Year: 2010

Resume Bedah Buku ‘Menuju Visi Sempurna, Seni Budaya sebagai Jiwa Bangsa’

Serangkaian dengan acara Renungan Kemerdekaan sekaligus sebagai pemaknaan sekaligus refleksi atas perayaan HUT ke-65 Republik Indonesia, pada 18 Agustus 2010 Pusat Penelitian, Pengkajian dan Dokumentasi Budaya ‘DESTAR’ menyelenggarakan sebuah dialog budaya dengan acuan bahasan buku ‘Menuju Visi Sempurna, Seni Budaya Sebagai Jiwa Bangsa’. Diskusi yang digelar di Museum Sejarah Nasional, Monumen Nasional, ini dihadiri oleh para budayawan, pelaku serta pengamat seni Indonesia ini diadakan di Ruang Museum Sejarah Nasional Monas, dengan menghadirkan tiga pembicara yakni Dwi Sutarjantono (Majalah Esquire), Doddi A. Fauzi (Majalah Arti) serta editor buku ini, Ni Made Purnamasari.

Dalam dialog yang berlangsung selama hampir satu setengah jam ini dan dipandu penyair Warih Wisatsana, ketiga pembicara mencoba untuk mengulas berbagai hal yang terangkum dalam buku setebal 313 halaman ini, yang berisi wawancara-wawancara Putu Rudana dengan berbagai media lokal maupun nasional, serta esai-esai terpilih Putu Rudana, termasuk yang termuat dalam buku Energi Positif, perihal pandangan 100 terhadap kepemimpinan SBY, yang dieditori oleh DR. Dino Patti Djalal.

image003Pada paparan awalnya, Ni Made Purnamasari menyatakan bahwa buku ini merupakan rangkuman dari gagasan ataupun pemikiran Putu Supadma Rudana yang tertuang di berbagai media sedari tahun 2007 hingga 2009, diterbitkan sebagai penghargaan kepada media massa yang selama ini turut memberitakan dan mengumandangkan upaya-upaya menjadikan seni budaya sebagai jiwa bangsa. “Buku ini pada mulanya merupakan suatu upaya pendokumentasian awal berbagai liputan ataupun pemberitaan terkait butir-butir pemikiran, gagasan ataupun juga kepedulian Putu Rudana terkait kehidupan bermasyarakat dan bernegara, beserta berbagai latar sosial budaya seiring peristiwa-peristiwa yang menyertainya,” ujar Purnama.

Buku yang diterbitkan oleh Yayasan Seni Rudana ini dapat dikatakan mencerminkan pandangan ataupun gagasan dari Putu Rudana terkait soal-soal sosial, politik, dan budaya berskala nasional maupun internasional. Bila disimak lebih dalam, mengemuka pula semangat cinta tanah air dan upaya-upaya yang dilakukan Putu Rudana selama ini, terutama menyangkut sinergi seni dengan berbagai bidang demi membangun karakter dan pekerti bangsa (nation and character building). Informasi lebih lanjut terkait buku ini dapat diakses di www.putusupadmarudana.com.

Dalam bahasan lebih jauh, ketiga narasumber mengungkapkan bahwa Putu Rudana juga telah menggelar berbagai kegiatan seni-budaya, semisal pameran serta pertunjukan seni, yang tidak hanya mengetengahkan berbagai karya yang indah secara estetika, namun juga sarat dengan nilai serta makna-makna sosial dan kultural. Salah satunya adalah Pameran Seni Lukisan dan Tari Joged (2008), yang mengangkat tari pergaulan tradisional Bali (joged) yang kian lama dipandang sebagai pertunjukan yang menyimpang dari norma kesusilaan, bukan sebagai karya seni yang sarat dengan keindahan gerak serta pemaknaan sosial yang menyertainya. Selain itu, sebagai wujud kepeduliannya terhadap pentingnya wadah apresiasi dan aspirasi generasi muda terhadap kebudayaan dan masa depan bangsa, Putu Rudana juga menyelenggarakan sebuah Kompetisi Esai Populer dengan tema ‘Harapan Masyarakat Terhadap Pemimpin Masa Depan Bangsa’.

Sementara itu, Doddi A. Fauzi dari Majalah Arti yang rangkuman wawancaranya juga tertuang dalam buku ini mencoba mengaitkan antara esensi kemerdekaan serta kebudayaan bangsa dalam pemaknaan nasionalisme era kini. Di samping menjelaskan sejarah lahirnya semangat nasionalisme di berbagai negara, Doddi juga menekankan pentingnya figure-figur yang visioner yang tidak hanya mampu memberikan jawaban akan persoalan-persoalan kekinian, namun juga memiliki pandangan-pandangan yang bermanfaat bagi upaya meraih masa depan bangsa yang lebih baik. “Nah, dalam wawancara dengan Putu Rudana, saya memperoleh banyak pikiran-pikiran yang cerdas dan visioner, termasuk misalnya tawaran ekonomi kreatif yang harus dikembangkan kemudian hari oleh bangsa ini. Padahal, pada waktu wawancara itu, soal ekonomi kreatif belumlah menjadi wacana di masyarakat dan belum menjadi kebijakan dari pemerintah,” kata Doddi yang dikenal juga sebagai penulis seni rupa ini.

Pada bagian lain, menjawab pertanyaan, Doddi menyatakan, Putu Rudana berupaya membangun pandangan yang berbeda akan sebuah karya seni. “Saya masih ingat, Putu Rudana pernah menyatakan bahwa ketika menilai sebuah suatu karya seni, yang kita lihat mula pertama bukanlah tampilan fisik ataupun nilai ekonominya, melainkan nilai-nilaiintangible (tak tampak) yang terkandung dalam karya tersebut. Nilai yang tak kasat mata ini, kata Putu, mencerminkan juga jiwa pelukisnya, curahan hati dan emosinya yang mendalam. Hal inilah yang harus kita pahami dan dalami, berkesesuaian dengan pengetahuan kita atas perkembangan pasar seni rupa, sehingga mampu memberikan manfaat ekonomi yang sebanding.”

Di sisi lain, Dwi Sutarjantono, yang telah beberapa kali berkesempatan melakukan wawancara dengan Putu Rudana mengatakan, pertemuannya dengan sosok Putu Rudana selalu dipenuhi dengan diskusi-diskusi panjang yang hangat dan menarik. Ia menyatakan bahwa Putu selalu tampil dengan gagasan-gagasan orisinal. “Saya kira Putu adalah seorang yang terus menerus memikirkan perihal kebudayaan dan kesenian, serta mencoba mengumandangkannya ke publik luas. Pikiran-pikirannya sering kali tak terduga, tidak hanya melihat dari sisi yang kasat mata, tapi juga menyangkut pertimbangan-pertimbangan yang bersifat non verbal. Dengan demikian, apa yang dikemukakan menjadi sesuatu yang segar dan menarik untuk diungkap di media serta member inspirasi bagi pembaca,” ujar Dwi yang adalah chief editor Majalah Esquire.

Dwi yang kerap menulis laporan perjalanan ke luar negeri ini secara terbuka menilai bahwa kecintaan Putu yang sedemikian besar terhadap seni budaya tentulah tak lepas dari latar belakang keluarganya yang juga memiliki galeri dan museum seni rupa di Ubud, Bali. Sedari kecil Putu Rudana telah terbiasa bersentuhan dengan keindahan dan bergaul dengan seniman-seniman besar serta budayawan-budayawan nasional mupun internasional.

“Yang menarik dari gagasan-gagasan Putu Rudana adalah tentang sinergi seni yang ia lakukan dengan bidang-bidang keseharian kita. Ini bukan hanya untuk mengembangkan seni dan budaya dalam berbagai kemungkinan kreatifnya, tapi juga untuk lebih—menyebut istilah Putu—menyebarkan spirit seni-budaya ke seluruh aspek kehidupan, sehingga tercapai tatanan masyarakat yang santun, beretika dan berlandaskan pada semangat saling pengertian,” papar Dwi Sutarjantono menanggapi peserta yang mempertanyakan apa yang menjadi perhatian utama Putu Rudana.

Dalam sesi tanya jawab dengan hadirin, terlontar beberapa pertanyaan, baik terkait isi buku maupun juga visi serta pandangan Putu Rudana terhadap seni budaya Nusantara. Theresia Pardede, anggota Komisi X DPR RI, misalnya, menanyakan bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan kecintaan terhadap kebudayaan bangsa. Di samping itu, peserta lain juga menanyakan lebih jauh terkait pendapat Putu Rudana terhadap kebudayaan dan sejarah kebangsaan masa lalu serta refleksi budaya di masa mendatang.

image004Turut memberikan pendapatnya, Kepala Unit Pengelola Monumen Nasional, IM Rini Hariyati, mengutarakan, museum memiliki peran yang sangat signifikan dalam proses edukasi masyarakat. Karenanya, ia berharap, dengan adanya Tahun Kunjungan Museum ini, publikasi terhadap permuseuman dapat lebih gencar dilakukan untuk mendorong khalayak Indonesia datang dan berbagi wawasan serta pengetahuan di museum.

Dwi Sutarjantono memperoleh giliran pertama dalam menjawab pertanyaan. Ia menanggapi tentang publikasi permuseuman dan juga seni budaya secara keseluruhan.Dwi mengakui, memang tidak semua media menyediakan ruang yang optimal bagi tulisan ataupun artikel kebudayaan dan kesenian. Hal ini tentulah karena kebijakan beberapa media yang disesuaikan dengan pangsa pasarnya masing-masing. Kendati demikian, Dwi menegaskan bahwa seyogyanya tiap-tiap media di nusantara memberikan ruang bagi artikel-artikel, kolom esai ataupun juga pemuatan karya-karya seni, minimal halaman cerpen atau kisah bersambung. Dengan demikian, sinergi antara seni budaya dan media dapat dilakukan secara lebih menyeluruh lagi.

Mengutip pikiran Putu Rudana yang tertuang di buku, Doddi A. Fuzi menggarisbawahi pentingnya makna kebhinekaan dalam kemerdekaan Indonesia. Keberagaman suku, ras, agama dan juga kebudayaan Indonesia merupakan suatu kekayaan yang tidak ternilai. Kebhinekaan ini pada hakikatnya tercermin dalam koleksi-koleksi yang ada di museum-museum. Warisan seni dan budaya para leluhur itu, sebagaimana kerap ditegaskan oleh Putu Rudana, terbukti tidak hanya sebagai dokumentasi perjalanan sejarah sosial, politik dan juga kultural bangsa ini, namun juga memberikan edukasi bagi masyarakat. “Itulah, kenapa saya hormat dan salut kepada Putu Rudana, yang bersedia mencurahkan waktunya sebagai managing director Museum Rudana. Nah, Putu, dalam wawancara-wawancaranya selalu menekankan pentingnya upaya pembenahan yang lebih menyeluruh untuk menjadikan museum layak untuk dikunjungi.”

Menanggapi pernyataan Doddi, Purnama mengungkapkan bahwa selama ini melalui Museum Rudana, Yayasan Seni Rudana dan juga Pusat Penelitian, Pengkajian dan Dokumentasi Budaya ‘DESTAR’, Putu Rudana telah menggagas serta menyelenggarakan berbagai kegiatan seni budaya yang selalu disertai dengan konsep yang tidak hanya menghargai keadiluhungan tradisi masa silam atau menggagas kemungkinan di masa mendatang, namun juga merenungi kekinian kita.

Di sisi lain, Purnamasari menjelaskan bahwa gagasan Tahun Kunjungan Museum muncul dari pemikiran Putu Rudana yang kemudian diimplementasikan menjadi kebijakan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. “Menteri Jero Wacik sendiri menyatakan hal ini dalam salah satu pidatonya di Bali,” tambah Purnamasari.

Di akhir dialog, menanggapi pertanyaan dan pernyataan narasumber ataupun peserta, Putu Rudana menyatakan bahwa apa yang terangkum dalam buku ini pada dasarnya semua hal tersebut saling bertautan dan terikat dalam suatu benang merah yang mencerminkan sikap, tindakan dan idealisme dari dirinya selama ini.

Putu Rudana juga mengungkapkan pentingnya upaya melakukan sinergi kreatif yang melibatkan seluruh potensi anak bangsa di segala bidang. “Saya juga memiliki cita-cita dan pengharapan bahwa pemimpin-pemimpin kita akan memimpin bangsa ini dengan pemahaman dan penghormatan akan kekayaan seni budaya warisan adiluhung bangsa ini. Di situlah sejatinya kekuatan Indonesia, di dalamnya terkandung kekuatan spiritual maupun potensi finansial atau ekonomi secara keseluruhan,” kata Putu Rudana yang juga Ketua IV Asosiasi Museum Indonesia yang membidangi Informasi, Publikasi dan Komunikasi.

Ke depan, Putu Rudana menegaskan perlunya upaya-upaya pencerdasan masyarakat melalui kegiatan semacam dialog budaya ini. Sejalan dengan itu pula, layak dikembangkan suatu semangat penghormatan atas gagasan atau buah pikiran seseorang sebahai hak kekayaan intelektual (hak cipta) yang harus dilindungi. “Acara renungan ini dan juga kegiatan-kegiatan lain yang pernah serta akan saya selenggarakan pada dasarnya adalah cerminan idealisme dan kepedulian saya yang bertujuan pada pembangunan karakter dan pekerti bangsa (nation and character building).

Sebagai bagian dari upaya membangun karakter dan pekerti bangsa tersebut, juga penghormatan akan warisan leluhur bangsa, Putu Rudana mendukung upaya untuk membangun ibukota baru, tentu termasuk di dalamnya istana kepresidenan yang representatif. “Ya, ibukota baru, itu bisa di mana saja tempatnya di tanah air ini. Para ahli layak dilibatkan dalam pemilihan dan perencanannya. Akan tetapi bagi saya, yang jauh lebih penting adalah bagaimana ibukota baru itu merupakan wujud dari jiwa dan semangat bangsa Indonesia secara keseluruhan. Dengan kata lain, bukan hanya membangun fisik ibukotanya, namun juga yang tak kalah penting adalah jiwa dari ibukota itu, yang seyogyanya merangkum kekayaan nilai-nilai luhur masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Oleh sebab itu, saya mengusulkan, bila kelak telah dibangun, istana tersebut sungguh tepat diberi nama Istana Nusantara,” ujar Putu Rudana.

Putu Rudana Menggelar Renungan Kemerdekaan dan Bedah Buku di Monas

[JOURNALBALI.COM – Jakarta] Bila rakyat seantero negeri merayakan hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-65 dengan mengadakan aneka lomba dan menampilkan kesenian, Putu Supadma Rudana boleh jadi melengkapinya dengan membuat acara renungan suci di Ruang Kemerdekaan, tugu Monumen Nasional (Monas) di jantung kota Jakarta pada 18 Agustus yang lalu. Renungan suci yang diselenggarakan dengan khidmat dipimpin oleh Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD-RI) Irman Gusman dihadiri antara lain oleh pendiri Museum Rudana, Nyoman Rudana, Kepala UPT Monas Rini Haryani, pejabat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, budayawan, seniman dan aktivis pemuda.

Menurut Irman Gusman, pada momen peringatan kemerdekaan setiap anak bangsa perlu bahu membahu bekerjasama dalam mewujudkan Indonesia yang lebih baik. Ia mendukung usaha Putu Supadma Rudana dalam mendorong ekonomi kreatif di tanah air, khususnya dalam olah cipta seni dan budaya. “Kita mempunyai tari Minang, tari Jawa, tari Bali dan lain sebagainya. Inilah warisan anak bangsa yang perlu dilestarikan,” kata Irman Gusman.

Pada kesempatan itu pula Putu Rudana menyampaikan refleksi pemikirannya atas kemerdekaan RI yang ke-65. Menurut Putu Rudana keberlangsungan Indonesia tidak bisa dilepaskan dari kreativitas dalam seni dan budaya. “Jika kita menyadari potensi seni budaya Indonesia, kita akan tampil penuh percaya diri di tengah bangsa-bangsa lain di dunia. Pada saat ini kita membutuhkan sinergi dan visi yang sempurna dalam mengembangkan seni budaya sebagai jiwa bangsaa,” ujar Putu Rudana, yang juga sebagai penggagas dan ketua Destar, Pusat Penelitian dan Dokumentasi Seni dan Budaya, yang juga General Manager Rudana Museum, Bali ini.

Setelah diselingi acara buka puasa bersama, dilanjutkan dengan acara membedah buku ‘Menuju Visi Sempurna, Seni Budaya Sebagai Jiwa Bangsa’, dipandu penyair Warih Wisatsana yang menampilkan pembicara Ni Made Purnamasari sebagai editor buku, Dody Achmad Fauzi, editor majalah Arti dan Dwi Sutarjantono (editor majalah Esquire Indonesia). Buku yang diterbitkan di awal tahun 2009 ini, merangkum gagasan serta pandangan Putu Rudana yang pernah tertuang dalam wawancara di beberapa media lokal, nasional maupun internasional, serta mengulas berbagai sisi kehidupan kesenian dan kebudayaan kita.

Dimulai dari karya lukis, tantangan kepariwisataan Indonesia, program Tahun Kunjungan Museum, pandangannya mengenai generasi muda serta masa depan bangsa, hingga berbagai kegiatan kebudayaan yang digagasnya dengan semangat sinergi antara seni budaya dengan beragam bidang kehidupan, semisal otomotif, olahraga, ekonomi, politik dan sebagainya; yang kesemuanya bermuara pada upaya Pembangunan Karakter dan Pekerti Bangsa (Nation and Character Building).

Pada sesi tanya jawab banyak peserta bedah buku yang berharap Putu Rudana dapat mengimplementasikan gagasan tentang ekonomi kreatif yang sangat relevan dengan situasi Indonesia terkini. Para peserta juga berharap Putu Rudana menerbitkan buku berikutnya yang dapat memberi inspirasi kaum muda. [ ska ]

Memaknai Seni Budaya sebagai Jiwa Bangsa: Renungan Budaya di Monumen Nasional

image009Memaknai perayaan kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-65, pada Rabu malam (18/08) diadakan sebuah acara Renungan Kemerdekaan di Monumen Nasional, Jakarta.

Selain para pemerhati maupun penggiat seni-budaya serta berbagai kalangan yang mewakili aneka lapisan masyarakat, dalam acara yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian, Pengkajian dan Dokumentasi Budaya ‘DESTAR’ ini, hadir pula Ketua DPD-RI, Irman Gusman, yang memberikan pengantar renungan perihal makna kemerdekaan dalam berbagai perspektifnya terkait upaya-upaya untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa sebagaimana yang diamanatkan dalam mukadimah UUD 1945.

Putu Supadma Rudana, pendiri ‘DESTAR’ sekaligus penggagas acara Renungan Kemerdekaan ini, mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan upaya untuk merenungkan makna terdalam dari hari kemerdekaan, sekaligus dimaksudkan pula sebagai wahana menghormati jasa-jasa para pendiri bangsa (founding fathers), di mana pikiran-pikirannya yang visioner serta pengabdian mereka yang tulus, terbukti telah mengantar bangsa Indonesia ke pintu gerbang kemerdekaan, tegak berdiri sebagai bangsa yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. “Melalui acara renungan ini, saya pribadi berharap generasi penerus bangsa dapat belajar dari kepeloporan para founding fathers guna memaknai secara lebih mendalam warisan sejarah beserta nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Proklamasi kemerdekaan kita mengandung nilai-nilai historis yang dapat menjadi acuan dan cerminan bagi generasi penerus guna mengisi kemerdekaan dengan pembangunan nyata di segala bidang serta secara terus menerus mempertahankan dan memajukan NKRI sebagaimana yang kita cita-citakan bersama,” ujar Putu Rudana yang juga Ketua IV Asosiasi Museum Indonesia yang membidangi Informasi, Publikasi dan Komunikasi.

Dalam pengantar renungannya yang diselenggarakan di Ruang Kemerdekaan, tepatnya di bawah lambang negara burung garuda, Ketua DPD-RI Irman Gusman menyatakan salut dan pujiannya kepada pemrakarsa kegiatan ini yang secara visioner telah memaknai kemerdekaan dengan penuh hikmah melalui suatu acara yang tidak hanya bersifat simbolis, tetapi juga berisi dialog yang melibatkan segenap komponen masyarakat guna memperjuangkan seni budaya sebagai jiwa bangsa. Ia menyatakan bahwa diharapkan ke depan tampil generasi-generasi muda yang unggul di segala bidang yang terpanggil untuk turut mendarmabaktikan idealismenya guna membangun bangsa Indonesia menuju masyarakat yang adil dan makmur.

image010Sebagai rangkaian dari acara perenungan di Ruang Kemerdekaan, diadakan pula dialog bertemakan ‘Seni Budaya sebagai Jiwa Bangsa’ di Museum Sejarah Nasional di Monumen Nasional, menghadirkan dua pemerhati masalah sosial budaya dan media, yakni Doddi A. Fauzi dan Dwi Sutarjantono, sebagai pembicara. Dialog budaya ini menampilkan pula Ni Made Purnamasari, editor buku ‘Menuju Visi Sempurna’. Adapun buku setebal 313 halaman dan diterbitkan oleh Yayasan Seni Rudana, yang juga telah diluncurkan pada awal tahun 2009 di Museum Rudana, merupakan rangkuman esai-esai terpilih juga wawancara-wawancara Putu Supadma Rudana dengan berbagai media, di mana pokok-pokok pikirannya mencerminkan kepedulian sosok penggiat budaya ini tentang pentingnya upaya sinergi budaya dengan bidang-bidang lain guna turut membangun karakter dan pekerti bangsa (nation and character building).

“Bangsa Indonesia memiliki budaya yang luar biasa, di mana di dalamnya terdapat berbagai suku bangsa dengan beragam adat-istiadat, bahasa, agama serta kesenian yang beraneka. Ini boleh dikata merupakan sosial capital yang paling berharga, yang perlu kita pahami dan dikelola secara terpadu, selaras dengan semangat untuk mencintai, menjiwai serta menggaungkan budaya bangsa,” tambah Putu Rudana yang kerap menggelar acara seni-budaya, semisal Pameran ‘Sinergi Seni Membangun Indonesia’ yang menghadirkan maestro seni lukis Indonesia Srihadi Soedarsono, Made Wianta dan Nyoman Gunarsa.

Putu Rudana juga menyampaikan bahwa untuk mencapai dan mewujudkan cita-cita luhur bangsa, baiknya semua pihak bekerjasama menggaungkan kecintaan pada tanah air serta berupaya membentuk pribadi-pribadi unggul melalui penerapan nilai-nilai budaya yang diwariskan oleh para leluhur bangsa.

“Untuk itu, kebudayaan harus bersinergi dengan berbagai bidang kehidupan, di mana nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya dapat menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Selain itu, budaya harus membentuk karakter bangsa yang kokoh, berkepribadian nasional dan bertahan terhadap kemerosotan akhlak,” ungkapnya.

Ia menambahkan, kebudayaan juga mesti menjadi benteng moral bangsa, senantiasa menjunjung tinggi agama dan norma, sekaligus menjadi cerminan puncak-puncak kebudayaan seluruh unsur masyarakat daerah. Budaya harus pula berperan menjaga integritas bangsa, di mana kejujuran diutamakan, menjadi benteng kukuh yang kuasa menepis pengaruh koruptif dan destruktif baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Di samping itu, hendaknya upaya pembangunan seni budaya nasional mengedepankan asas keadilan, yakni penghormatan kepada keunikan dan kekhasan dari budaya-budaya daerah serta mendorong terciptanya suatu kerjasama antarseni-budaya yang mampu melahirkan bentuk-bentuk kebudayaan dan ekspresi-ekspresi baru kesenian yang mencerminkan semangat Bhinneka Tunggal Ika dari bangsa yang besar ini.

Pada kegiatan yang dihadiri oleh Anggota DPR-RI Theresia EE Pardede, Perwakilan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, serta Kepala Unit Pengelola Monumen Nasional IM Rini Hariyani ini,diselenggarakan penganugerahan secara simbolis Satya Synergy Award dari Nyoman Rudana dari Museum Rudana kepada media-media massa di Nusantara yang selama ini telah membuktikan dedikasinya terhadap perkembangan seni-budaya bangsa melalui penyebaran informasi tentang keanekaragaman kekayaan budaya Indonesia. Award ini diterima oleh Dwi Sutarjantono (Majalah Esquire) sebagai perwakilan dari media-media massa.

“Penghargaan ini sebagai penghormatan atas dedikasi serta peran media yang selama ini selalu terbuka menjalin kerjasama guna menyebarkan informasi-informasi positif terkait kekayaan-kekayaan adat istiadan di Nusantara. Peran media memang sangat strategis, terutama membantu masyarakat untuk memperkaya wawasan, pengetahuan serta kecintaannya pada bangsa, tanah air dan kebudayaan negeri ini. Melalui malam renungan inilah, upaya-upaya sinergi kreatif semacam ini dapat dikembangkan di kemudian hari agar potensi-potensi anak bangsa di segala bidang dapat tumbuh berkembang secara optimal sebagaimana yang kita harapkan,” ujar Putu Rudana.

Putu Supadma Rudana : Betapa Hangatnya Kebersamaan

zenminSumber : Denpost, Rabu, 6 Januari 2010
PENGANUGERAHAN K.Nadha Nugraha kepada sepuluh Museum terpilih di Bali, mencerminkan betapa hangat kebersamaan dan sinergi budaya yang terjalin selama ini antara Bali Post, sebagai media massa, Pengemban Pengamal Pancasila, dengan para pendiri dan pengelola Museum di Bali.

“Bali Post sebagai pelopor media massa telah membuktikan komitmen dan konsistensinya untuk senantiasa terdepan sebagai inspirator sekaligus pengayom upaya-upaya kita untuk terus menggaungkan warisan seni budaya Bali dan Indonesia. “ ujar ketua IV Asosiasi Museum Indonesia (AMI), Putu Supadma Rudana (PSR) dalam pidatonya.

Sejalan dengan pencanangan Tahun Kunjungan Museum (Visit Museum Year) 2010, Putu Supadma Rudana yang membawahi bidang Informasi, Komunikasi dan Publikasi, menyampaikan hormat dan salut yang sedalam-dalamnya kepada Pimpinan dan segenap keluarga besar Bali Post atas dedikasi dan peran kepeloporannya selama ini dalam membangun serta mengembangkan seni budaya sebagai jiwa bangsa, serta pembangunan jati diri dan pekerti bangsa. Hal mana itu sejalan dengan semangat Ami yaitu menjunjung kebhinnekaan bangsa ini melalui kehadiran museum.

Menurut Putu Supadma Rudana, Ami memiliki lebih dari 275 anggota secara nasional, dan hingga saat ini terbagi atas 7 asosiasi daerah, termasuk di antaranya Bali atau Himusba, di mana kiprahnya senantiasa menjadi acuan dan cerminan asosiasi daerah lainnya.

Ami merupakan mitra strategis Direktorat Museum Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, sekaligus menjembatani aspirasi serta gagasan seluruh anggota permuseuman nasional untuk dikomunikasikan kepada pemerintah sehingga menjadi program nyata nasional yang unggul dan sekaligus mensolusikan segala permasalahan secara santun dan damai.

PSR juga mengisyaratkan supaya kebersamaan sepanjang tahun ini dimaknai dengan sinergi semua pihak. Mengawali hal itu dengan penuh kerendahan hati, berinisiatif menerbitkan sebuah buku yang memiliki semangat Seni Budaya sebagai Jiwa Bangsa, yang merupakan sinergi dengan berbagai media. “Kami terbitkan sebagai ucapan syukur dan terimakasih saya kepada semua media massa terutama Bali Post yang berkenan memberikan ruang untuk mengungkapkan pokok-pokok pikiran dan menuangkan gagasan dalam berbagai liputan serta pemberitaan, di mana Museum bukan hanya sebagai wadah untuk menyimpan berbagai hasil karya manusia yang sarat dengan muatan sejarah dan estetika, melainkan juga dapat diolah menjadi suatu laboratorium kebudayaan,” tegas Putu Supadma Rudana.

Menurutnya, para ahli serta generasi muda juga mampu mengembangkan aneka gagasan yang kreatif berdasarkan beragam karya peninggalan para leluhur yang sungguh adi luhung itu. Dengan kata lain, Museum bisa menjadi Center of Excelence.

Memaknai peristiwa penganugerahan K. Nadha Nugraha, Putu Supadma Rudana juga mengajak hadirin mengikrarkan Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM) yaitu “Museum di Hatiku”, seraya memperjuangkan Museum untuk persatuan di tengah perbedaan sebagaimana yang dicanangkan oleh pemerintah. (tap)

Source : http://www.museumrudana.org/detail-article-and-archives.asp?lihat=arcive&id=62&action=detail&idarcive=62

Museum Rudana Anugerahkan Satya Synergy Award

Sumber: Bali Post, Senin, 31 Mei 2010

Lomba mewarnai, menggambar, kartun dan karikatur yang bertajuk “Museum, Generasi Muda dan Masa Depan Bangsa” di Museum Rudana, Peliatan, Minggu (30/5) kemarin diisi dengan penganugerahan Satya Synergy Award. Salah satu penerima award tersebut adalah Pimpinan Kelompok Media Bali Post (KMB), Satria Naradha.

Penganugerahan diserahkan oleh pendiri Museum Rudana, Nyoman Rudana, di halaman museum setempat, disaksikan Ketua DPD-RI Irman Gusman, anggota DPD-RI Bali, Kadek Arimbawa (Lolak), tokoh Puri Kesiman A.A. Kusumawardhana, Bupati, Sekda Gianyar Tjokorda Putra Nindia, S.H. dan Rektor ISI Prof. Rai.

Selain Pimpinan KMB Satria Naradha, dua tokoh lainnya yang juga menerima Satya Synergy Award yakni Alistair Speirs dari Majalah Now! Bali yang diwakili Weni Ariasty (Bali Office Manager), dan Dwi Sutarjantono dari Majalah Esquire.

Pada kesempatan yang sama juga diserahkan video dokumenter tentang Puti Kesiman yang bertajuk “Puri Agung Kesiman, Warisan Budaya Leluhur” yang dibuat Pusat Penelitian, Pengkajian dan Dokumentasi Budaya “DESTAR” kepada A.A. Ngurah Kusumawardhana. Video yang sama juga diberikan kepada ketua DPD-RI Irman Gusman.

Ketua DPD-RI Irman Gusman menyatakan salut dengan apa yang dilakukan Nyoman Rudana. Selain sebagai teman di DPD-RI dulu, dia juga selaku pemilik museum yang tetap eksis memperjuangkan seni dan budaya. Dikatakannya, dengan beraneka ragam seni, adat dan budaya serta etnis, Indonesia ternyata bisa bersatu sehingga dikagumi dunia luar. Bali punya daya tarik sehingga tetap menjadi daya tarik wisatawan nusantara maupun mancanegara.

Ketua DPD-RI ini juga menyatakan salut terhadap anak-anak, siswa SD, SMP, SMA serta Mahasiswa yang ikut dalam kegiatan merwarnai, menggambar, kartun dan karikatur, kerja sama Museum Rudana dengan KMB ini.

Pemilik Museum Rudana, Nyoman Rudana, megatakan bahwa Museum Rudana berperan aktif dalam memelihara seni dan budaya Indonesia. Dengan digelarnya lomba-lomba seperti mewarnai, menggambar, kartun dan karikatur bagi TK, SD, SMP, SMA dan Mahasiswa, diharapkan mampu melahirkan generasi muda yang mampu mempertahankan seni dan budaya.

Semarak, Lomba Mewarnai, Menggambar, Kartun dan Karikatur

Sumber: Denpost, Senin, 31 Mei 2010

Ratusan orang, baik anak-anak TK, play goup, pelajar SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi (mahasiswa) mengikuti lomba mewarnai, menggambar, kartun dan karikatur, dalam program Visit Museum Fiesta 2010 yang bertajuk “Museum, Generasi Muda dan Masa Depan Bangsa” di Museum Rudana, Peliatan, Ubud, Minggu (30/5) kemarin.

Anak-anak TK, SD dan SMP yang diantar oleh orangtuanya dengan tekun mengikuti lomba menggambar, kartun dan karikatur yang digelar Museum Rudana bersinergi dengan KMB.

Dalam lomba kali ini, play goup, TK A, TK B, SD kelas 1 hingga kelas 3, mengikuti lomba mewarnai, sedangkan SD kelas 4 hingga kelas 6 diikutkan lomba menggambar, sementara siswa SMP, SMA dan Mahasiswa masuk dalam kategori lomba kartun dan karikatur.

Lomba mewarnai, menggambar, kartun dan karikatur ini berlangsung semarak karena disertai berbagai permainan yang melibatkan anak-anak dan orangtua.

Pemberian “Award”

Acara kemarin juga diisi dengan penganugerahan Satya Synergy Award. Salah satu penerima award ini adalah Pimpinan Kelompok Media Bali Post (KMB), Satria Naradha.

Penghargaan diserahkan oleh pendiri Museum Rudana, Nyoman Rudana, di halaman museum setempat, disaksikan Ketua DPD-RI Irman Gusman, anggota DPD-RI Bali, Kadek Arimbawa (Lolak), tokoh Puri Kesiman A.A. Kusumawardhana, Bupati, Sekda Gianyar Tjokorda Putra Nindia, S.H. dan Rektor ISI Prof. Rai.

Selain Pimpinan KMB Satria Naradha, dua tokoh lainnya yang juga menerima Satya Synergy Award yakni Alistair Speirs dari Majalah Now! Bali yang diwakili Weni Ariasty (Bali Office Manager), dan Dwi Sutarjantono dari Majalah Esquire.

Pada kesempatan yang sama juga diserahkan video dokumenter tentang Puti Kesiman yang bertajuk “Puri Agung Kesiman, Warisan Budaya Leluhur” yang dibuat Pusat Penelitian, Pengkajian dan Dokumentasi Budaya “DESTAR” kepada A.A. Ngurah Kusumawardhana. Video yang sama juga diberikan kepada ketua DPD-RI Irman Gusman.

Ketua DPD-RI Irman Gusman menyatakan salut dengan apa yang dilakukan Nyoman Rudana. Selain sebagai teman di DPD-RI dulu, dia juga selaku pemilik museum yang tetap eksis memperjuangkan seni dan budaya.

Dikatakannya, dengan beraneka ragam seni, adat dan budaya serta etnis, Indonesia ternyata bisa bersatu sehingga dikagumi dunia luar. Menurutnya, Bali punya daya tarik (taksu) sehingga tetap menjadi daya tarik wisatawan nusantara maupun mancanegara.

Ketua DPD-RI ini juga menyatakan salut terhadap anak-anak, siswa SD, SMP, SMA serta Mahasiswa yang ikut dalam kegiatan merwarnai, menggambar, kartun dan karikatur, kerja sama Museum Rudana dengan KMB ini.

Pemilik Museum Rudana, Nyoman Rudana, megatakan bahwa Museum Rudana berperan aktif dalam memelihara seni dan budaya Indonesia. Dengan digelarnya lomba-lomba seperti mewarnai, menggambar, kartun dan karikatur bagi TK, SD, SMP, SMA dan Mahasiswa, diharapkan mampu melahirkan generasi muda yang mampu mempertahankan seni dan budaya.

Museum, Generasi Muda dan Masa Depan Bangsa

Lomba Mewarnai, Menggambar, Kartun dan Karikatur, Semarak

Sumber: Denpost, Rabu, 2 Juni 2010

Museum bukan hanya sebagai wadah untuk menyimpan berbagai hasil karya manusia yang sarat dengan muatan sejarah dan estetika, melainkan juga bisa diolah menjadi suatu laboratorium kebudayaan. Melalui museum pula, para ahli serta generasu muda mampu mengembangkan aneka gagasan yang kreatif berdasarkan beragam karya peninggalan para leluhur yang sungguh adiluhung. Ketua IV Asosiasi Museum Indonesia (AMI) yang membawahi bidang Informasi, Komunikasi dan Publikasi, Putu Supadma Rudana, MBA., menyebutkan hal itu dalam acara lomba mewarnai, menggambar, kartun dan karikatur yang bertajuk “Museum, Generasi Muda dan Masa Depan Bangsa” serta Sunday Gathering di Museum Rudana, Peliatan, Ubud, Minggu (30/5) lalu.

Dia menambahkan, museum juga bisa menjadi center of excellence, sehingga harus dimaknai sedalam-dalamnya oleh generasi muda, agar mereka tampil sebagai pribadi yang kukuh dan teguh bila kelak dipercaya menjadi pemimpin bangsa yang besar ini. Pemimpin yang terpanggil untuk membawa bangsa ke arah kemajuan dan kemakmuran sebagaimana diamanatkan oleh para founding fathers, pendiri bangsa dan negara Indonesia tercinta ini.

Menurut Putu Rudana, upaya yang dilakukan oleh Kelompok Media Bali Post (KMB) sesungguhnya sejalan dengan semangat AMI yaitu menjunjung kebhinekaan bangsa ini melalui kehhadoran dan peran museum yang terbukti amat strategis.

Rangkaian kegiatan lomba tersebut, tambah Putu Rudana, merupakan cerminan betapa hangat dan berharganya suatu kebersamaan dan sinergi budaya yang terjalin selama ini antara KMB sebagai media massa Pengemban Pengamal Pancasila, dengan pendiri dan pengelola museum di Bali, khususnya dengan Museum Rudana.

Diungkapkan pula bahwa AMI punya 275 anggota permuseuman secara nasional, serta terbagi atas 7 asosiasi daerah, di antara Bali atau Himusba, yang kiprahnya senantiasa menjadi acuan dan cermian asosiasi daerah lain.

Selain itu, AMI merupakan mitra strategis Direktorat Museum Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, sekaligus menjembatani aspirasi serta gagasan seluruh anggota permuseuman nasional untuk dikomunikasikan kepada pemerintah sehingga menjadi program nyata nasional yang unggul, sekaligus mensolusikan segala permasalahan secara santun dan damai serta dijiwai semangat persaudaraan.

“Di sinilah, suatu sinergi yang terjaga dengan berbagai media amatlah diperlukan agar segala aspirasi, gagasan maupun kebijakan tadi mampu dikomunikasikan secara utuh lagi menyeluruh. Dengan adanya kebersamaan di antara kita, saya yakin kita akan bisa menghargai, menjiwai serta menggaungkan seni budaya bangsa, bahkan hingga ke seluruh dunia,” tandas Putu Rudana.

Museum, Generasi Muda dan Masa Depan Bangsa

Lomba Mewarnai, Menggambar, Kartun dan Karikatur, Semarak

Sumber: Denpost, Rabu, 2 Juni 2010

Museum bukan hanya sebagai wadah untuk menyimpan berbagai hasil karya manusia yang sarat dengan muatan sejarah dan estetika, melainkan juga bisa diolah menjadi suatu laboratorium kebudayaan. Melalui museum pula, para ahli serta generasu muda mampu mengembangkan aneka gagasan yang kreatif berdasarkan beragam karya peninggalan para leluhur yang sungguh adiluhung. Ketua IV Asosiasi Museum Indonesia (AMI) yang membawahi bidang Informasi, Komunikasi dan Publikasi, Putu Supadma Rudana, MBA., menyebutkan hal itu dalam acara lomba mewarnai, menggambar, kartun dan karikatur yang bertajuk “Museum, Generasi Muda dan Masa Depan Bangsa” serta Sunday Gathering di Museum Rudana, Peliatan, Ubud, Minggu (30/5) lalu.

Dia menambahkan, museum juga bisa menjadi center of excellence, sehingga harus dimaknai sedalam-dalamnya oleh generasi muda, agar mereka tampil sebagai pribadi yang kukuh dan teguh bila kelak dipercaya menjadi pemimpin bangsa yang besar ini. Pemimpin yang terpanggil untuk membawa bangsa ke arah kemajuan dan kemakmuran sebagaimana diamanatkan oleh para founding fathers, pendiri bangsa dan negara Indonesia tercinta ini.

Menurut Putu Rudana, upaya yang dilakukan oleh Kelompok Media Bali Post (KMB) sesungguhnya sejalan dengan semangat AMI yaitu menjunjung kebhinekaan bangsa ini melalui kehhadoran dan peran museum yang terbukti amat strategis.

Rangkaian kegiatan lomba tersebut, tambah Putu Rudana, merupakan cerminan betapa hangat dan berharganya suatu kebersamaan dan sinergi budaya yang terjalin selama ini antara KMB sebagai media massa Pengemban Pengamal Pancasila, dengan pendiri dan pengelola museum di Bali, khususnya dengan Museum Rudana.

Diungkapkan pula bahwa AMI punya 275 anggota permuseuman secara nasional, serta terbagi atas 7 asosiasi daerah, di antara Bali atau Himusba, yang kiprahnya senantiasa menjadi acuan dan cermian asosiasi daerah lain.

Selain itu, AMI merupakan mitra strategis Direktorat Museum Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, sekaligus menjembatani aspirasi serta gagasan seluruh anggota permuseuman nasional untuk dikomunikasikan kepada pemerintah sehingga menjadi program nyata nasional yang unggul, sekaligus mensolusikan segala permasalahan secara santun dan damai serta dijiwai semangat persaudaraan.

“Di sinilah, suatu sinergi yang terjaga dengan berbagai media amatlah diperlukan agar segala aspirasi, gagasan maupun kebijakan tadi mampu dikomunikasikan secara utuh lagi menyeluruh. Dengan adanya kebersamaan di antara kita, saya yakin kita akan bisa menghargai, menjiwai serta menggaungkan seni budaya bangsa, bahkan hingga ke seluruh dunia,” tandas Putu Rudana.

Pidato Dalam Acara Sunday Gathering at Museum Rudana

Museum Rudana, 30 Mei 2010
Om Swastyastu,
Salam sejahtera untuk kita semua.

Yang saya hormati, Bapak Nyoman Rudana, pendiri Museum Rudana
Yang saya kagumi, Bapak ABG Satria Naradha, Direktur Utama Kelompok Media Balipost
Rekan-rekan media lainnya, dari Majalah Esquire serta Now! Bali
Para peserta lomba yang saya banggakan, serta hadirin lainnya yang saya muliakan

Salam Bhinneka Tunggal Ika!

Merupakan suatu kebahagiaan dan kehormatan tersendiri bagi saya untuk hadir dalam acara yang penuh arti ini, Sunday Gathering at Museum Rudana, pada Minggu yang cerah, 30 Mei 2010. Rangkaain kegiatan ini merupakan suatu cerminan betapa hangat dan berharganya suatu kebersamaan dan sinergi budaya yang terjalin selama ini antara Kelompok Media Bali Post, sebagai media massa Pengemban Pengamal Pancasila, dengan pendiri dan pengelola museum di Bali, khususnya dengan Museum Rudana

Kelompok Media Bali Post sebagai pelopor media massa telah membuktikan komitmen dan konsistensinya untuk senantiasa terdepan sebagai inspirator sekaligus pengayom upaya-upaya kita untuk terus menggaungkan warisan seni budaya Bali dan Indonesia sejajar dengan budaya-budaya dari bangsa-bangsa di dunia. Untuk itu, saya, sebagai salah satu Ketua Asosiasi Museum Indonesia (AMI) yang membawahi bidang Informasi, Komunikasi dan Publikasi, menyampaikan hormat sedalam-dalamnya kepada Pimpinan dan segenap keluarga besar Kelompok Media Bali Post atas dedikasi dan peran kepeloporannya selama ini dalam pembangunan jati diri dan pekerti bangsa, sekaligus membangun serta mengembangkan Seni Budaya Sebagai Jiwa Bangsa.

Upaya yang dilakukan oleh Kelompok Media Bali Post ini sesungguhnya sejalan dengan semangat Asosiasi Museum Indonesia (AMI) yaitu menjunjung kebhinnekaan bangsa ini melalui kehadiran dan peran museum yang terbukti amat strategis ini.

Hadirin yang terhormat,

AMI memiliki 275 anggota permuseuman secara nasional, serta terbagi atas 7 asosiasi daerah, di antaranya Bali atau HIMUSBA, yang kiprahnya senantiasa menjadi acuan dan cerminan asosiasi daerah lainnya.

Selain itu, AMI merupakan mitra strategis Direktorat Museum Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, sekaligus menjembatani aspirasi serta gagasan seluruh anggota permuseuman nasional untuk dikomunikasikan kepada pemerintah sehingga menjadi program nyata nasional yang unggul dan sekaligus mensolusikan segala permasalahan secara santun dan damai serta dijiwai semangat persaudaraan.

Di sinilah, suatu sinergi yang terjaga dengan berbagai media amatlah diperlukan, agar segala aspirasi, gagasan maupun kebijakan tadi mampu dikomunikasikan secara utuh lagi menyeluruh. Dan hadirin sekalian, dengan adanya kebersamaan di antara kita semua ini, saya yakin, kita akan bisa Menghargai, Menjiwai serta Menggaungkan Seni Budaya Bangsa bahkan hingga ke seluruh dunia.

Berkaitan dengan hal tersebut pula, pada kesempatan yang penuh suka cita ini, Museum Rudana menganugerahkan Satya Synergy Award kepada media-media yang memiliki dedikasi luar biasa dalam mengkomunikasikan secara menyeluruh kepada masyarakat sehingga dapat membangun kecintaan khalayak pada seni budaya bangsa. Media-media tersebut antara lain Majalah Esquire, Majalah Now! Bali, serta tentunya, Kelompok Media Bali Post. Anugerah ini kami sampaikan dengan sepenuh ketulusan sebagai penanda betapa berharga kebersamaan yang kita jalin dan bina selama ini.

Hadirin yang saya muliakan,

Kali ini, Kelompok Media Bali Post bersinergi dengan Museum Rudana menggelar berbagai kompetisi, semisal lomba mewarnai, menggambar, kartun serta karikatur yang melibatkan kalangan generasi muda bangsa ini, khususnya di Bali. Ini merupakan suatu upaya yang patut ditradisikan dan dikembangkan secara kontekstual selaras perubahan yang telah dan tengah terjadi.

Sebagaimana yang saya tulis dalam buku saya, bertajuk ‘Seni budaya Sebagai Jiwa Bangsa’, di sini, di Museum, generasi muda tidak hanya memperoleh ruang ekspresi bagi pengembangan minat dan bakatnya, namun juga mendapatkan pengetahuan akan seni budaya bangsa, yang mencerminkan proses panjang sejarah Indonesia.

Namun Hadirin, museum bukan hanya sebagai wadah untuk menyimpan berbagai hasil karya manusia yang sarat dengan muatan sejarah dan estetika, melainkan juga dapat diolah menjadi suatu laboratorium kebudayaan. Melalui museum pula, para ahli serta generasi muda juga mampu mengembangkan aneka gagasan yang kreatif berdasarkan beragam karya peninggalan para leluhur yang sungguh adi luhung itu. Dengan kata lain, Museum bisa menjadi Center of Excelence.

Semua ini haruslah dimaknai sedalam-dalamnya oleh generasi muda, agar mereka tampil sebagai pribadi yang kukuh dan teguh bila kelak dipercaya menjadi pemimpin bangsa yang besar ini. Pemimpin yang terpanggil untuk membawa bangsa ke arah kemajuan dan kemakmuran sebagaimana diamanatkan oleh para founding father, pendiri bangsa dan negara Indonesia tercinta ini.

Hadirin serta para peserta lomba yang saya banggakan,

Akhir kata, melalui acara ini, marilah kita merayakan sekaligus merenungi makna kebersamaan kali ini. Kepada para peserta yang mengikuti kompetisi, mari junjung teguh kreativitas dan juga sportifitas. Mari kita jaga sikap saling asah, asih dan asuh, dan dengan demikian, momen lomba hari ini, tak lain adalah capaian kemenangan kita semua.

Om Shanti, shanti, shanti, om.

Visit Museum Fiesta di Museum Rudana

Sumber: Denpost, Sabtu, 29 Mei 2010

Lomba mewarnai, menggambar, kartun dan karikatur, kerjasama KMB dengan Museum Rudana yang bertajuk “Visit Museum Fiesta @ Museum Rudana” berlangsung Minggu (30/5) besok. Kegiatan tersebut, Kamis (27/5) dipaparkan oleh manajemen Museum Rudana yang dipimpin direkturnya, Nyoman Rudana, saat masimakrama dengan Pimpinan Kelompok Media Bali Post (KMB) Satria Naradha di Gedung Pers Bali K. Nadha.

Dalam kesempatan itu, Rudana didampingi Penasihat Museum Rudana yakni Nyoman Muka, kurator Museum Rudana, Bundhowi, serta Ketua IV Asosiasi Museum Indonesia, Putu Supadma Rudana, MBA.

Lomba yang bertema “Museum, Generasi Muda dan Masa Depan Bangsa” ini dipastikan berlangsung meriah karena diisi dengan berbagai kegiatan, di antaranya kesenian barong ngelawang, penyembuhan alternatif (tenaga prana) bersama Bali Dharma Laksana Foundation dengan nabe I Wayan Kawi, S.Pd., kuis berhadiah menarik untuk orangtua anak-anak serta kegiatan unik lainnya.

Menurut salah seorang panitia, IB Wirawan, panitia masih membuka pendaftaran peserta lomba sebelum acara dimulai yakni pukul 09.00. “Kegiatan ini bertujuan menyukseskan program Visit Museum Year 2010. Kami berharap, selain berlomba, para peserta terutama anak-anak juga memahami arti penting museum,” tegasnya.

Sedangkan Ketua IV Asosiasi Museum Indonesia (AMI), Putu Supadma Rudana, MBA., menyambut baik acara lomba tersebut karena merupakan sinergi antara museum dengan media massa dalam memajukan permuseuman di Indonesia. Selain paham mengenai teknik menggambar, para peserta lomba juga bisa menyaksikan koleksi penting di Museum Rudana.