MELALUI MUSEUM, SINERGI SENI MEMBANGUN BANGSA
Sebuah Catatan tentang Visit Museum Year 2010
Oleh Putu Supadma Rudana, MBA*)
Bagaimanakah kita seharusnya memaknai pencanangan Tahun Kunjungan Museum 2010 (Visit Museum Year 2010)? Tentu jawabannya terpulang pada masing-masing pihak, sesuai dengan profesi, kepentingan, serta latar sosial-budaya yang bersangkutan. Namun sesuatu hal yang tak bisa disangkal, penetapan museum sebagai fokus program sekaligus branding acuan jelaslah menunjukkan bahwa pemerintah secara keseluruhan, tak terkecuali Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, menyadari peran strategis yang dapat disandang oleh museum, baik swasta maupun negeri.
Di sisi lain, patut dikemukakan, penetapan Tahun Kunjungan Museum 2010, merefleksikan pula kesadaran dari pengambil kebijakan bahwa museum hakikatnya bukan semata gedung tempat penyimpanan hasil-hasil kreativitas warisan leluhur atau peninggalan purbakala maupun arsip-arsip dokumentasi masa silam, melainkan memiliki tawaran akan nilai-nilai universal yang terkait kekinian serta berguna untuk turut merumuskan masa depan. Terlebih lagi, bila kita sedia mengkaji tentang adanya kenyataan bahwa Indonesia adalah sebuah republik yang masyarakatnya majemuk, multietnis dan multikultur, serta tengah menghadapi dinamika percepatan perubahan sebagai akibat hadirnya nilai-nilai global, buah dari kemajuan teknologi informatika yang nan canggih itu.
Dengan kata lain, Indonesia yang memiliki letak yang strategis antara dua benua, Asia dan Australia, serta dua samudera, Hindia dan Pasifik, menghadapi tantangan ke depan yang memerlukan suatu pola penanganan yang holistik berlandaskan kerja sama semua pihak tanpa terkecuali. Upaya mengatasi problematik bangsa ini, memang bukan hanya tugas Presiden sebagai eksekutif beserta jajaran pemerintahnya, akan tetapi juga merupakan tanggung jawab anggota legislatif, yudikatif dan, terkait di dalamnya, para profesional aneka bidang, serta tak ketinggalan masyarakat umum lainnya. Dalam konteks ini, sebagaimana berulang saya kemukakan dan juga wujudkan melalui berbagai kesempatan serta kegiatan, perlu dikedepankan oleh semua pihak suatu upaya sinergi menuju kesempurnaan. Bahkan dalam tataran tertentu, berlandaskan niat baik, saya percaya dengan upaya sinergi tersebut segala hal yang kelihatannya bertolakbelakang dapat di-manage untuk saling dukung dan saling topang.
Museum: Sinergi Seni Membangun Bangsa
Sebagaimana sekilas diulas di atas, peran museum, terlebih di era kompetisi global seperti sekarang ini, sungguh sangat strategis. Tidak seperti yang selama ini dibayangkan oleh sebagian masyarakat awam, museum terbukti dapat difungsikan sebagai laboratorium kebudayaan, di mana para ahli, pakar aneka bidang dan juga generasi muda dapat mengembangkan ide-ide kreatif dan gagasan-gagasan cerdasnya berdasarkan suatu telaah yang lebih mendalam terhadap apa yang telah dicapai para leluhur melalui karya-karya berupa apapun yang tersimpan di dalam museum. Saya kira adalah suatu yang tidak berlebihan bila dalam Diskusi dan Komunikasi Museum Indonesia serta Musyawarah Asosiasi Museum Indonesia di Jambi belum lama ini, mengemuka suatu dialog tentang layaknya menjadikan museum beserta organisasi pengelolanya menjadi semacam center of excellent. Yakni, semacam laboratorium yang memungkinkan para ahli untuk melakukan suatu kajian dan program akademis secara tepat guna dan tepat makna, guna mengembangkan pemikiran atau menghasilkan kreasi-kreasi inovatif yang bermanfaat bagi pembangunan bangsa, baik itu tataran filosofis maupun tataran praksis.
Mencermati hal tersebut, sebagaimana juga apresiasi masyarakat dan pemerintah di mancanegara terhadap keberadaan museum, seyogyanya kita melakukan upaya-upaya terpadu dan terkoordinasi untuk mendorong peningkatan profesionalisme di kalangan pekerja dan pengelola lembaga ini. Belajar dari luar, terlihat benar bahwa tumbuhnya apresiasi dan penghargaan publik selalu sejalan dengan capain pihak museum untuk meningkatkan pengelolaan dan fasilitasnya serta penyempurnaan koleksinya dengan dukungan segala data berikut fakta-fakta sejarah yang teruji. Tentu saja, Asosiasi Museum Indonesia (AMI) beserta anggotanya, dalam hal ini HIMUSBA Bali, perlu menyamakan visi, misi serta persepsi, dalam menyongsong Tahun Kunjungan Museum 2010. Masing-masing selayaknya terpanggil untuk mengadakan pembenahan menyeluruh serta pencanangan program yang saling sinergi seraya menyadari bahwa museum juga merupakan salah satu sarana pembangunan karakter dan pekerti bangsa (nation and character building).
Boleh dikata, jauh sebelum pemerintah mencanangkan Tahun Kunjungan Museum 2010, Museum Rudana telah berulang mengadakan event-event seni budaya yang menegaskan bahwa museum dapat pula menjadi wadah aktivitas yang turut menggelorakan upaya-upaya pencapaian seni yang bersemangat kekinian tanpa hafrus tercerabut dari akar kultur warisan para leluhur. Bahkan lebih jauh dari itu, saya juga menggagas diadakannya suatu lomba esai, ditujukan untuk generasi muda, bertopik “Harapan Masyarakat Terhadap Pemimpin Masa Depan Indonesia”. Di luar dugaan, lomba ini disambut antusias oleh generasi muda, diikuti oleh lebih kurang dari 1.000 peserta, mewakili anak-anak muda pelajar serta mahasiswa serta umum lainnya yang mencoba berpikir cerdas dan kritis tentang bagaimana dan akan kemana nasib negara ini kelak di kemudian hari. Kegiatan tersebut juga dilanjutkan dengan acara malam apresiasi seni yang diadakan tiga malam berturut-turut, menyajikan aneka kreatifitas; dari teater, dramatisasi dan pembacaan puisi, musik serta film pendek kreasi anak muda. Hal mana itu menunjukkan bahwa melalui museum dapat diperjuangkan suatu sinergi seni untuk membangun bangsa.
Secara lebih fokus dan khusus, dengan menimbang bahwa museum bisa menjadi center of excellent serta laboratorium kebudayaan seperti disinggung di awal tulisan ini, sinergi seni tersebut patut diketengahkan dalam wujud program-program nyata yang lebih terarah dan berkelanjutan guna mendorong upaya-upaya pembentukan karakter dan watak bangsa. Sebab hanya negara yang telah menemukan jati dirinya serta kuasa mengukuhkan nation and character building-nya, berpeluang untuk unggul dalam persaingan global. Dengan demikian, sudah tidak pada tempatnya lagi di era demokratis ini untuk melakukan dikotomi antara berbagai kepentingan dan idealisme atas nama apapun. Bahkan dalam titik kesadaran tertentu, saya dengan sungguh-sungguh mencoba mewujudkan apa yang menjadi keyakinan hidup yakni the art of business in the business of art (seni berbisnis dalam bisnis seni), serta the art of excellent, atau seni kesempurnaan, di mana kita tidak puas hanya sekadar menjadi mediocre (setengah-setengah saja).
Melalui museum, beserta koleksi adiluhungnya, kita dapat mempelajari keagungan masa silam seraya menggagas kemungkinan masa depan tanpa lalai atau abai pada upaya menyikapi dan memaknai kekinian secara lebih kreatif. Saya yakin, melalui Tahun Kunjungan Museum 2010, secara pasti akhirnya Indonesiaakan menjadi the heart of Asia and heart of the world.
Selamat berjuang dan selamat bersinergi!
*) Penulis adalah salah satu Ketua Asosiasi Museum Indonesia (AMI)
Tulisan ini telah dimuat di Majalah Musea edisi 2009