan harmoni dengan Tuhan, Manusia dan Alam lingkungan.

Sebelum mengakhiri sambutan ini, perkenakanlah saya menyampaikan bahwa pada tahun 2010 mendatang kita akan menyambut Tahun Kunjungan Museum 2010 (Visit Museum Year 2010). Hal mana pencanangan itu diputuskan dalam Musyawarah Nasional AMI (Asosiasi Museum Indonesia) di Jambi belum lama ini, di mana saya dipercaya, dipilih dan ditunjuk sebagai Ketua IV Nasional yang membidangi informasi, publikasi dan penerbitan. Sejalan dengan acara Munas tersebut, ditegaskan pula bahwa sebagai organisasi, Asosiasi Museum Indonesia bertekad untuk menjadikan museum beserta pengelolanya sebagai Center of Excellence. Oleh alasan itu pulalah saya sebagai pemrakarsa sedari awal berniat untuk melakukan acara Pesamuan Budaya ini di Museum Rudana.

Dengan limpahan karunia dan hikmah dari Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, ‘Pesamuan Budaya’ atau ‘Dialog Ilmiah’ dengan tema “Bali dalam Tantangan Kepariwisataan Global” , saya nyatakan resmi dibuka. Selamat berdiskusi, semoga kita menuju dan meraih Visi yang Sempurna (Excellent Visioner).

Om Shanti, Shanti, Shanti, Om

SEPEKAN SENI BATUBULAN 2009

Selasa, 23 Juni 2009

JAKARTA, KOMPAS.com–Sebuah perhelatan Seni Budaya bertajuk ”Sepekan Seni Batubulan 2009” akan digelar mulai Senin, 22 Juni hingga Sabtu, 27 Juni 2009 mendatang, dijadwalkan berlangsung setiap hari dari pukul 18.00 sampai 20.00 Wita di Supadma Rudana Center (SRC), Jalan Raya Batubulan 88 A, Gianyar. Sebagai pembuka acara, akan tampil koreografer tersohor, I Nyoman Sura, melalui tarian tunggal terbarunya yang merespon dan mencerminkan kekinian sosial Indonesia.

Menurut koordinator acara, Ni Made Frischa Aswarini, selain menghadirkan nomor tari, akan tampil pula Gede Indra Prayogi, Juara 1 Lomba Baca Puisi Radar Bali Literary Award 2009 se-Bali dan Virgina Purnama Sanni, yang belum lama ini berhasil menjadi pembaca puisi terbaik dalam Festival Seni Pelajar se-Indonesia pada awal Juni lalu di Yogyakarta.

“Sepekan seni ini juga akan menghadirkan pemutaran film independent berjudul “Maaf Aku Pernah Melupakanmu” arahan sutradara Made Adnyana pada hari ketiga, Jumat, 26 Juni 2009. Ada juga pertunjukan Musikalisasi puisi oleh Teater Antariksa SMAN 7 Denpasar dan Teater Angin SMAN 1 Denpasar”, ujar Frischa Aswarini. Kedua grup musikalisasi ini berulang kali meraih gelar juara, bukan hanya se-Bali, bahkan juga Nasional.

Dalam kesempatan terpisah, Putu Supadma Rudana menyatakan kegembiraannya dapat mendukung acara Sepekan Seni Batubulan yang digagas oleh generasi muda dalam upaya mengembangkan minat dan bakat seni berdasarkan sikap kreatif yang penuh inovatif. Putu Supadma yang juga salah satu Ketua Nasional Asosiasi Museum Indonesia (AMI), mengungkapkan bahwa SRC (Supadma Rudana Center) didirikan sebagai sebuah lembaga nirlaba yang berupaya mengedepankan usaha pelestarian, pengembangan serta pemaknaan ulang atas seni budaya Bali, sekaligus juga keragaman dan kekayaan seni-seni serta budaya di banyak daerah di Indonesia lainnya.

“Lembaga ini saya dirikan dan dedikasikan untuk turut serta mengembangkan pemikiran-pemikiran Thinking Outside The Box. Yakni berpikir ke depan dengan menciptakan sesuatu untuk kemajuan bersama, termasuk membangun kesadaran tentang pentingnya menghormati keberagaman, toleransi, dan solidaritas sosial,” ujar Putu Supadma Rudana yang juga aktif sebagai pengurus berbagai organisasi sosial masyarakat. SRC didirikan dalam rangka turut mendorong tumbuhnya semangat ke-Bhinneka-an dalam perilaku dan tatanan sosial masyarakat Indonesia. “Jadi lembaga ini tidak hanya bergerak dalam bidang kesenian saja, melainkan juga bagaimana menumbuhkan pemikiran-pemikiran kritis generasi muda guna menciptakan Sumber Daya Manusia Indonesia yang unggul dan siap bersaing ditataran global,” tambah Putu Supadma.

Jadwal acara Sepekan Seni Batubulan 2009

Senin, 22 Juni 2009 pukul 18.00 – 20.00 Wita
Atraksi melukis
Tari kontemporer tunggal I Nyoman Sura
Pertunjukan Dramatisasi Puisi Teater Tiga, SMAN 3 Denpasar
Pertunjukan Musikalisasi Puisi Teater Angin, SMAN 1 Denpasar

Kamis, 25 Juni 2009 pukul 18.00 – 20.00 Wita
Dialog Budaya Tema : “Komunitas Kreatif dan Sikap Kritis Generasi Muda ” (Narasumber : dr Nyoman Sutarsa)
Pertunjukan Musikalisasi Puisi Teater Antariksa, SMAN 7 Denpasar

Jumat, 26 Juni 2009 pukul 18.00 – 20.00 Wita
Pemutaran Film Narasi (Judul : Maaf, Aku Pernah Melupakanmu, Karya : Made Adnyana)
Diskusi (Narasumber : Made Adnyana)
Pembacaan Puisi Gede Indra Prayogi

Sabtu, 27 Juni 2009 pukul 18.00 – 20.00 Wita
Pembacaan puisi Virgina Purnama Sanni
Pemutaran film dokumenter tentang sastrawan H. B Jassin dan Pramudya Ananta Toer
Pertunjukan dramatisasi puisi Komunitas Sastra Welang

SEPEKAN SENI BATUBULAN GELAR DISKUSI KOMUNITAS KREATIF

Rabu, 24 Juni 2009

JAKARTA, KOMPAS.com-Menyikapi hangar bingar kesemarakan masa kampanye pemilihan presiden dan wakil presiden 2009, serta terkait tentang pentingnya pemilih yang kritis, Pekan Seni Batubulan sore ini, hari ke-dua, Kamis 25 Juni 2009, akan menghadirkan sebuah dialog bertajuk “Peranan Komunitas Kreatif dalam Menumbuhkan Sikap Kritis Masyarakat”. Sebagai pembicara utama, tampil dr. Nyoman Sutarsa, dosen Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang belum lama ini memperoleh Ary Sutha Award atas kajiannya mengenai pentingnya pemberdayaan masyarakat terpinggirkan demi pembangunan yang adil dan berkesinambungan.

Sementara itu, acara pembukaan Sepekan Seni Batubulan, Selasa (22/6) kemarin, ditandai dengan pelepasan sepasang balon merah putih sebagai perlambang semangat ke-Bhinneka-an dan ke-Indonesia-an, kemudian disusul pelepasan balon biru sebagai simbolis upaya meraih cita-cita bangsa hingga setinggi mungkin. Pelepasan balon itu diawali oleh pendiri Supadma Rudana Center, Putu Supadma Rudana, setelah sebelumnya koreografer internasional, I Nyoman Sura, menampilkan suatu rangkaian gerak teaterikal berjudul ”Menguak Waktu”, yang mencerminkan semangat dasar dari simbolisme itu.

Acara yang dijadwalkan berlangsung sedari Senin, 22 Juni hingga Sabtu, 27 Juni 2009 Jalan Raya Batubulan 88 A ini, juga menghadirkan pemutaran film narasi dan dokumentasi, musikalisasi puisi, dramatisasi puisi serta pembacaan puisi. Di samping itu, pada hari ke-dua acara akan digelar pula demonstrasi melukis oleh Gunawan, Tirtayasa dan Tirtaadi, masing-masing adalah dosen seni rupa Institut Seni Indonesia (ISI).

Selain dimaksudkan untuk memberi ruang apresiasi bagi para generasi muda, juga diniatkan agar dapat mendorong tumbuhnya suatu suasana kreatif sekaligus juga penuh empati terhadap berbagai permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat. “Di samping itu, melalui kegiatan diskusi serta berbagai bentuk seni pertunjukan yang akan ditampilkan dalam acara Sepekan Seni Batubulan ini, diharapkan mampu mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, untuk turut menyikapi kekinian secara lebih kritis sehingga memperoleh pemikiran dan gagasan yang cemerlang demi masa depan yang lebih baik,” tutur Ni Made Purnamasari dalam Laporan Ketua Panitianya. Acara pembukaan kemarin juga menghadirkan pertunjukan musikalisasi dari Teater Angin SMAN 1 Denpasar dan pementasan dramatisasi puisi dari Teater Tiga SMAN 3 Denpasar.

Dalam sambutannya, Putu Supadma Rudana menyatakan salut dan bangga kepada generasi muda yang senantiasa memiliki semangat kreatif serta gagasan-gagasan nan kritis. “Meski hanya dengan memberi ruang kreasi, saya merasa bahagia dapat turut membantu tumbuhnya suatu atmosfer positif seperti ini. Saya berharap, semoga kreativitas yang ditunjukan dalam ajang apresiasi ini dapat dikembangkan lebih luas, baik secara nasional maupun internasional. Bahkan, saya bercita-cita, tempat ini bisa menjadi centre of exclellent, excellent dari dalam diri, berkreasi dari jiwa dengan tulus, guna membangun Bangsa Indonesia, membentuk Sumber Daya Manusia Indonesia yang unggul,” kata Putu Supadma Rudana.

(JY)

Menuju Visi Sempurna (Seni Budaya Sebagai Jiwa Bangsa)

Melalui Museum, beserta koleksi adiluhungnya, kita dapat memperlajari keagungan masa silam seraya menggagas kemungkinan masa depan tanpa lalai atau abai pada upaya menyikapi dan memaknai kekinian secara lebih kreatif. Saya yakin, melalui Tahun Kunjungan Museum, secara pasti, akhirnya Indonesia akan menjadi the heart of Asia and heart of the world. (Majalah Musea, 2009)

Saya ingin Indonesia secara budaya bisa dihargai, lalu membuat jarungan The Biggest Fine Art Network. (ESQUIRE, Januari 2008)

image005Kedua kalimat di atas merupakan kutipan pemikiran dari Putu Supadma Rudana dalam buku terkininya, ‘Menuju Visi Sempurna, Seni Budaya Sebagai Jiwa Bangsa’.

Pada buku yang diterbitkan di awal tahun 2009 ini, terangkum gagasan serta pandangan Putu Rudana yang pernah tertuang dalam wawancara di beberapa media lokal, nasional maupun internasional, serta mengulas berbagai sisi kehidupan kesenian dan kebudayaan kita. Dimulai dari karya lukis, tantangan kepariwisataan Indonesia, program Tahun Kunjungan Museum, pandangannya mengenai generasi muda serta masa depan bangsa, hingga berbagai kegiatan kebudayaan yang digagasnya dengan semangat sinergi antara seni budaya dengan beragam bidang kehidupan, semisal otomotif, olahraga, ekonomi, politik dan sebagainya; yang kesemuanya bermuara pada upaya Pembangunan Karakter dan Pekerti Bangsa (Nation and Character Building).

Silakan simak segera gagasan, pandangan serta pemikiran Putu Supadma Rudana secara menyeluruh dalam buku ini.

MENUJU VISI SEMPURNA (Seni Budaya Sebagai Jiwa Bangsa, Sinergi dengan Berbagai Media)
Pengganti biaya cetak: Rp 100.000
Pemesanan Hubungi:
Yayasan Seni Rudana
Alamat:
Jalan Cok Rai Pudak No 44, Peliatan, Ubud, Bali, Indonesia.
Email:
[email protected]
Nomor Rekening:
Bank Bumiputera Cabang Ubud
1 000 1 00000 57891

Testimonial Buku
“Menuju Visi Sempurna” – Putu Supadma Rudana
Oleh Irman Gusman – Ketua DPD RI

image006Saya menyambut baik penerbitan buku “Menuju Visi Sempurna” yang ditulis Putu Supadma Rudana ini. Butir-butir gagasan yang tertuang di dalam bukunya sangat berharga bagi pengembangan seni dan budaya Indonesia, khususnya Bali di masa mendatang.

Derasnya arus globalisasi tidak membuat Putu menjadi tokoh muda yang melupakan akar budayanya, namun justru dipandang sebagai tantangan sekaligus peluang. Ia menyadari betul ancaman perpecahan yang mungkin menimpa negara kita yang majemuk ini jika kita tidak bijak menyikapi perkembangan global.

Upaya Putu untuk mempertahankan keutuhan NKRI, serta memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa diwujudkannya dalam bentuk buku yang mencakup gagasan-gagasan dan perjalanan Putu dalam usaha memajukan seni negeri ini.

Berbagai langkah yang telah, tengah dan akan ia lakukan; mulai dari sinergi seni dengan berbagai bidang, hingga kegiatan-kegiatan pemberdayaan generasi muda demi mendorong terciptanya sumber daya manusia yang unggul menuju masyarakat Indonesia yang kreatif dan produktif, sejalan dengan nafas perjuangan bangsa ini dalam membangun karakter dan pekerti bangsa (Nation and Character Building).

Banyak buku yang mengulas tentang upaya memajukan kebudayaan Indonesia. Namun, keunggulan utama buku ini terletak pada sosok Putu yang memiliki kontribusi signifikan tidak hanya dalam pengembangan seni dan budaya Bali, namun juga memberi arahan komprehensif yang dapat dijadikan panduan dalam memajukan kebudayaan nasional terutama seni lukis.

Buku ini menjadi relevan untuk dibaca karena penulisnya adalah orang yang tumbuh bersama, mengakar, turut membangun dan memberikan kontribusi pada perkembangan seni di Indonesia. Putu berperan bukan hanya sebagai promoter seni tapi pada saat tertentu ia mampu menjalani fungsi sebagai duta kebudayaan Bali bahkan Indonesia. Ia yakin Bali akan tetap dicintai dan didukung masyarakat dunia apapun yang terjadi. Dengan mendukung Bali masyarakat dunia pun tentu mendukung Indonesia.

Tentunya kepedulian Putu terhadap seni dan budaya Indonesia serta usahanya dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia melalui pengembangan minat dan bakat generasi muda dapat menginspirasi berbagai pihak terutama para generasi muda untuk mencintai seni dan budaya Indonesia tanpa membatasi minat dan bakat mereka.

Dalam konteks itu, buku ini menjadi rujukan yang sangat baik untuk “Menuju Visi Sempurna” tentang bagaimana membangun daerah dan memajukan negeri terutama dalam bidang kesenian. Karena seni rupa bukan hanya komoditas yang diperdagangkan suatu negara, tapi seni rupa juga merupakan sarana kita untuk belajar tentang sejarah perjalanan suatu negara. Selain itu, seni rupa juga memiliki potensi sebagai media untuk menciptakan perdamaian dan kesatuan di dunia ini.

Semoga apa yang ditulis oleh Putu Supadma Rudana ini dapat dijadikan penyemangat bagi kita semua untuk terus maju menjawab tantangan globalisasi tanpa melupakan akar budaya tempat kita berasal. Selamat membaca!